Lanjut ke konten

Akhir Cerita

Agustus 28, 2009
_bintang yang ku tunjuk
cahayanya perlahan berubah kelam
hancur jatuh berantakan
padahal belum sempat ku utaraka sajak-sajak cinta yang tercipta karenanya

_taman langit seolah suram
petang tak benderang tak membuat hatiku berteman.,

_bintang hati telah lebur terganti
namun tiada arti
sajak ku suram tak ada setitik terang

_mungkin inikah akhir cerita cinta di tengah malam terhias purnama menyatu dalam angin melantun pilu

_purnama itu terluka,bercucur air mata di tahan dengan senyum sayup merekat dengan cinta dalam pertemuan di iringi sepatah kata

“ini yang terbaik” bisikmu

_daun menari sendu angin melantun pilu perpisahan memang harus tercipta

_malam merapat pulang
di tengah sesal jalan ku kini terkikis kelam.

Buat Ayah & Ibu

Agustus 28, 2009
tak ada kata yang mampu terucap
tak ada sedih yang terlihat
hanya air mata yang bercucuran
air mata kebahagiaan
minta ampun pada ayah dan ibu
aku bersujud dipangkuan nya
mata ini tak mampu menahan linangan air mata
bibir ini tak mampu menyembunyikan isak tangis
hati juga tak mampu menahan kepiluan
maaf kan aku ayah dan ibu
aku tau aku bukan anak yang sempurna
anak yang menjadi yang seperti kalian inginkan
izinkan aku memohon ampun dan restu
hari ini aku meminta kalian mendoakan aku
agar kelaknya menjadi orang yang sukses
sukses untuk diriku
dan sukses untuk keluarga juga… Amin
sumber: whandidotnet

SMS Lebaran….

Agustus 28, 2009

Ucapan ini kupersembahkan
bersama jiwa nan merindukan
uluran tangan saling berjabatan
agar dedaunan dosa berguguran

Biarpun kita tak berjumpa
hati kita tiadalah terpisah
Biarpun dosa terkira
kiranya maaf tetap melimpah

—————————-

walau aku tak pergi
tapi jiwaku yang kembali
ku tak pulang bukan keinginan
tapi keterbatasan dan kelemahan

kemana akan pergi?
tanahku adalah di sini
kemana akan pulang?
akulah yang dikunjungi orang

adakalanya kenyataan berbeda dengan keinginan
biarlah sms ini menjadi perwakilan
bukan jasad semata yang dirindukan
tapi cinta yang tak terpalingkan

————————————

Entah berapa kataku yang melukai hatimu
entah berapa sikapku yang menyakitimu
tapi aku tak pernah berhenti berharap padamu
kau bukakan pintu maafmu

Langit tersenyum memandang bumi
bumi gembira menyambut malam
siapa orang yang tak pernah tersakiti
maaf lahir batin pelebur kesalahan

———————————–

Pandanglah bintang oleh mu
sanggupkah engkau menghitungnya?
Rabalah dosa di langit hatiku
tegakah kau biarkan aku tak berdaya?

Idul Fitri akan menjelang
segala dosa kembali terkenang
ayah bunda tunggulah aku datang
tuk bersimpuh memohon ampunan

————————————

Sambut idulfitri dengan kesucian hati.
Sersihkan diri, ulurkan tangan
Dan saling memaafkan

Minal aidin walfaizin
Mohon maaf lahir dan bathin
=========
Diantara waktu yang telah berlalu
Kadang terselip salah dan dosa

Karenanya sebelum takbir berkumandang
Bila ada rasa melukai jiwa
Bila ada kata yang mengusik hati
Bila ada lisan mengurai benci

Dengan segala kerendahan hati
Saya mengucapkan minal aidin wal faizin
Mohon maaf lahir dan bathin
=============
Kami sekeluarga mengucapkan
Selamat hari raya idul fitri 1429 h
Mohon maaf lahir bathin
Atas segala kesalahan baik disengaja maupun tidak
=============
INDAH pelangi karena warna
INDAH hati karena akhlak
INDAH hidup karena kejujuran
INDAH dunia bila hati penuh dengan kemaafan
Selamat hari raya idul fitri 1429 H
Minal aidin walfaizin mohon maaf lahir bathin
============
Teriring salam dan doa
Semoga dihari nan fitri ini
Tercurah keberkahan kepada kita semua
TAQABALLAHHUMINNA WAMINKUM

Kami sekeluarga mengucapkan selamat hari raya idul fitri 1429 H
Minal aidin walfaizin
Mohon maaf lahir dan bathin
============
Anak kodok makan ketupat
Dia makan sambil lompat-lompat
Berhubung jabat tangan tak sempat
Lewat sms pun no what-what

Selamat idul fitri 1429 H
Mohon maaf lahir dan bathin
===-==
Hai para manusia yang merayakan idul fitri
Sebelum nya ne mau minta maaf
Minal aidin walfaizin
Dan kalian diwajibkan tuk memaafkan ku nih
Wajib juga ya kerumah ku
======
Ku tak tau kemana angin kan berlalu
Yang kutau adalah kita manusia biasa
Kemana langkah berpijak
Tak luput dari salah dan dosa
Karenanya aku datang
Bersilaturahmi lewat sms
Mohon maaf lahir dan bathin
======
Saya **** dari rumah
Mengucapkan selamat hari raya idul fitri
Mohon maaf lahir batin
Yang udah minta maaf di maafin
Yang belom cepatan minta maaf
======
Tari guci rentak melayu
Rentak langkah hitung delapan
Hari suci diambang pintu
Khilaf dan salah mohon dimaafkan

Selamat hari raya idul fitri 1429 h
Mohon maaf lahir dan bathin
Sukses selalu
======
walau hati gak sebening XL dan secerah MENTARI banyak khilaf yang buat FREN kecewa, kuminta SIMPATI-mu untuk BEBAS-kan diri dari ROAMING dosa, kita hanya bisa angkat JEMPOL padanya yang selalu buat kita HOKI dalam mencari kartu AS dan STARONE selama hidup, kita harus FLEXI-bel untuk menerima semua pemberiannya dan menjalani MATRIX kehidupan ini….. dan semoga amal kita tidak ESIA-ESIA. MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN

Laporan DDIT (Bahan Organik)

Agustus 28, 2009

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kita membutuhkan tanah sebagai sumber kehidupan dan sebagai media tumbuhnya tanaman. Sebagai media tumbuhnya media tanaman tanah harus dapat menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Salah satu faktor yang harus ada adalah bahan organik tanah.
Bahan organik tanah merupakan timbunan binatang dan jasad renik yang sebagian telah mengalami perombakan. Bahan organik ini biasanya berwarna cokelat dan bersifat koloid yang dikenal dengan humus.
Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalaui suatu kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten berwarna hitam / cokelat dan mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi.
Tanah yang mengandung banyak humus atau mengandung banyak bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau tanah-tanah top soil. Bahan organik tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu sebagai granulator yang berfungsi memperbaiki struktur tanah, penyediaan unsur hara dan sebagainya. Yang mana nantinya akan mempengaruhi seberapa jauh tanaman memberikan hasil produktifitas yang tinggi.

Berdasarkan hal inilah, maka dipandang penting untuk melaksanakan praktikum bahan organik tanah.

Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum bahan organik tanah adalah untuk mengetahui kandungan bahan organik tanah pada lapisan I, II, III pada tanah Alfisol, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaannya adalah sebagai bahan informasi untuk mengetahui kandungan bahan organik dari suatu tanah sehingga kita dapat mengetahui layak atau tidaknya tanah tersebut dijadikan areal / lahan pertanian.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan organik dalam tanah Alfisol merupakan fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai bahan penyusun tanah. Kadar bahan organik yang terdapat dalam tanah Alfisol berkisar antara (0,05-5) % dan merupakan tanah yang ideal untuk lahan pertanian, dan untuk tanah organik mendekati 60 % dan pada lapisan oleh kadar bahan organik memperlihatkan kecenderungan yang menurun. (Pairunan, dkk., 1985).
Sumber primer bahan organik dalam tanah Alfisol adalah jaringan tanaman, berupa akar, batang, ranting, daun. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah.(Islami, T., 1995).
Bahan organik dalam tanah Alfisol terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus. Lapisan I pada tanah Alfisol mempunyai humus yang terdiri dari hancuram bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang baru dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten (tidak mudah hancur), berwarna hitam atau cokelat yang memiliki daya menahan air dan unsur hara yang tinggi. Humus adalah senyawa kompleks yang agak resisten, oelapukan berwarna cokelat, amorfus, bersifat koloid dan berasal dari jaringan tumbuhan atau binatang yang telah dimodifikasikan atau disintesiskan oleh berbagai jasad mikro. Dalam jaringan tumbuhan terdapat pula lemak, minyak, lilin dan dammar dalam jumlah yang kecil. Jumlah dan sifat komponen-komponen organik dalam sisa-sisa tumbuhan sangat berpengaruh menentukan penimbunan bahan organik dalam tanah. Terutama lapisan I tanah Alfisol memiliki kandungan humus yang lebih banyak sehingga kandungan bahan organiknya lebih tinggi dari lapisan dibawahnya. (Saifuddin, 1988).
Senyawa organik pada tanah Alfisol umumnya ditemukan di permukaan atau pada lapisan I, tanah jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-4 %. Tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya besar sekali. Adapun pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga pada pertumbuhan tanaman adalah sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi), sumber energi yang sangat penting bagi mikroorganisme. (Hardjowigeno, 1992).
Bahan organik yang terkandung di dalam tanah Alfisol lebih tinggi yang mengakibatkan tanah pada lapisan ini cenderung lebih gelap, terutama pada lapisan I, karena merupakan lapisan paling atas. Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah adalah kedalaman lapisan dimana menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas, setebal 20 cm (15-20) %, maikin ke bawah makin berkurang, contohnya pada setiap lapiasan tanah Alfisol, makin ke bawah (Lapisan III) warnanya lebih muda daripada lapisan I, dan II. Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin kadar bahan organik dan N makin tinggi. Drainase buruk dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena aerasi buruk menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik. (Hakim, dkk, 1986).

III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum bahan organik dilaksanakan pada hari Selasa 14 November 2006, di Laboratorioum Kimia Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian dan Kehutanan. Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum bahan organik adalah timbangan, labu Erlenmeyer 250 mL, pipet tetes, gelas ukur, buret 50 mL, gelas piala
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum bahan organik tanah adalah sampel tanah kering udara (Tanah Alfisol, lapisan I, II, III), aquades, larutan H2SO4, larutan K2Cr2O7. indikator diphenilamin 1 %, kertas label.

3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja bahan organik tanah dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
1. Menimbang contoh tanah dengan neraca sebanyak 2 gr.
2. Memasukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 mL
3. Menambahkan tanah dengan 10 mL larutan K2Cr2O7 1 N, dan 10 mL H2SO4
4. Membiarkan reaksi berlangsung hingga beberapa menit atau labu Erlenmeyer menjadi dingin.
5. Menambahkan aquades 100 mL.
6. Memasukkan 2-3 tetes indikator ke dalam labu Erlenmeyer.
7. Mentitrasi larutan dalam labu Erlenmeyer dengan Amn-Fe(v)SO4 hingga terjadi perubahan warna menjadi hijau.
8. Mencatat volume titrasi Fe yang digunakan begitu pula dengan normalitasnya.
9. Menghitung % bahan organik dengan menggunakan rumus
(mL B- mL t) N x 3 x 1,33
% C = x 100 %
Mg contoh tanah

% bahan organik = % C x 1,724
Keterangan :
– mL B = mL Blanko
– mL t = mL titrasi
– N = Normalitas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil percobaan organik tanah, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3 : Hasil Perhitungan BO Pada Tanah Alfisol Lapisan I, II, III
Lapisan % C % BO Warna Kriteria
I

II

III 0,478 %

0,468 %

0,662 % 0,825 %

0,808 %

1,141 % Hijau kehitaman hijau tua
Hijau kecoklatan hijau lumut

Hijau muda kecoklatan hijau muda Sangat rendah

Sangat rendah

Rendah
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2006
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat diketahui kandungan bahan organik pada lapisan I yaitu 8,25 %, lapisan II yaitu 8,08 %, dan pada lapisan III yaitu 11,41 %. Hal ini menunjukkan lapisan III memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi.

Tanah lapisan I memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan I, II. Hal ini terjadi karena lapisan I merupakan lapisan permukaan, yang juga kandungan liat tanahnya rendah dimana pada lapisan ini tidak terjadi proses pencucian yang dapat menyebabkan kurangnya bahan organik yang dikandung pada setiap lapisan, dan juga proses humufikasi berlangsung pada lapisan ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan (1985) bahwa kandungan bahan organik tertinggi adalah tanah berada pada lapisan I, karena adanya proses pelapukan sisa-sisa mikroorganisme yang mati dan berakumulasi dilapisan ini.
Tanah lapisan II, memiliki kandungan bahan organik yaitu 8,08 % dan lebih rendah dari lapisan I. Hal ini terjadi karena pada lapisan II tidak terdapat humus, dimana humus ini merupakan polimer dari bahan organik. Lagipula lapisan II bukan merupakan lapisan permukaan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (1992), bahwa tanah yang mengandung bahan organik adalah tanah lapisan atas atau top soil, karena semakin ke bawah suatu lapisan tanah maka kandungan bahan organiknya semakin berkurang sehingga tanah menjadi keras.
Lapisan III memiliki sebenarnya kandungan bahan organik lebih rendah dibandingkan lapisan I, II. Hal ini terjadi karena lapisan III merupakan lapisan paling dalam dimana semakin dalam tanah semakin kurang kandungan bahan organiknya. Hal ini juga disebabkan karena tingginya kandungan liat tanah lapisan terdalam. Karena terjadi pencucian dan akibatnya bahan organiknya kurang tersedia. Hai ini sesuai dengan pendapat Buckman dan Brady (1982), bahwa jumlah kandungan bahan organik sangat ditentukan oleh faktor kedalaman tanah dan tekstur tanah itu. Namun dalam percobaan kami tidak memperoleh hasil tersebut, justru memperlihatkan kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan I, II. Hal ini terjadi karena adanya kemungkinan kesalahan dalam mentitrasi, dan larutan H2SO4 yang digunakan sudah tua.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil yang diperoleh pada percobaan bahan organik tanah Alfisol lapisan I, II, III, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
– Kandungan bahan organik pada lapisan I yaitu 0,825 %
– Kandungan bahan organik pada lapisan II yaitu 0,808 %
– Kandungan bahan organik pada lapisan III yaitu 1,141%
– Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik dalam tanah adalah kedalaman lapisan tanah, iklim (suhu dan curah hujan), tekstur tanah, drainase, aerasi, aktivitas mikroorganisme, vegetasi.

5.2 Saran
Sebaiknya pada tanah pertanian yang kurang subur dilakukan penambahan bahan organiknya yaitu dengan pemberian pupuk atau dengan cara menambahkan bahan hijau yang masih muda ke dalam tanah untuk memperbaiki tanah dan mempertahankan kadar bahan organik serta menaikkan kadar nitrogen tanah.

DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O., dan N, C Brady, 1982. Ilmu Tanah. Penerbit Bharata Karya Aksara : Jakarta.

Hardjowigeno. S., 1992. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
Hakim. N., M.Y. Nyapka, A.M Lubis, S.G Nugroho, M.R Saul, M.A Dina, G.B Hong, H.H Baile., 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung : Lampung.

Islami, T., 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang Press : Semarang.

Pairunan, Anna, K., Nanere, J, L., Arifin., Solo, S, R. Samosir, Romoaldus Tangkaisari, J. R Lalapia Mace, Bachrul Ibrahim., Hariadji Asnadi., 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur : Makassar.

Rafidi, S., 1982, Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Saifuddin, S., 1988. Kimia Fisika Pertanian. CV. Buana : Bandung.

Lampiran 2 : Hasil Perhitungan Persen Bahan Organik Tanah Alfisol Lapisan I, II, dan III.

Perhitungan % bahan organik tanah Alfisol pada lapisan I
Dik : berat tanah kering udara = 2 gr = 2000 mg
mL Blanco (mL B) = 35,5
mL titrasi = 11,5
Normalitas = 0,1
Dit : % bahan organik = ….?
Peny : (mL B – mL t) N x 3 x 1,33
% C = x 100 %
mg contoh tanah tanpa air
(35,5 – 11,5) 0,1 x 3 x 1,33
= x 100 %
2000

(24) 0,399
= x 100 % = 0,478 %
2000

% Bahan Organik
= % C x 1,724
= 0,478 x 1,724
= 0,825 %

Perhitungan % bahan organik tanah Alfisol pada lapisan II :
Dik : berat tanah kering udara = 2 gr = 2000 mg
mL Blanco (mL B) = 35,5
mL titrasi = 12
Normalitas = 0,1
Dit : % bahan organik = ….?
Peny : (mL B – mL t) N x 3 x 1,33
% C = x 100 %
Mg contoh tanah tanpa air
(35,5 – 12) 0,1 x 3 x 1,33
= x 100 %
2000

(23,5) 0,399
= x 100 % = 0,468 %
2000

% Bahan Organik
= % C x 1,724
= 0,468 x 1,724
= 0,808 %

Perhitungan % bahan organik tanah Alfisol pada lapisan III :
Dik : berat tanah kering udara = 2 gr = 2000 mg
mL Blanco (mL B) = 35,5
mL titrasi = 2,3
Normalitas = 0,1
Dit : % bahan organik = ….?
Peny : (mL B – mL t) N x 3 x 1,33
% C = x 100 %
Mg contoh tanah tanpa air
(35,5 – 2,3) 0,1 x 3 x 1,33
= x 100 %
2000

(33,2) 0,399
= x 100 % = 0,662 %
2000

% Bahan Organik
= % C x 1,724
= 0,662 x 1,724
= 1,141 %

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Agustus 28, 2009

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Pendahuluan
Secara umum tanah dikenal ada yang subur ada yang tidak subur, ada yang produktif ada yang rendah (tidak produktif), ada tanah kurus ada tanah gemuk, ada tanah dangkal ada tanah dalam, ada tanah mudah terorasi Ada yang resisten terhadap erosi. Hal ini berarti bahwa tanah mempunyai jenis dan macam ataupun tipe tanah yang sangat bervariasi. Kalau dipertanyakan apa sebabnya ? Jawabnya adalah karena adanya tingkat proses pembentukan tanah yang secara alamia terus berlangsung dan adanya variasi tingkat penggunaan tanah yang juga terus berlangsung, selama manusia hidup dan berkembang. Telah diketahui bahwa proses pembentukan tanah adalah hasil pelapukan batuan/bahan induk/ bahan organik yang dipengaruhi oleh iklim, topografi, vegetasi dan waktu . Kesemuanya dapat dirumuskan sebagai berikut :

T =  I Pm.T. V. W
T = Tanah
I = Iklim
Pm = Bahan induk (mineral b.o/ batuan)
V = Vegetasi
W = Waktu (umur)

Perbedaan komponen faktor pengaruh pembentukan tanah membuat terdapat banyak variasi jenis dan macam tanah dari dari suatu tempat ke tempat yang lain. Akibat faktor pengaruh yang berbeda yang membuat adanya variasi jenis tanah akhirnya mempengaruhi :
1. Karakteristik tanah( lahan) ;
2. Potensi kemampuan tanah (lahan);
3. Kualitas lahan ;
4. Jenis penggunaan tanah ;
5. Tindakan pengelolaan tanah dan air ;
6. Tindakan konservasi tanah dan air ;
7. Input produksi ;
8. Kebutuhan fasilitas infrastruktur ;
9. Produktivitas ;
10. Kehidupan manusia.

Karakteristik Tanah /Lahan
Akan terkait dengan kualitas dan potensi kemampuan serta produktivitas yang yang dimiliki tanah. Karakteristik atau sifat tanah meliputi sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologis yang berbeda pada setiap variasi jenis dan macam tanah karena adanya variasi faktor pembentukan tanah membuat sifat-sifat tanah ini juga sangat bervariasi.

Sifat Fisik Tanah
Mengenai sifat fisik tanah dari satu jenis tanah ke jenis tanah yang lainnya sangat bervariasi. Dikenal ada dua faktor fisik tanah, yakni :
1. Fisik lingkungan luar tanah;dan
2. Fisik lingkungan dalam tanah
Fisik Lingkungan Luar Tanah
– Iklim makro
– Topografi
– Lereng
– Keadaan batuan
– Keadaan vegetasi
– Kegiatan manuasia (penggunaan lahan).

– Iklim Makro
Semua komponen iklim makro baik langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh dan menentukan proses pembentukan tanah. Berlangsungnya proses panas dingin karena penyinaran matahari adalah proses utama dalam pembentukan tanah utamanya adanya fluktuasi suhu yang tinggi antara siang dan malam hari. Demikian pula komponen curah hujan yang menentukan berlangsungnnya proses basah kering batuan atau bahan induk. Wilayah dengan curah hujan yang terbatas dan distribusi tidak merata membuat pembentukan tanah berlangsung dalam waktu yang lama (umur geologik). Karena pada umumnya daerah curah hujannya terbatas, pasti tanah-tanah tergolong dangkal sampai sangat dangkal ataupun berbatu. Iklim yang kering selain berpengaruh langsung, juga berpengaruh tidak langsung misalnya iklim mempengaruhi vegetasi dan vegetasi mempengaruhi pelapukan bahan induk (batuan) secara biologis atau biokemis.
Keadaan iklim disuatu tempat di bumi dipengaruhi/ditentukan oleh letak koordinat yakni bujur, lintang (latitude) dan ketinggian tempat (altitude). Untuk daerah tropis seperti di Indonesia umumnya dipengaruhi oleh altitude (ketinggian tempat). Perbedaan letak koordinat membuat perbedaan iklim, selanjutnya perbedaan iklim membuat adanya perbedaan pembentukan tanah. Perbedaan tanah membuat perbedaan produktivitas tanah.

Topografi dan Lereng
Lingkungan luar tanah termasuk faktor topografi atau lereng yang termasuk komponen morfologi tanah, merupakan faktor utama yang mempengaruhi proses pembentukan tanah. Erosi termasuk proses koluviasidan aluviasi adalah bentuk-bentuk proses pembentukan tanah yang dipengaruhi dengan keadaan topografi dan lereng. Sungai adalah saluran drainase alam yang terbentuk karena keadaan topografi dan lereng, karena proses erosi dan aluviasi membentuk jenis tanah aluvial, sedangkan proses erosi dan koluviasi membentuk jenis tanah Mediteran, Oksisol, Podzolik atau jenis tanah Alfisol, Ultisol, Andosol, dsb.
Bentuk topografi dan lereng terlepas dari keadaan lereng, karena itu setiap bentuk lereng mempunyai juga perbedaan lereng. Adapun bentuk-bentuk topografi antara lain

Topografi Lereng % Beda tinggi
Dataran Datar 0 – 3 0 – 3 m
Berombak Landai – Agak miring 4 – 8 4 – 8 m
Begelombang Miring – agak terjal 9 – 25 9 – 25 m
Berbukit Agak terjal – terjal 25 – 60 25 – 60 m
Bergunung Sangat terjal > 60 > 60 m
Kemiringan tanah dinyatakan dalam bentuk % kemiringan atau % lereng, sesungguhnya dapat dinyatakan dengan sudut tetapi lebih baik % karena dapat diketahui perkiraan beda ketinggian tempat. Agar lebih mengerti dapat di lihat pada gambar dibawah ini :

B

3 m
3 % a
A  C
100 m
b
% lereng = 3 x 100 % = 3 %
100
% lereng = a x 100 % = tg  x 100
b
= Panjang sisi tegak x 100 %
Panjang sisi miring
 ABC = Segi tiga sama kaki =  siku-siku
BC = Perbedaan tinggi tepat antara titik A dan B= vertikal interval
AC = Garis horisontal berjarak 100 m.

Kepentingan lereng dalam pembangunan pertanian
1. Tingkat kemiringan tanah, lereng dijadikan salah satu dasar penentu tingkat kesesuaian lahan ataupun peruntukan lahan serta untuk land used.
2. Lereng dijadikan dasar untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam pengolahan tanah utamanya arah pengolahan tanah, jenis alat pengolah tanah yang digunakan
3. Lereng dalam bentuk kontur ( peta kontur ) dibutuhkan untuk mendesain pola aliran, pembangun sistem irigasi, sistem jaringan drainase (got) ataupun untuk mendesain sistem jaringan jalan.
4. Lereng digunakan untuk menghitung atau memprediksi tingkat erosi
5. Lereng dijadikan dasar perhitungan pembuatan teras untuk kebutuhan konservasi tanah dan air.
6. Bagi keperluan bangunan sivil, lereng perlu diketahui
7. Untuk kebutuhan penyiapan lahan dalam hubungannya perataan tanah atau dalam kegiatan cut and fiil yakni pengupasan dan penimbunan tanah.
8. Lereng digunakan sebagai dasar menentukan sistem-sistem pertaniann, pola tanam utamanya menentukan pola jarak tanam ataupun arah barisan tanaman yang berfungsi konservasi, termasuk pertanian konservasi.
9. Lereng dalam perhitungan hydrology khususnya yang berkaitan dengan wilayan/daerah tangkapan hujan bagi sungai atau waduk air irigasi. Perhitungan neraca air di dalam tangkapan hujan seperti besarnya air hujan yang hilang karena aliran permukaan (Run Off). Aliran permukaan dipengaruhi besar kecilnya lereng.
Lereng dan tingkat kemiringan lereng dapat diukur dengan berbagai alat ukur yakni :
a. Teodolit c. Abeylevell
b. Water Pass d. Mistar busur berbandul dalam bentuk

Pengukuran lereng dalam satuan % lereng dapat dikonversi dalam satuan derajat dan sebaliknya yakni:
100 % = 45 o

C

45oC
100% 5 m

= 45o
A B
5 m
% kemiringan = BC x 100 %
AB

5 m x 100 % = 100 %
5 m

berarti sudut 45 o = 100 %
Contoh soal :
1. Jika lereng suatu tanah 30 % berapakah sudutnya ?

Sudut = 30 x 45 o = 13,5 o
100

2. Jika sudut kemiringan suatu tanah 60o berapakah % lerengnya ?

% lereng = 60 x 100 % = 400 % = 133 %
45 3

Untuik pengukuran lereng dengan persen, sekaligus dapat diketahui perbedaan tinggi suatu tempat, atau tinggi suatu pohon serta bangunan.
B

5 %

E 5 m C
1,5 m
D 5m A

Keterangan gambar :
AB = Tinggi pohon
DE = Tinggi alat
AD = Jarak alat ukur ke pangkal pohon
Terukur kemiringan 5 %, berapa tinggi pohon ?
5 % = BC x 100 %
EC
5 = BC x 100
5
BC = 100 = 4 m
25
tinggi pohon = AC + BC = 2 m + 4 m = 6 m

Keadaan Batuan
Batuan yang ada di permukaan tanah dijadikan dasar untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan. Keadaan batuan dipermukaan tanah sangat terkait dengan penggunaan alat mekanisasi. Keadaan batuan di permukaan tanah dinilai berdasarkan :
– Singkapan;
– Jumlah
– Ukuran
– Penyebaran
Keadaan batuan di permukaan tanah umumnya dinilai secara kualitatif dengan perkiraan % saja. Keadaan batuan dalam tanah yang digolongkan ke dalam sifat fisik tanah lingkungan dalam. Jika keadaan batuan berukuran besar (diameter > 30 cm) dengann penyebaran 60 %, tidak lagi diperkenangkan untuk pengolahan tanah intensif dengan alat mekanis. Penyebaran dan ukuran batuan di permukaan tanah adalah hasil proses geologi tetapi bagi ilmuwan tanah keadaan batuan dapat dinilai mengenai proses pembentukan tanah yang berlangsung sangat lambat karena faktor iklim yang tidak mendukung seperti sifat curah hujan, fluktuasi yang rendah. Keadaan batuan di permukaan tanah dapat juga memperkirakan sejarah penggunaan lahan sebelumnya yakni dalam kaitannya dengan proses erosi yang sangat intensif.

Vegetasi
Penutupan tanah dengan vegetasi, termasuk fisik lingkungan luar tanah, secara umum vegetasi penutup tanah termasuk lahan. Vegetasi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembentukan lahan, namun pengaruhnya lebih terkait dengan pelapukan biologis, dan biokimia, dan secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi fisik lingkungan tanah dalam melalui sistem perakaran, CO2 dan siklus hara. Penyerapan hara melalui akar, dikembalikan ke tanah melalui pengguguran daun ataupun bagian tanaman yang lainnya atau biasa disebut bahan organik ataupun ekskresi yang dikeluarkan sistem perakaran. Karena peranan vegetasi dalam pembentukan tanah bersifat multifungsi yang hubungannya sangat terkait dengan komponen faktor lingkungan luar tanah. Untuk itu fungsi dan peran vegetasi tidak hanya di luar tanah tetapi lingkungan dalam tanah secara tidak langsung maupun langsung. Kondisi iklim mikro tanah maupun makro secara tidak langsung sangat dipengaruhi oleh keadaan vegetasi. Indikator vegetasi alam yang ada di suatu tempat dijadikan petunjuk kondisi dalam tanah maupun keadaan iklim utamanya menyangkut sifat hujan, seperti :
1. Rotan, tempat tersebut dipengaruhi curah hujan tinggi dan lebih merata;
2. Kaktus, tempat tersebut dipengaruhi curah hujan rendah dengan distribusi tidak merata;
3. Pandan, tempat tersebut berada di dataran rendah yang bisa tinggi dan rendah curah hujan tetapi drainasenya agak terlambat sampai . Terlambat demikian karena adanya jenis ketapang ;
4. Jati, menunjukkan lokasi yang sangat nyata bulan-bulan keringnya dan dipengaruhi batuan atau bahan induk kapur.
5. Kayu hitam, terkait dengan bahan induk batuan ultra basa.;
6. Durian, langsat, cengkeh, pasti solum tanahnya tergolong dalam sampai sangat dalam.

Aktivitas Manusia
Kegiatan aktivitas manusia dalam proses pemanfaatan lahan termasuk faktor luar fisik tanah. Manusia dengan teknik managemen yang digunakan dapat merubah (merusak/memperbaiki) lingkungan tanah. Merubah kondisi vegetasi penutupan tanah dalam eksploitasi hutan misalnya, ataupun proses land cleaning termasuk kegiatan cut and fiil dapat merubah topografi dan lereng yang berarti merubah keadaan fisik lingkungan luar. Kegiatan manusia, yang disadari atau tidak disadari dapat merubah fisik tanah dalam waktu singkat ataupun lama.

Keadaan fisik lingkungan dalam tanah
– Iklim mikro tanah
– Warna tanah
– Susunan horizon tanah
– Ketebalan susunan horizon tanah
– Kedalaman efektif tanah
– Kedalaman solum tanah
– Batas solum tanah
– Tekstur
– Konsistensi
– BD (Bulck density tanah )
– Partikel density
– Infiltrasi
– Pori-pori tanah — porositas
– Perkolasi
– Permeabilitas
– Seepage (peresapan ke samping)
– Status kadar air.

A1 top soil Lap. elfufiasi
60 % A12
A2 Sub soil Lap. illuviasi
B1
B12
Solum
tanah B2

Batuan
Bahan induk
Air, pasir

Warna Tanah
Warna tanah termasuk sifat dan keadaan fisik tanah. Secara visual dengan mengetahui dan mengamati warna tanah dapat diketahui bagaimana potensi, produktivitas ataupun tingkat kesuburan tanah. Selain itu dari warna tanah dapat diintrepetasikan mengenai sifat-sifat tanah yang ada dengan kata lain dari warna tanah dapat diketahui karakteristik tanah yang ada. Seperti warna tanah yang merah, coklat, kuning, putih, hitam dan kelabu.
1. Warna tanah dapat diintrepetasikan sifat keairan tanah dan kondisi status air dalam tanah, apakah selalu, sering tergenang atau tidak. Umumnya warna tanah hitam atau kelabu, dapat dikatakan kondisi tanah selalu atau sering tergenang air atau kelebihan air, sedangkan bila berwarna merah, coklat, kuning, vilot, adalah tanah-tanah yang tidak pernah tergenang air.
2. Warna tanah dapat memperlihatkan reaksi oksidasi dan reduksi dalam tanah. Warna tanah merah, coklat, menunjukkan bahwa Fe Fe +++ —— menjadi Ferri sedangkan warna kelabu menunjukkan tanah mengalami reaksi reduksi atau Fe Fe ++ —— menjadi Ferro.
3. Warna tanah dapat menunjukkan adanya lapisan tanah yang tercuci (elluviasi) dan lapisan penimbunan hasil pencucian (illuviasi).
4. Warna tanah dapat menunjukkan adanya susunan dan ketebalan horizon-horizon tanah.
5. Warna tanah dapat memperlihatkan tingkat kesuburan tanah apakan tinggi atau rendah, yakni warna tanah yang hitam atau kelam, lagi tebal menunjukkan bahwa tanah tersebut subur dan kaya akan humus, sedangkan warna tanah yang pucat menunjukkan bahwa tanah tersebut kurus.
6. Warna tanah dengan ketebalannya dapat menunjukkan hubungannya dengan tingkat erosi yang terjadi.
7. Warna tanah dapat diintrepetasikan dengan kandungan hara tertentu seperti Warna merah ———– tinggi kandungan Fe
Warna coklat ———- tinggi kandungan Ca, Fe
Warna hitam ———– tinggi kandungan Mg, Na, Mn
Warna putih ———— tinggi kandungan Ca
Warna kelabu ———- Tinggi kandungan Fe, Al
8. Warna tanah dengan susunan horizon serta ketebalan dapat dikaitkan sifat kualitatif keadaan iklim. Tanah dengan horizon tanah berwarna coklat, kuning tua ataupun merah menunjukkan bahwa tanah tersebut dipengaruhi faktor sifat curah hujan tinggi dan distribusi curah hujan yang merata. Sedangkan pada tanah yang dangkal dengan warna tanah yang pucat, terkait dengan CH yang rendah, distribusi hujan yang rendah. Namun tidak semua warna tanah yang kelam dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi.
9. Warna tanah dapat dikaitkan dengan kondisi penutupan tanah oleh vegetasi. Vegetasi penutupan tanah yang lebih rapat memperlihatkan warna tanah yang lebih kelam. Sedangkan tanah yang berwarna pucat, keadaan penutupan vegetasi kurang.
10. Warna tanah dapat dikaitkan dengan intensifikasi penggunaan tanah maupun tindakan pemupukan yang digunakan.

Tekstur Tanah
Perbandingan relatif fraksi pasir, debu dan liat dalam tanah yang dinyatakan dalam prosentase kadarnya. Secara umum dikenal ada dua kelas tekstur tanah. Kelas tekstur tanah dapat diketahui melalui prosentase setiap fraksi dalam kriteria yang ada di segitiga tekstur.
1. Sand Pasir sangat kasar
2. Loamy sand Pasir berlempung
3. Sandy loam lempung berpasir Kasar
4. Loam Lempung
5. Silt loam Lempung berdebu agak kasar
6. Silt Debu Sedang
7. Sandy clay loam Lempung liat berpasir
8. Clay loam Lempung berliat agak halus
9. Silty clay loam Lempung liat berdebu
10. Sandy clay Liat berpasir
11. Silty clay Liat berdebu halus
12. Clay Liat

Namun LPT Bogor (1995) membagi tekstur tanah menjadi 22 kelas tekstur, setiap kelas tekstur (USDA) dikembangkan lagi seperti kelas – kelas tekstur pasir menjadi pasir kasar, pasir, pasir sedang, pasir halus dan pasir sangat halus. Terlepas dari kelas tekstur, sebaiknya perlu dipertanyakan untuk apa diketahui tekstur tanah dalam berbagai kepentingan, utamanya dalam pembangunan dan pengembangan pertanian .
Kepentingan tekstur tanah :
1. Tekstur tanah, adalah massa utama penyusun tanah, yang tergolong mineral penyusun tanah.
2. Tekstur tanah berkaitan langsung dengan struktur tanah atau agregasi tanah. Ikatan butir-butir tanah menjadi butir yang besar membentuk agregat, selanjutnya agregat terikat satu dengan yang lain membentuk blok atau lempeng, prisma, tiang serta tidak berbentuk. Proses pengikatan butir-butir (partikel) tanah disebut agregasi. Butir-butir tanah yang dapat terikat satu dengan yang lain adalah yang berukuran kolloid (sangat halus 0,001 mm), selain itu bermuatan listrik negatif. Karena itu partikel liat dapat diikat atau dapat dikatakan sebagai pengikat tanah adalah unsur kation yang bermuatan positif seperti Ca, Mg, Al, Fe, K, air (H2O) termasuk bahan pengikat butir tanah karena air bermuatan positif dalam satu kutub molekulnya.

+

H 105 H

O Mycel liat = butir liat

Selain unsur atau air sebagai pengikat air, bahan pengikat butir tanah yang mantap (relatif permanen/stabil) adalah humus. Humus yang sifatnya semi stabil (sulit dilapuk) berukuran kolloid (lebih halus dari liat), bermuatan positif dapat mengikat partikel liat menjadi agregat. Jika pengikatnya kation-kation (unsur hara) bila diserap tanaman atau tercuci maka ikatan butir tanah relatif mudah lepas. Terlebih bila molekul H2O sebagai pengikat , tentunya jika tanah mengalami kekeringan akan terlepas. Untuk tanah yang kadar liatnya tinggi bila terlalu banyak air atau telalu rendah, kadar air tanah mudah terdispersi, mudah lepas, tidak demikian dengan humus. Karena itu makin tinggi kadar humus suatu tanah maka makin mantap agregatnya (strukturnya), maka makin sulit tererosi.
Di lapang tidak ada tekstur tanah hanya terdiri dari satu fraksi, selalu ada tiga fraksi minimal dua fraksi. Jadi fraksi tunggal hanya ada bila dipisahkan atau dibuat .
Penyusun tubuh tanah yang terdiri dari bahan padatan tanah(massa) juga ada bahan organik (humus), udara, dan ada massa cair.(sistem tiga fase).

3. Tekstur tanah berkaitan dengan kadar air tanah
Kemampuan tanah menyimpan/menyediakan air selain sangat ditentukan keadaan tekstur tanah, juga ruang pori tanah yang juga berkaitan tekstur dalam pembentukan agregat atau struktur tanah.

Pori tanah
Rongga tanah

Proses Flokulasi —– Agregasi ——Agregat

Proses dispersi (pelepasan)

Kemampuan tanah menyimpan air adalah kemampuan tanah memegang air (Water Holding Capacity), ditentukan oleh tekstur penyusun tanah. Semakin halus tekstur tanah karena kadar liatnya tinggi maka makin tinggi pula kemampuan kapasitas tanah menggenang air karena semakin luas permukaan per berat tanah yang sama. Sedangkan kemampuan tanah menggenang air yang tinggi belum tentu tinggi pula kemampuan tanah menyediakan air. Air tersedia adalah air yang mampu diserap oleh tanaman. Molekul air yang terikat pada permukaan butir tanah sulit diserap oleh tanaman. Di antara butir-butir tanah ataupun di antara agregat-agregat tanah terdapat massa (ruang) yang dapat terisi air atau udara. Makin besar ukuran agregat yang terbentuk maka makin besar pula rongga udara yang terbentuk, ukuran (pori) yang besar (> kapiler) maka air tidak tersimpan bahkan bergerak ke lapisan bawah karena gaya gravitasi , dikenal dalam istilah daya infiltrasi dan perkolasi tanah. Untuk itu air yang tersedia dalam tanah adalah air yang menempati ruang pori mikro yakni yang terdapat di antara partikel tanah yang ada di antara susunan agregat berukuran kecil. Rongga di antara pasir bila fraksi pasir dominan maka banyak terdapat pori-pori makro yang tidak dapat menyimpan air, berarti sering kekurangan air, namun drainasenya sangat berlebihan. Tanah bertekstur halus, tetapi kurang terdapat agregat hanya padat saja karena BD tanah yang tinggi, tetap mempunyai kemampuan menggenang air yang tinggi tetapi rendah kemampuan menyediakan air. Karena itu tekstur tanah yang berkaitan dengan status kadar air selain ditentukan oleh ukuran Kehalusan tekstur juga ditentukan dengan ruang pori (agregat/Struktur)

Air tersedia
Air kapiler—yg mengisi pori mikro & sedang
Jenuh air
tergenang
Partikel seluruh pori-pori
Tersedia terisi air

Air Hygroskopis air gravitasi,
(Filamen)tidak dapat Perkolasi/ Infiltrasi
diserap akar, air tidak tersedia air yg mengisi pori makro

tergenang air
jenuh air
100 %
kapasitas lapang
80 % Titik kritis atas

kapasitas lapang

60 % Titik kritis bawah

Titik layu

Titik layu permanen
Air Hygroskopis = Air filamen

Kering mutlak
Kering oven 105 o
Tidak ada air = 0%

Status kadar air tanah pada kapasitas lapang adalah kadar air maximum yang dapat dipegang tanah, dan pada saat itu juga tercapai 100 % air tersedia. Namun tidak semua air tersedia atau dapat diserap akar. Perlu diperhatikan bahwa titik kapasitas lapang adalah 100 % kemampuan tanah menggenang air, dan 100 % yang tersedia, tetapi tidak 100 % tersedia bagi tanaman. 100 % air tersedia bagi tanaman adalah sejumlah air yang berada pada titik kapasitas lapang dikurangi titik layu permanen, namun untuk kebutuhan air irigasi sebaiknya air ditambahkan pada saat air mencapai titik kritis bawah atau 60 % dari kadar air kapasistas lapang. Optimal pemberian air pada titik kritis atas atau pada saat 80 % dari kapasitas lapang. Untuk mencapai status kapasitas lapang tanah atau untuk mencapai Water Holding Capacitas adalah pada saat tetesan terakhir dari air gravitasi setelah tanah jenuh air atau tergenang. Di lapang untuk mengetahui bahwa kadar air mencapai kapasitas lapang untuk tanah bertekstur liat dapat tercapai bila setelah hujan lebat dua hari. Untuk tanah bertekstur kasar, kapasitas lapang dapat dicapai kurang dari satu hari setelah hujan lebat.
Untuk pengamatan laboratorium, mengenai kapasitas lapang dapat dibuat yakni tanah seberat 1 – 2 Kg yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam wadah (pot/kantong plastik) atau sejenisnya yang diberi lubang pada dasarnya. Kemudian tanah digenangi air tiga sampai lima kali, lalu di simpang sampai waktu tetesan air dari lubang pot berhenti selama kurang lebih dua hari. Tanah pada bagian tengah pot diambil sebagai sampel seberat  20 gr lalu ditimbang sebagai berat basah tanah, lalu dioven selama 1 – 2 hari dengan suhu 105 o C tergantung dari teksturnya, tekstur liat sebaiknya dua hari selanjutnya sampel tanah diambil lalu ditimbang sebagai berat kering oven 105oC.

Rumus 1 = BB – BK x 100 % = Sifat tanah Kadar air tanah
BK

Rumus 2 = BB – BK x 100 % = Kadar air pada saat diukur
BB
Keterangan : BB = Berat tanah basah
BK = Berat tanah kering mutlak = Kering oven 105 o

Pada rumus 1 adalah perhitungan kadar air karena sifat tanah atau pengukuran status air. Sedangkan untuk rumus 2 adalah untuk mengetahui kadar air tanah pada kondisi tanah diukur. Selanjutnya berat kering mutlak dikeringkan dalam oven dengan suhu 105oC, hal ini dikarenakan untuk melepaskan molekul air yang menyelimuti butir tanah (air hygroskopis = air filamen) diperlukan suhu sampai 105oC selama 1 – 2 hari, tergantung keadaan kehalusan tekstur tanah (kelas tekstur).

4. Tekstur Tanah Berkaitan dengan Pengelolaan Air Irigasi.
Setiap jenis tanah yang berbeda teksturnya, bersama dengan kedalaman efektif berkaitan erat dengan pengelolaan air irigasi khususnya menyangkut maksimal air yang harus ditambahkan baik pada lahan kering maupun pada lahan basah.
Berapa tinggi air maksimum yang dapat diberikan pada suatu tanah bila kapasitas lapang 40 %, kedalaman efektif 30 cm serta BD 1,0 g/cm3 (Kg.dm3) ?
= % kadar air x kedalaman efektif tanah x BD
= 40 % x 30 cm x 1 g/cm3
= 12 cm tinggi air
= 120 mm tinggi air
Bila Bj tanah 1 Maka 1 kg = 1 l = 1 dm3
1 g = 1 ml = 1 cm3
Tanah yang berbeda teksturnya, berbeda pula kadar airnya maka berbeda pula kebutuhan air, membuat jumlah air yang diberikan juga berbeda.

5. Tekstur Tanah Terkait dengan Pengolahan Tanah.
Pengolahan tanah yang optimal hasil olahannya dipengaruhi dengan :
– jenis alat yang digunakan;
– Frekuensi;
– Interval;
– Arah pengolahan;
– Waktu pengolahan.
Berdasarkan kriteria kehalusan dan kekasaran tekstur tanah berkaitan dengan teknik dan management pengolahan tanah. Tekstur tanah yang berkaitan dengan perbedaan kemampuan tanah menggenang air, membuat perbedaan gaya kohesi dan adesi tanah, air dan alat pengolah, kepadatan massa tanah dan kehalusan tekstur akan menentukan jenis alat yang digunakan serta cara pengolahan tanah perlu dicermati karena berkaitan dengan input biaya, tenaga dan waktu yang kesemuanya menentukan hasil dan produksi.
Tanah bertekstur halus (tekstur liat) yang didominasi liat, dalam kondisi kering, berat untuk diolah, jenuh air menggumpal, tergenang akan melumpur dan memadatkan tanah di bawak tapak olah (sole tapak).
Tanah bertekstur sedang, di mana kadar debu domian seperti sebagian areal di Gowa, Takalar terlalu kering akan berdebu, kering menggumpal dan mengeras sehingga alat pengolah sulit masuk dalam tanah. Namun untuk tanah bertekstur kasar dalam kondisi kering maupun basah setiap saat dapat diolah. Namun untuk setiap jenis tekstur berbeda kapasitas lapangnya maka terdapat pula perbedaan waktu tepat untuk diolah.
Tanah dengan tekstur tanah yang sangat halus bila terdapat tingkat agregasi tanah yang mantap karena humus, termasuk mempunyai periode waktu pengolahan yang panjang.
Salah satu tujuan pengolahan tanah pada waktu tertentu yang tepat selain hasil olahan optimal, juga supaya mudah diolah yakni dengan sedikit tenaga.
Tekstur tanah yang kadar liatnya tinggi pada waktu basah lebih dari kapasitas lapang maka adhesi tanah dengan alat akan tinggi berarti pelekatan tanah terhadap alat menjadi tinggi, jadi berat untuk diolah, bila terlalu basah tergenang akan menjadi lumpur, terlalu kering sangat keras dan memadat, jika kadar air mencapai 80 % kapasitas lapang kekuatan adhesi dan kohesi sama kuat, maka tidak terjadi pelekatan, tidak terjadi gumpalan hasil olahan ataupun tidak memadat, tidak melumpur berarti tidak pula merusak tanah.

6. Tekstur Berkaitan dengan Pemupukan dan Pengapuran
Kehalusan dan kekasaran tekstur tanah akan menentukan waktu dan cara pemupukan yang tepat. Tanah-tanah bertekstur halus waktu pemupukan dapat dilakukan satu kali tergantung pertumbuhan tanaman dan lebih awal karena adanya luasnya permukaan . KTK tanah yang besar membuat banyak unsur hara dari pupuk dapat dipegang (diadsorpsi) sehingga tidak mudah tercuci ataupun menguap. Dengan kadar air (kelembaban tanah yang tinggi) membuat pupuk masih bisa larut. Untuk tanah-tanah bertekstur kasar, yang luas permukaannya terbatas, KTK yang rendah membuat banyak unsur hara mudah tercuci ataupun menguap, berarti pupuk mudah hilang. Karena itu pemberian pupuk harus dilakukan beberapa kali disesuaikan dengan kadar air dan fase pertumbuhan. Untuk itu pemupukan kadang tidak berhasil karena kurang pertimbangan dari faktor kehalusan tekstur tanah. Memang pemupukan juga mempertimbangkan faktor jenis tanaman dan fase pertumbuhan tanaman.Cara pemakaian pupuk apakah dibenamkan atau ditebarkan ke permukaan tanah juga dipertimbangkan dari sifat tekstur yang ada. Tanah-tanah yang bertekstur kasar, sebaiknya pupuk tidak dibenamkan dalam tanah dan dapat juga ditebarkan ke permukaan tanah jika kelembaban tanah cukup tinggi.
Tekstur tanah hubungannya dengan pengapuran, umumnya tanah bertekstur kasar, karena sering terjadi pencucian, membuat kemungkinan besar reaksi tanah masam. Untuk itu, diperlukan pengapuran yang lebih tinggi. Untuk tanah bertekstur halus atau sangat halus reaksi tanah bisa agak masam, bisa masam ataupun alkalis ataupun tergantung bahan induk dan proses fiksasi dan pencucian.

7. Tekstur Tanah Berkaitan dengan Erosi
Tekstur tanah dengan kadar pasir yang dominan, tentunya mudah lepas karena daya kohesi tidak kuat membuat agregasi tanah tidak ada, sehingga mudah lepas karena hujan atau air. Memang diketahui secara pasti bahwa faktor tekstur tanah hubungannya tingkat erosi kurang penting. Sangat terbatas tanah berlereng atau yang ada di dataran tinggi, tanahnya bertekstur pasir. Kecuali bahan induknya adalah batuan pasir. Hal ini tidak berarti bahwa tanah bertekstur halus resistan terhadap erosi. Walaupun demikian tanah-tanah bertekstur kasar berada di dataran rendah ataupun daerah depressi membuat ancaman erosi menjadi kecil. Namun tanah-tanah pantai yang umumnya berpasir, sangat besar ancaman erosi melalui proses abrasi? Pantai.

8. Tekstur Berkaitan dengan Perkembangan Sistem Perakaran
Keadaan tekstur yang menentukan pembentukan struktur tanah, selain pori-pori tanah, perkembangan sistem perakaran tanaman sangat ditentukan oleh tekstur tanah sampai kedalaman akar dapat tumbuh dan berkembang . Yang jelas kepadatan tanah yang dipengaruhi tekstur tanah juga sangat mempengaruhi perkembangan akar. Tekstur kasar yang merata sampai ke dalam lapisan tanah, membentuk perkembangan akar yang lebih jauh tetapi jumlahnya terbatas dan sangat kurus. Dibandingkan perkembangan akar pada tanah bertekstur halus, walaupun tidak jauh ke dalam tanah namun jumlahnya lebih banyak dan lebih gemuk, namun jika cukup berpori karena agregasi akar tanaman dapat juga menembus jauh ke dalam tanah. Jumlah akar ikut menentukan luas permukaan akar, jadi walaupun tidak panjang namun banyak, luas permukaan akar lebih luas untuk menyerap air dan unsur hara.

9. Tekstur Tanah Berkaitan dengan Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah yang menunjukkan kepadatan, flastisitas dan kelekatan tanah sangat ditentukan oleh tekstur. Konsistensi tanah selain dipengaruhi kehalusan teksur tanah, juga dipengaruhi kadar dan status air, sedangkan status air tanah ditentukan oleh keadaan tekstur tanah.

10. Tekstur Tanah Berkaitan Dengan Kegiatan Mikro Organisme

11. Tekstur Tanah Berkaitan dengan Iklim Mikro Tanah, utamanya suhu dan kelembaban tanah.

12. Tekstur Tanah Berkaitan dengan Pembangunan Bangunan Fisik
Tekstur tanah juga berkaitan dengan pembangunan bangunan fisik baik sebagai tapak maupun sebagai bahan baku. Namun terkait lebih banyak ke arah daya dukung mekanik tanah yang juga ditentukan kondisi tekstur tanah.

Tekstur suatu tanah relatif tidak berubah. Perubahan melalui proses dan waktu dalam periode sangat lama, tergantung mineral penyusun butiran tanah. Mineral penyusun butiran tanah ditentukan jenis batuan. Kondisi fisik tanah yang dapat berubah adalah struktur tanah, inipun dalam waktu relatif lama, kecuali tanah selalu tercuci, pengaruh intrusi air laut dan pengolahan tanah yang intensif yang membuat hilangnnya unsur pengikat agregat tanah seperti Al, Fe, K, Ca, Mg ataupun semakin rendahnya humus yang berfungsi sebagai pengikat butir tanah yang mantap karena proses dekomposisi lanjut oleh mikro organisme tanah yang makin aktif karena pengolahan tanah, apalagi kalau kadar humus memang sudah rendah. Umumnya tanah-tanah tropis (basah) seperti sebagian besar tanah di Indonesia memiliki kandungan bahan organik tanah yang tergolong rendah. Faktor iklim tropis yang sangat menguntungkan bagi mikro organisme tanah sepanjang tahun dapat berlangsung, namun terbatas pada daerah yang memiliki bulan kering dan basah yang tegas. Untuk itu pada umumnya perlakuan dan penambahan bahan organik nyata pengaruhnya terhadap peningkatan pemberian bahan organik. Namun pada daerah dengan drainase tanah yang jelek/sangat jelek proses dekomposisi bahan organik oleh mikro organisme berlangsung lambat membuat terjadinya penimbunan bahan organik seperti pada tanah-tanah gambut.

Struktur Tanah

Dalam proses pembentukan agregat (agregasi) yang merupakan pengikatan butir-butir tanah(partikel) menjadi agregat, strukturisasi adalah proses pengikatan agregat-agregat kecil menjadi agregat yang lebih besar. Telah diketahui sebelumnya bahwa fraksi tanah ataupun material tanah yang mengalami proses agregasi yang mantap adalah material sangat halus atau yang berukuran koloid seperti liat dan humus. Tanah dng butiran tanah yang berukuran besar seperti butir pasir yang dominan, umumnya strukturnya lepas atau tidak terbentuk sekalipun kadar humusnya tinggi ataupun kation pengikatnya banyak seperti Ca, Mg, K, Mn, dsb. Yang jelas bahwa tanah berpasir (70%) memang selalu terbatas atau rendah kadar humusnya maupun unsur Ca, Mg, Al, Fe, Mn, karena pencucian ataupun bahan induk tidak mengandung Ca, Mg, Al, Fe, dsb.
Sruktur tanah tidak terlepas dari tekstur serta mineral penyusun tanah, menentukan sifat-sifat tanah yang lainnya secara jelas dapat meliputi :
1. Pori-pori tanah (porositas)
2. Bulck Density Tanah
3. Daya Infiltrasi
4. Data perkolasi
5. Permeabilitas / Seepage
6. Status dan ketersediaan air
7. Drainase/ aerasi tanah
8. Pencucian
9. Kapiler tanah
10. Evaporasi
11. Perkembangan sistem perakaran tanaman
12. Pengolahan tanah
13. Kehidupan/ Aktivitas mikro organisme
14. Keadaan erosi
15. Aliran permukaan
16. Warna tanah
17. Reaksi oksidasi reduksi
18. Teknik Pemupukan

Memperhatikan fungsi dan peranan struktur tanah yang berkaitan dengan keadaan tekstur dan kandungan humus dalam tanah demikian luasnya, namun hampir tidak disentuh dalam proses peningkatan produksi mencapai optimal. Dapat dikatakan bahwa sifat-sifat tanah yang berkaitan dengan kebutuhan tanaman untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi tergantung pada tekstur dan struktur tanah sampai kedalaman optimal untuk persyaratan kebutuhan tanaman utamanya di lapisan teratas pada kedalaman 20 cm sampai 40 cm. Setiap lapisan horizon tanah berbeda keadaan struktur tanahnya, makin ke lapisan bawah makin rendah. Kepedulian terhadap struktur tanah, jelas dapat dilihat bahwa struktur tanah tidak dijadikan kriteria untuk menentukan persyaratan tingkat kesesuaian lahan karena tidak juga ditegaskan dalam persyaratan kebutuhan tanaman. Memang disadari bahwa keadaan struktur tanah secara tidak langsung dapat didekai dengan sifat-sifat tanah lainnya seperti dikemukakan sebelumnya. Pengukuran struktur tanah secara kuantitas dan nyata masih sangat sulit, umumnya secara kuantitas saja. Sama halnya bahwa secara kuantitas dilakukan melalui pendekatan sifat tanah lainnya yang berkaitan dengan struktur seperti pengukuran Bulck Density ataupun kepadatan tanah. Pengukuran dan pengamatan struktur secara tidak langsung dapat dikaji lebih jauh.

1. Pori-Pori Tanah (porositas)
Pori-pori tanah adalah ruang antar butiran ataupun ruang antar agregat-agregat tanah. Pori-pori tanah dapat dibedakan berdasarkan ukurannya yakni pori mikro dan pori sedang serta pori makro, kadang kapiler juga digolongkan sebagai pori kapiler, namun sesungguhnya pori kapiler ini mencakup pori mikro sampai sedang. Ruang atau pori mikro terdapat di antara butir-butir (partikel) tanah yang halus sampai sangat halus, ruang pori yang ada di antara partikel pasir termasuk pori makro. Pori makro juga berada di antara agregat-agregat yang berukuran besar. Pori makro juga berada di antara agregat-agregat tanah yang primer dan sekunder. Sedangkan yang termasuk pengertian porositas tanah adalah jumlah total pori mikro, sedang dan pori makro, juga kadang disebut total ruang pori. Total ruang pori tanah dapat diketahui melalui pertimbangan kadar air pada waktu tanah jenuh air. Pada status tanah jenuh air berarti seluruh ruang pori tanah terisi dengan air. Namun secara kuantitas porositas tanah dapat dirumuskan sbb :

% Porositas =  I – BD  x 100 %
 BJ 

BD = Bulck Density
BJ = Berat jenis tanah (2,60 g/cm3)
Berat jenis tanah secara umum disepakati sama dengan 2,60 g/cm3 sesungguhnya ditentukan oleh mineral penyusun tekstur.

2. Bulck Density
Bulck density tanah ditentukan selain tekstur tanah, mineral pembentuk tekstur, porositas (pori total) atau struktur tanah, karena itu dirumuskan dalam berat massa persatuan volume tanah dengan satuan g/cm3 atau ton/m3 = kg/l. Makin berat massa tanah maka makin besar pula BD tanah. BD tanah pada tekstur yang sama akan berbeda BD bila strukturnya berbeda, karena itu kadang BD tanah dapat menjelaskan bagaimana hubungannya dengan struktur atau porositas tanah. Tidak selalu demikian tanah yang semakin besar % porositasnya seperti tekstur pasir mempunyai BD yang tinggi sedangkan untuk tekstur halus, agak halus sampai halus jika porositasnya tinggi maka Bd nya semakin rendah. Bahan organik tanah sebagai bagian massa tanah bila dominan seperti pada tanah gambut, umumnya mempunyai BD lebih kecil dari 1 g/cm. Dengan demikian BD tanah juga dipengaruhi oleh kadar bahan organik tanah. Semakin tinggi kadar bahan organik semakin kecil BD tanah, demikian pula semakin baik struktur tanah BD semakin kecil dan semakin padat tanah semakin besar BD tanah. Untuk itu BD tanah kadang dikaitkan dengan kepadatan tanah. BD tanah yang dikaitkan dengan tingkat kepadatan tanah atau dikaitkan dengan tingkat keremahan tanah sangat berhubungan dengan pergerakan air dalam tanah serta hubungannya dengan perkembangan sistem perakaran. Kepadatan tanah yang tinggi yang diperlihatkan dengan nilai BD tanah yang tinggi ( BD > 1,4 g/cm ) dapat menjadi pembatas kedalaman efektif tanah. Namun untuk tanah sawah diperlukan BD tanah yang tinggi > 1,4 g/cm utamanya pada lapisan sub soil atau  20 cm dari permukaan tanah. Lapisan tanah yang padat untuk tanah sawah yang BD nya > 1,4 g/cm disebut Flow Sole( Flow Pan, kedap air) yang berfungsi untuk menghambat kehilangan air karena perkolasi, demikian juga permeabilitas sehingga dapat terjadi genangan air. Flow pan untuk tanah sawah ini menjadi salah satu persyaratan membuat tanah sawah, demikian lapisan kedap ini sengaja dibentuk. Karena flow pan merusak tata air tanah utamanya pergerakan air karena gravitasi (perkolasi) berarti dengan persawahan akan merusak tata air , yang berarti merusak pula siklus hidrologi. Untuk itu posisi luas sawah di daerah tangkapan air perlu dipertimbangkan agar siklus air dapat berlangsung secara normal. Hal ini kurang dipertimbangkan oleh pakar hydrologi dalam kaitannya ancaman banjir pada daerah rendah yang persawahannya berada di up stream (daerah atas).
Parameter fisik tanah menyangkut BD tanah kurang bahkan tidak dipertimbangkan dalam kemajuan pembangunan utamanya kemajuan pembangunan di Indonesia. Dengan kata lain persoalan Bd tanah, diabaikan saja, sama halnya dengan struktur tanah, BD tanah tidak dijadikan kriteria dalam menentukan tingkat kesesuaian lahan ataupun persyaratan tumbuh tanaman. Memang di lapang dinilai bahwa BD tanah selalu dan mudah berubah, bila tanah tsb intensif diusahakan. Namun demikian tentu jika diupayakan agar BD tanah yang optimal untuk tanaman dapat distabilkan atau dipertahankan, sama halnya menstabilkan kemantapan lapisan flow pan pada tanah sawah. Yang jelas pada umumnya tanaman yg dibudidayakan menghendaki BD tanah antara 0,8 sampai 1,2 g/cm.sampai kedalaman efektif tanah, kecuali untuk padi sawah, karena kebutuhan genangan air diperlukan BD tanah di lapisan flow pan > 1,4 g/cm. Untuk menilai kemantapan tanah sawah atau umur tanah sawah dapat diliat dari peningkatan BD nya. Makin tinggi BD tanahnya makin sedikit air yang hilang dan makin kecil BD nya maka makin besar jumlah air yang hilang dan makin boros air atau makin besar jumlah air (tinggi genangan) irigasi yang diperlukan.

3. Daya Infiltrasi Tanah
Proses pergerakan air dari permukaan tanah masuk ke dalam tanah di sebut Infiltrasi Tanah. Kemampuan tanah menginfiltrasi ditentukan :
1. Keadaan tekstur dan struktur tanah utamanya di lapisan top soil
2. BD tanah
3. Pori-pori tanah
4. Daya perkolasi
5. Kemiringan lereng
6. Jumlah dan intensitas CH atau air irigasi
7. Daya dispersi tanah
8. Status air tanah

Pada dasarnya daya infiltrasi tanah lebih banyak ditentukan oleh keadaan struktur tanah dan selanjutnya mempengaruhi pembentukan pori-pori tanah, pada semua lapisan tanah utamanya lapisan atas. Kelangsungan infiltrasi tanah terus berlanjut bila pori-pori tanah utamanya pori makro dalam keadaan stabil. Dalam proses pemadatan tanah yang intensif sulit mempertahankan kestabilan keadaan pori artinya selalu terjadi perubahan karena struktur tanah berubah. Jika struktur tanah mantap maka keadaan pori juga mantap. Namun penurunan kadar bahan organik tanah, membuat kestabilan struktur juga menurun dan selanjutnya tanah mudah terdispersi(mudah lepas ikatan struktur tanahnya). Karena dispersi maka terjadi penutupan pori-pori makro tanah, membuat daya infiltrasi tanah menurun. Sifat tanah yang mudah mengembang dan mengerut seperti tanah bertekstur tipe liat montmorilonit membuat keadaan pori-pori tanah berubah-ubah.
Daya infiltrasi tanah terkait pula dengan faktor kemiringan permukaan tanah. Semakin miring tanah (lereng semakin tinggi )maka semakin rendah daya infiltrasi , kerena aliran permukaan semakin cepat, maka kerapatan air masuk ke dalam tanah semakin terbatas walaupun struktur atau pori-pori makro banyak, terlebih bila tanahnya padat. Daya infiltrasi tanah yang tinggi tidak disertai daya perkolasi yg tinggi, membuat daya infiltrasi menurun sampai sebesar daya perkolasi tanah. Untuk itu daya infiltrasi tanah dibatasi oleh kemampuan perkolasi atau dibatasi oleh keadaan struktur tanah di lapisan sub soil sampai pembatas solum tanah. Dapat dikatakan bila struktur lapisan bawah tidak mendukung daya infiltrasi maka daya infiltrasi tanah tidak menguntungkan atau percuma saja.
Pada kondisi tanah basah ataupun kering, infiltrasi dapat berlangsung secara cepat, namun pada tanah bertekstur debu , kadar debu tinggi dalam kondisi sangat kering infiltrasi tanah pada awalnya tidak atau sangat lambat, karena ada sifat tanah yang bersifat irrivelsible.
Data mengenai kemampuan daya infiltrasi sangat diperlukan bagi pengelolaan DAS, DAM/waduk, pihak PU pengairan untuk kebutuhan air irigasi serta diperlukan untuk usaha konservasi.

Aliran permukaan
Run off
Infiltrasi
Run off infiltrasi

perkolasi
Perkolasi permeabilitas
& permeabilitas

Gambar : Daya infiltrasi dan perkolasi pada tanah datar
dan tanah miring

4. Perkolasi
Pergerakan air dalam tanah karena gaya gravitasi setelah melalui air infiltrasi disebut perkolasi tanah. Perkolasi ataupun pergerakan air dari air infiltrasi hanya dapat berlangsung bila struktur tanah di lapisan sub soil terdapat pori-pori makro dan pori sedang. Gerakan air ke bawah karena gaya gravitasi hanya berlangsung pada pori-pori makro dan sedang saja. Air yang ada pada pori-pori mikro, merupakan agregat tanah yg halus. Jadi perkolasi hanya dapat berlangsung jika ada ruang (pori-pori) yg cukup untuk gaya gravitasi dapat berlangsung. Jika hujan lebat terjadi atau diberi air irigasi dalam jumlah besar tidak membuat terjadinya genangan air . Hal itu berarti daya perkolasi tanah besar, selain itu aliran permukaan kecil, relatif tidak ada. Air perkolasi bergerak terus selama struktur tanah mendukung sampai mencapai pembatas solum tanah (batu, pasir, muka air atau lapisan kedap). Air perkolasi yg sampai ke lapisan pembatas solum dapat membuat perkolasi terhenti atau berlangsung terus karena mengalir ke samping yg disebut Base Flow dan akhirnya keluar di tempat atau ke anak-anak sungai. Air perkolasi yg berlangsung meresap ke samping sebelum sampai pd pembatas solum tanah disebut Inter Flow, keluar di tempat rendah atau pd anak-anak sungai. Air yg bergerak di permukaan tanah di sebut aliran permukaan (run off = surfaces flow). Ketiga macam gerakan air ini dipengaruhi hydrologi. Ketiga aliran ini dapat dihitung secara empiris dengan menggunakan rumus atau pengukuran langsung di lapang ,hanya butuh biaya, tenaga dan waktu serta peralatan.
Pengukuran dan pengamatan laboratorium perkolasi dapat diukur hanya tidak dapat dibedakan apakah hanya perkolasi yang terukur atau meliputi keduanya yakni permeabilitas tanah karena pengukurannya dilakukan melalui ring sampel (sampel tanah utuh) dalam kondisi jenuh air yg disebut Hydrolick Conductivity. Air perkolasi yg berlangsung terus dan sudah melalui kedalaman efektif, atau kedalaman perakaran optimum tanaman dianggap air hilang melalui perkolasi. Bagi pengguna air irigasi tidak menghendaki adanya air perkolasi yg berlebihan terlebih bagi petani sawah yg justru menghendaki perkolasi sama dengan nol. Yg jelas untuk sawah yang sudah stabil lapisan flow pan nya perkolasi tdk ada, yg ada adalah air permeabilitas itupun sangat kecil. Jadi makin kecil air hilang di petakan sawah maka makin disengani petani. Berbeda dgn lingkungan makin besar kemampuan tanah melakukan air perkolasi dan air infiltrasi maka makin baik daerah resapan airnya yg berarti cadangan air dalam tanah makin besar, intrusi air laut terbebas dan mengurangi bahaya banjir, mengurangi bahaya erosi. Namun demikian data mengenai perkolasi tanah tdk pernah diamati secara serius, apalagi luas daerahnya sangat luas.

5. Permeabilitas Tanah
Sama halnya dengan perkolasi, permeabilitas tanah hampir tdk pernah digunakan ataupun dimanfaatkan bagi kepentingan pertanian. Perkolasi maupun permeabilitas dapat merupakan bentuk air hilang bila sudah melewati lapisan tanah efektif. Permeabilitas adalah pergerakan air ke bawah melewati lapisan permeabel tanah, bukan karena gaya gravitasi, karena itu berbeda dng air perkolasi, air permeabilitas jauh lebih sedikit dari air perkolasi, walaupun demikian tetap diperhitungkan sebagai air hilang bila sudah lepas dari kedalaman efektif tanah.

Run off = aliran permukaan = sur face plow

Inter plow = aliran dalam

sungai Base plow = aliran dasar

6. Status Ketersediaan Air Tanah
Struktur tanah yg berkaitan dng status air tanah atau keairan tanah secara tdk langsung pengaruhnya terhadap pembentukan pori-pori tanah seperti telah dijelaskan di muka.
Perlu dipahami bahwa status air tanah, apakah titik jenuh, kapasitas lapang dan titik kritis air atau titik layu permanen sangat berubah-ubah dr waktu ke waktu apakah krn sifat curah hujan, gaya gravitasi ataupun karena evapotranspirasi. Namun status air yg berbentuk filamen menyelimuti butir tanah relatif tdk berubah karena secara alami tdk ada suhu udara sampai 105oC, kecuali kebakaran. Perubahan status kadar air tanah tdk hanya disebabkan krn adanya gaya gravitasi tetapi banyak gaya-gaya lain yg bekerja terhadap air yg membuat air bergerak dalam tanah dari suatu tempat ke tempat yg lain, Yakni :
1. Tekanan (P) dari massa air sendiri
2. Gaya matrik tanah
3. Gaya osmotik
4. Gaya perkolasi (gaya gravitasi)
5. Gaya kapiler
Total gaya yg bekerja menentukan pergerakan air dalam tanah yg disebut gaya potensial air tanah. Air akan bergerak dari gaya potensial air yg tinggi ke tempat yg gaya potensial yg rendah. Jumlah air yg berlebih dalam tanah maka gaya tekanan massa air bekerja, dan disertai dgn ruang pori makro yg banyak maka pergerakan air ditentukan oleh gaya gravitasi. Bila kondisi air berlebih dalam tanah, gaya matriks tanah(tidak bekerja) atau = 0. Kelarutan unsur hara dalam air tanah akan dipengaruhi gaya osmotik bila air tanah dari hujan atau irigasi jernih maka gaya osmotik tdk berlangsung. Untuk gaya matriks yakni yg dipengaruhi massa padatan tanah, yg bekerja sesungguhnya adalah gaya adhesi dan kohesi. Gaya adhesi yakni gaya tarik antara padatan tanah (tekstur + bahan organik) dgn air yg sangat kuat bila air dalam tanah kurang, namun bila air berlebih atau telalu kering tidak ada gaya adhesi. Kohesi adalah gaya tarik antara partikel tanah atau gaya tarik antar molekul air. Gaya kohesi tdk berlangsung bila kondisi tanah berlebihan air dan bila telalu kering .
Gaya-gaya yg bekerja pada air selain digunakan untuk kepentingan pergerakan air dlm tanah dan status ketersediaan air dlm tanah, juga sangat penting dlm kaitannya dgn teknik pengolahan tanah. Utamanya menyangkut gaya adhesi dan kohesi tanah. Kemudahan tanah diolah, terkait dng kedua gaya ini. Kemudahan tanah diolah adalah pada saat gaya adhesi dan kohesi sama kuat atau kedua gaya ini sama dengan nol. Hal ini tercapai bila status kadar air tanah berada pada (80%) kapasitas lapang. Kekuatan adhesi dan kohesi sama dengan nol bila tanah terlalu berair dan terlalu kering. Hanya saja pd waktu tanah berair kualitas hasil olahan berlumpur dan membuat kepadatan pd tapak olah(flow pan) sedangkan bila tanah sangat kering, status kadar air di bawah titik layu permanen atau pd saat kadar air mencapai kurang dari 5 %, hasil olahan sangat halus (ikatan agregat menjadi lepas) kalau teksturnya berdebu dan liat akan menjadi debu yg berterbangan pada saat diolah. Yg jelas pengolahan tanah pada saat 80 % kapasitas lapang daya adhesi dan kohesi sama kuat, hasil olahan sedang, tanah mudah diiris, tidak terjadi pemadatan tanah, tidak lumpur dan tidak terbang (ditiup angin), tidak terjadi pelekatan tanah pada alat pengolah sehingga mudah untuk diolah (ringan), selanjutnya waktu pengolahan menjadi singkat. Pengolahan tanah menjadi efisien dan optimal.

7. Drainase dan Aerasi Tanah
Karakteristik tanah menyangkut keadaan drainase dan aerasi tanah berhubungan dengan faktor pembentuk tanah yg sangat bervariasi membuat drainase dan aerasi tanah juga sangat bervariasi. Dengan variasi ini maka management dan teknik budidaya serta pilihan jenis tanaman juga bervariasi dan dari satu tapak ke tapak lain.
Pada uraian mengenai warna tanah telah dijelaskan bahwa warna tanah dapat digunakan sebagai petunjuk bagaimana keadaan drainase dan aerasi tanah. Untuk merubah warna tanah dari warna merah menjadi kelabu atau coklat menjadi kuning butuh waktu yg lama antara lain merubah dulu dan memperbaiki drainase dan aerasi tanah. Merubah dan memperbaiki drainase dan aerasi tidak mudah atau butuh waktu, biaya yg tinggi dan tenaga serta peralatan. Drainase dan aerasi tanah dapat ditentukan karena :
1. Tata letak tanah tehadap topografi dan lereng;
2. Tekstur tanah pd setiap horizon;
3. Struktur tanah pada setiap horizon
4. Faktor pembatas solum tanah
5. Keadaan pori dan kepadatan tanah

– Tata Letak Tanah Terhadap Topografi dan Lereng.
Pada umumnya tanah yg berada di daerah topografi berombak, bergelombang sampai bergunung pd umumnya mempunyai drainase dan aerasi yg sedang sampai baik. Kecuali pada-tempat-tempat cekungan (depressi). Demikian pula tanah tanah yg mempunyai lereng > 3 % mempunyai drainase dan aerasi yg tergolong sedang sampai baik, namun pd daerah depressi (rawa) sudah pasti bahwa keadaan drainase dan aerasi tanah sangat jelek.
Drainase adalah proses pembuangan kelebihan air, di permukaan tanah disebut drainase permukaan, di dalam tanah disebut drainase dalam tanah. Sedangkan aerasi adalah proses pertukaran/pergerakan udara tanah dan atmosfer.
Keadaan tekstur tanah pd setiap horizon, menentukan struktur tanah, lebih nyata pengaruhnya terhadap drainase dalam tanah. Tanah berstruktur lepas atau tidak mantap akan mempengaruhi kepadatan tanah dan selanjutnya mempengaruhi pergerakan air menjadi terhambat membuat drainase dan aerasi tanah juga terhambat. Kedua sifatt tanah ini akan menentukan hasil dan produksi tanaman.
Pada dasarnya dalam usaha pembuatan sistem drainase selalu dikaitkan dng pembuatan sistem irigasi. Kecuali usaha perbaikan drainase dalam tanah. Perbaikan drainase dalam tanah jauh lebih sulit dari perbaikan drainase permukaan. Bagaimana teknologi perbaikan drainase yg benar dan tepat utk drainase permukaan didasari dgn peta topografi / lereng (perbedaan tinggi tempat). Namun untuk drainase dlm tanah, terlebih bila dilakukan dgn membenamkan pipa/ selang/ bambu/ ijuk dalam tanah.
Kondisi drainase dan aerasi tanah jelek atau terhambat ataupun lancar, keduanya berpengaruh jelek terhadap tanaman dan kehidupan mikrobia dalam tanah juga terhambat. Keduanya membuat secara tdk langsung proses dekomposisi bahan organik juga terhambat. Untuk itu akumulasi sisa tanaman akan menumpuk seperti pada tanah gambut. Kondisi drainase dan aerasi sedang adalah kondisi optimal bagi tanaman maupun mikroorganisme utk tumbuh berkembang karena selain cukup air yg tersedia juga cukup O2 bila konsisi yg lain ikut mendukung. Akumulasi sisa tanaman, akar menghasilkan asam-asam organik termasuk H2SO4 atau H2S dan bila banyak Fe akan membentuk pirit H3S yg sangat berpotensi menimbulkan kemasaman Tanah. Tanah-tanah yg mengandung pirit yg tinggi akan berpengaruh jelek bagi ikan dan udang bila dijadikan tambak. Dengan demikian pengaruh drainase tanah dan aerasi tanah akan berpengaruh tidak langsung terhadap sifat kimia tanah. Seperti tanah sawah yg tergenang air pada periode lama akan membuat pH tanah alkalis menjadi netral. Keadaan drainase dan aerasi tanah juga mempengaruhi reaksi oksidasi reduksi yg membuat besi Ferri menjadi Ferro karena drainase terhambat (reduksi) yg membuat warna tanah menjadi kelabu, sebaliknya menjadi merah jika drainase tanah lancar, seperti tanah dengan bahan induk kapur akan menjadi cokelat sampai merah bila aerasi baik (lancar).

7. Kapiler Tanah
Kapiler tanah berkaitan dgn pori-pori tanah seperti dijelaskan sebelumnya tanah dgn agregat (struktur) yg baik dan mantap mempunyai pori-pori mikro dan sedang yg banyak, membuat air dari lapisan tanah bawah akan naik ke lapisan atas karena kapiler.g Pergerakan air ke lapisan tanah atas menjadi air tersedia bagi tanaman disebabkan karena gaya kapiler tanah . Tanah bertekstur kasar seperti pasir apalagi pasir kasar ridak mempunyai pori kapiler, bila di musim kemarau air tidak akan naik di permukaan, tetapi air yg sudah dalam/di bawah lapisan pasir akan terakumulasi dan tdk hilang karena evaporasi. Untuk itu lapisan pasir berfungsi sebagai mulsa, namun diperlukan fasilitas irigasi utk menyedot air yg tersimpan di lapisan aquafer di bawah lapisan pasir yg sangat jauh ke bawah dapat mencapai ratusan m ke bawah seperti yg terdapat di Timur Tengah dan Mesir di bawah padang pasir. Untuk itu pd daerah padang pasir yg sangat kering dan bersuhu udara tinggi tdk membuat air di bawah lapisan pasir akan menguap karena pasir tdk mempunyai pori kapiler. Karena itu tanah yg bersolum dalam, bila terbentuk pori kapiler tanah, maka periode kering yg lama tdk membuat ketersediaan air habis. Hal ini dapat dikaitkan dgn sistem perakaran tanaman yg dalam dapat menyerap air ke lapisan tanah dalam, dimana untuk sistem perakaran tanaman semusim tidak dapat menjangkau, tanaman pohon masih bisa dan tetap bertahan walaupun dalam kondisi demikian kering seperti Talak (lontar) Mangga ataupun bambu, sedangkan untuk tanaman lain sudah tidak mampu. Yg jelas solum tanah harus dalam, ataupun solum tanah terbatas karena dilapisi dibatasi dengan batuan yg Unconsolide (tdk utuh) seperti ketiga jenis tanaman tersebut mampu masuk di antara celah retakan batuan. Seperti yg banyak terlihat di Jeneponto yg dianggap dangkal solumnya tetapi lontar, bambu kelapa, mangga ataupun jati. Bila indikkator tanaman ini tdk ada maka pasti solum tanahnya sangat dangkal atau terdapat lapisan batu utuh (consolidate).
8. Evaporasi
Penyerapan air melalui permukaan tanah atau muka air bebas disebut evaporasi.. Evaporasi selain dipengaruhi faktor luar tanah, faktor dalam tanah seperti tekstur, struktur dalam hal ini kapiler tanah akan membuat mudah tidaknya air tanah hilang melalui evaporasi. Kehilangan air melalui penyerapan tanah tetap berlangsung terus selama iklim terus mendukung. Evaporasi dapat diperkecil atau dihambat dengan cara memberi perlakuan khusus yakni memberi mulsa. Mulsa bisa dalam bentuk :
1. Sisa tanaman;
2. Sampah organik;
3. Bahan non organik, seperti :
– Plastik
– Papan
– Batu-batuan
– Pasir
– Bahan lain yg an organik.

Bila evaporasi dpt dihambat berarti cadangan air tanah yg tersedia bagi tanaman akan lebih lama periode waktunya, terlebih jika air kapiler terus berlangsung karena itu tanah-tanah yg mempunyai banyak batuan lepas di permukaan tanah dapat difungsikan sebagai mulsa untuk tanaman perdu atau pohon-pohonan yg ada di Tator ataupun di Tinggi Moncong, Gowa. Tanaman yg sama pd tanah yg sama, namun karena diberi mulsa batuan yg cukup menutupi sekitar piringan atau pangkal pohon akan lebih vigor dan memproduksi lebih tinggi dari tanaman yg tdk diberi mulsa. Bahkan di negara Afrika khususnya yg menghasilkan tambang batu apung. Yg jelas bahwa pemberian mulsa untuk mencegah evaporasi merupakan input biaya tambahan. Walaupun merupakan input biaya tinggi bila kenaikan produksi juga tinggi per unit berarti secara ekonomis dapat dilakukan.

Kimia Tanah

Kimia kesuburan tanah termasuk karakteristik (sifat) tanah, yg secara lansung atau tdk langsung dipengaruhi sifat fisik dan biologis tanah. Namun akan diuraikan kemudian yg jelas ke tiganya karakteristik tanah masing-masing lebih terperinci akan dipelajari sebagai masing-masing satu mata kuliah utamanya yg mengambil Jurusan Ilmu Tanah.
Antar sifat fisik dan kimia serta sifat biologis saling berinteraksi satu dgn yg lain menentukan sifat tanah serta potensi dan kemampuan tanah. Dgn kata lain fisik kimia mempengaruhi kimia dan biologis tanah, demikian pula sebaliknya.

Potensi Kemampuan Lahan

Telah diketahui bahwa potensi dan kemampuan lahan dapat dilihat dari karakteristik fisik, kimia dan biologis lahan/tanah karena itu potensi lahan menggambarkan kemampuan tanah/lahan aktual yg jika diberi input akan meningkat kemampuannya. Potensi dan kemampuan lahan /tanah meliputi potensi kualitas dan luas lahan. Potensi kualitas menyangkut tingkatan kriteria kualitas lahan yg digunakan.

Produktivitas Tanah

Produktivitas lahan meliputi produktivitas tanah dan produktivitas karena faktor luar yg berpengaruh seperti iklim, topografi dsbnya. Produktivitas tanah adanya kemampuan tanah yg mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Menjadi pertanyaan bagaimana mengetahui mengenai kemampuan tanah yg tinggi atau rendah dan apa yg dinilai serta kriteria yg digunakan. Produktivitas ataupun kemampuan tanah mendukung pertumbuhan dan produktivitas satu tanaman ditentukan oleh semua faktor tanah yg menentukan pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman yakni meliputi :
1. Kedalaman Efektif Tanah.
Semakin dalam atau semakin tebal kedalaman efektif tanah maka semakin tinggi nilai produktivitas tanah tersebut. Semakin dalam lapisan efektif tanah tentunya mempunyai volume tanah untuk akar dapat tumbuh dan berkembang lebih luas ataupun semakin banyak air, unsur hara dan O2 yg dapat ditampung/disediakan tanah untuk kebutuhan tanaman. Sebaliknya semakin dangkal lapisan efektif maka semakin terbatas pula kemampuan menampung dan menyediakan air, unsur hara dan O2 .

2. Kedalaman Solum Tanah.
Kedalaman solum tanah umumnya lebih dalam atau lebih tebal dari kedalaman lapisan efektif, minimal sama bila solum tanah dangkal. Lapisan tanah dalam di bawah lapisan efektif relatif tidak mendukung penyediaan unsur hara, air dan O2, namun berfungsi sangat penting bagi perkembangan akar untuk menunjang berdirinya tanaman seperti akar tunggang. Selain itu, walaupun relatif tdk berfingsi untuk menyediakan air, unsur hara, dan O2, lapisan tanah di bawah lapisan efektif berfungsi penting sebagai cadangan/gudang penyimpanan air, unsur hara, dan O2. Cadangan air, unsur hara yg tersimpan dalam tanah berpotensi sebagai cadangan, cadangan air misalnya pada waktu tdk terjadi hujan/irigasi, air pada lapisan ini dapat digunakan akar bila air tersebut dapat naik ke atas ke lapisan efektif tanah melalui kapiler. Unsur hara yg ada dalam larutan air tanah, juga dapat diserap oleh akar bila larut bersama air tanah kapiler. Cadangan hara yg ada di bawah lapisan efektif, dapat berbentuk bahan terakumulasi hasil pencucian atau masih dalam bentuk belum tersedia, karena fiksasi atau dalam bentuk senyawa yg terikat atau bereaksi dgn mineral lain. Hal ini dapat dipahami karena tanaman akar hanya dapat menyerap hara dalam bentuk ion (kation dan anion). Karena cadangan hara yg ada, harus melalui proses lebih jauh untuk dapat tersedia bagi akar tanaman seperti proses hydrolysa, oksidasi, reduksi. Untuk itu solum tanah dinilai sebagai potensi produktivitas tanah, yg berarti semakin dalam/tebal solum tanah maka semakin tinggi potensi produktivitas tanahnya, utamanya bila jenis tanaman keras/jangka panjang, solum tanah selain lapisan efektif menjadi salah satu persyaratan utama namun oleh LPT Bogor, faktor kedalaman solum tanah tdk dijadikan standar untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan.
Kelas kedalaman efektif tanah dan solum tanah dpt dilihat pada tabel berukut ini :

No. Kedalaman Efektif Kelas Kedalaman Solum Kelas
1. > 90 cm Sangat dalam > 150 cm Sangat dalam
2. 75 – 90 cm Dalam 120 – 150 cm Dalam
3. 60 – 75 cm Agak dalam 90 – 120 cm Agak dalam
4. 45 – 60 cm Sedang 75 – 90 cm Sedang
5. 30 – 45 cm Agak dangkal 60 – 75 cm Agak dangkal
6. 15 – 30 cm Dangkal 45 – 60 cm Dangkal
7. < 15 cm Sangat dangkal < 30 cm Sangat dangkal

Pada survey tanah di lapang, pengamatan profil tanah, data mengenai kedalaman efektif dan solum tanah perlu dicatat untuk setiap pengamatan.

3. Tekstur Tanah
Produktivitas tanah berkaitan dgn tingkat kehalusan tekstur namun tdk berkolasi langsung. Dari 12 kelas tekstur tanah yg tergolong paling tinggi potensi, produktivitasya adalah tanah-tanah bertekstur lempung berdebu, lempung berliat ataupun lempung berpasir atau tanah-tanah yg tergolong sedang teksturnya. Ditinjau dari perbandingan relatif pasir, debu dan liat yg sesungguhnya tekstur yg dinilai paling produktif adalah yg seimbang porsi persentasenya yakni  30 % liat,  30 % debu dan  30 % pasir, dengan demikian keseimbangan air dan O2 diharapkan terjadi, Namun demikian faktor kondisi tanah lainnya sama. Berdasarkan aspek tekstur yg terkait dgn potensi penyediaan air dan unsur hara, yg paling tinggi produktivitasnya adalah bertekstur sangat halus (liat) karena luas permukaan per satuan berat/volume tanah paling tinggi.

4. Kemampuan Tanah Menampung, Menggenang dan menyediakan air
Kemampuan tanah menampung air ditentukan oleh tekstur dan ruang pori total, sedangkan kemampuan tanah menggenang air tanah juga ditentukan oleh kelas tekstur dan ruang pori mikro. Sedangkan kemampuan tanah menyediakan air adalah lebih banyak ditentukan selain tekstur, pori-pori tanah, juga kedalaman tanah efektif.Kemampuan tanah menggenang air ditentukan oleh tekstur, pori-pori tanah pd setiap horizon yg ada pd solum tanah. Kemampuan tanah menampung, menggenang dan menyediakan air selain ditentukan oleh keadaan tekstur terkait dgn struktur dan keadaan kepadatan tanah dari setiap horizon yg ada pd setiap kedalaman efektif dan kedalaman solum tanah.

5. Struktur Tanah
Struktur tanah selain berkaitan dgn pori-pori tanah yg menentukan ketersediaan air dan udara tanah, ataupun yg berkaitan dgn drainase dan aerasi tanah, termasuk faktor pengaruh yg menentukan pertumbuhan dan perkembangan sistem perakaran tanaman, karena itu keadaan struktur satu tanah menentukan produktivitas tanah untuk mendukung pertumbuhan dan produksi. Namun seperti diuraikan sebelumnya bahwa struktur tanah tdk stabil sehingga sulit dijadikan dasar penentu produktivitas tanah. Yg jelas tanah dengan struktur remah dan konsistensi tanah yg gembur merupakan kondisi struktur tanah yg mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar tanah yg optimal. Struktur hasil olah tanah yakni hasil olah tanah, adalah suatu usaha untuk menghasilkan media sad bed dan root bed untuk mendukung perkecambahan dan pertumbuhan akar tanaman. Walaupun demikian struktur tanah dapat dilihat, diraba/dirasakan maupun diukur yg dapat melalui gambaran struktur tanah. Struktur tanah dapat dibedakan berdasarkan :
1. Bentuk struktur
2. Ukuran
3. Kemantapan

Bentuk struktur yg dapat diamati .
a. Struktur lepas
b. Agregat berbentuk :
– bloky ———– tidak teratur

– Angular bloky —————

– Sub angular bloky ———–

– Columnar ——————–

– Tiang ————————

– Lempeng ———————

– Prisma ———————-

Ukuran struktur :
– Agregat kecil (primer)
– Agregat besar (sekunder)
– Bongkah
– Gumpal

Kemantapan struktur tanah dapat dibedakan berdasarkan, kemantapan ikatan struktur :
– Sangat mudah terdispersi – Agak resisten
– Mudah – Resisten
– Agak mudah – Sangat resisten

Mudah tidaknya tanah terdispersi, dapat diukur di laboratorium tanah yg sangat mudah terdispersi adalah pasir 100 %, debu 100 % ataupun tanah-tanah yg kadar pasirnya lebih 70 % Tanah tergolong mudah terdispersi adalah tanah yg kandungan pasirnya dan debunya cukup tinggi yakni 60 % pasir,  40 % debu dan liat kurang dari 1 %. Dispersi tanah juga ditentukan dgn ukuran kehalusan partikel penyusun tanah, kadar humus dan unsur kimia/mineral penyusun tanah seperti Al, Fe, Ca, Mg, Na, Mn dsb ikut menentukan kemantapan struktur tanah.

6. Keadaan Kimia dan Status Unsur Hara , meliputi :
– Reaksi tanah agak masam sampai agak netral
– Kapasitas tukar kation(KTK), semakin tinggi KTK semakin tinggi potensi produktivitasnya
– Status hara (makro dan mikro)
– Ada tidaknya zat yg mencuci
– Fiksasi unsur hara

7. Kehidupan Jasad Hidup (hama dan penyakit tanaman yg ada di tanah)
Kehidupan jasad hidup tidak menjadi terganggu atau pengganggu tanaman atau jasad hidup yg hidup dapat bersimbiosisme dgn tanaman (akar tanaman). Secara umum keberadaan jasad hidup atau mikro organisme tanah tdk dinilai sebagai penentu produktivitas tanah. Namun secara tdk langsung tergambar pd status kadar Carbon dalam tanah dan kadar Nitrogen Total. Secara khusus keberadaan dan kehidupan jasad hidup ataupun mikro organisme tanah dapat diamati di laboratorium.
Kehidupan jasad hidup dalam tanah, utamanya peranannya dalam proses pelapukan bahan organik, agar siklus hara tetap berlangsung. Untuk itu kehidupan jasad hidup termasuk mikro organisme tdk secara langsung menentukan produkivitas tanah, tetapi keberadaannya dapat menjadi petunjuk nilai produktivitas tanah.

8. Kadar Bahan Organik
Kadar bahan organik termasuk kadar C tanah dapat menjadi kriteria dan penentu produktivitas tanah. Humus sebagai salah satu hasil dekomposisi bahan organik dalam bentuk semistabil, berfungsi meningkatkan dan memperbaiki maupun mempertahankan nilai produktivitas tanah. Namum kadar humus ini dalam bentuk massa tanah, bersifat kolloid sama dengan liat, sampai saat ini belum ada cara menentukan kadar humus dalam tanah, tetapi kadar C organik itu tanah dapat digunakan sebagai pendekatan kadar humus dalam tanah. Namum dengan tinggi kadar C dapat dipakai sebagai petunjuk tinggi rendahnya produktivitas tanah. Humus merupakan massa tanah yg berfungsi memperluas bidang serapan unsur hara, menentukan atau berpengaruh terhadap sifat (tanah) kimia tanah seperti KTK dan juga berpengaruh terhadap sifat fisik tanah utamanya dengan kemantapan struktur tanah, kemudahan pengolahan tanah maupun pengikatan penyediaan air. Untuk itu humus sangat penting sebagai salah satu penilaian tingkat kemampuan tanah ataupun tingkat produktivitas tanah. Hanya saja kadar humus dalam tanah dari waktu ke waktu mudah berubah-ubah statusnya khususnya berkaitan dengan intensitas penggunaan tanah. Hal-hal yg membuat kadar humus menurun dalam tanah yakni;
1. Kehidupan mikro organisme
Kehadiran mikro organisme tanah, bila lingkungan sesuai, selalu aktif dalam tanah dalam proses perombakan bahan organik termasuk humus
2. Pengolahan tanah
3. Pembakaran sisa tanaman.

Berdasarkan uraian mengenai faktor penentu dan penilaian produktivitas tanah yg nampaknya seperti abstrak dan sulit ditentukan serta tidak jelas dan nyata kaitannya dgn produksi tanaman, membuat penilaian ini untuk pembangunan pertanian maupun dalam perencanaan penggunaan tanah hampir tidak dipertimbangkan secara khusus. Dalam evaluasi dan penilaiannya sesungguhnya banyak informasi yg berkaitan dgn usaha tani utamanya menyangkut input produksi. Tinggi rendahnya input produksi sangat ditentukan tingkat produktivitas tanah. Makin rendah produktivitas yg ada maka maka semakin besar input produksi yg diperlukan untuk mendapatkan hasil optimal. Berdasarkan nilai produktivitas tanah yg diamati dapat memberikan informasi ada tidaknya faktor pembatas untuk mendapatkan produksi optimal.
Kenyataan lapang, produktivitas tanah yg tinggi untuk berbagai jenis tanaman atau satu jenis tanaman yg diusahakan dpt berbeda dgn harapan yg ingin dicapai. Karena itu produktivitas tanah yg tinggi belum dapat menjamin tercapainya produksi yg optimal. Karena hasil produksi optimal tdk hanya ditentukan oleh faktor tanah saja tetapi termasuk faktor lain yg berpengaruh yg sifatnya sangat kompleks yg saling menentukan. Untuk itu, dengan alasan pertimbangan bahwa sangat banyak faktor penentu untuk mencapai produksi optimal termasuk faktor genetika tanaman mengenai bibit yg digunakan, maka diperlukan teknologi yg terpadu yg diatur dalam satu bentuk managemen. Dengan demikian produktivitas tanah yg dinilai lebih bersifat potensi tanah utk mendukung hasil optimal, masih tergantung pd managemen yg diterapkan.
Dalam penentuan tingkat kesesuaian lahan, dikenal adanya kelas kesesuaian lahan, namun sifatnya juga hanya gambaran potensi kesesuaian lahan . Namun oleh ahli tanah menggunakan tingkat kesesuaian lahan sebagai pendekatan utk mencapai tingkat produksi tertentu dari jenis tanaman yg dinilai, inipun dapat tercapai bila managemen yg digunakan tepat. Untuk tingkat kesesuaian lahan dapat dijadikan petunjuk potensi produktivitas tanah/lahan. Yg tergolong sangat sesuai (Si) mempunyai tingkat produktivitas yg paling tinggi, bila diusahakan secara benar dan tepat produksi bisa dicapai 100 % sama dgn produksi optimal tanaman demikian pula yg tergolong cukup sesuai hanya sampai 60 % – 80 % (Nanti diuraikan pd penelitian tingkat kesesuaian lahan).
Bila dikaji lebih luas bahwa produktivitas tanah yg menggambarkan kemampuan tanah utk mendukung pertumbuhan dan perkembangan sistem perakaran tanaman dapat diartikan sebagai kemampuan tanah menampung, menyimpan dan menyediakan unsur hara, air dan udara. Selanjutnya kemampuan tanah ini berkaitan dengan sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Karena jenis dan macam tanah sangat bervariasi dan karena variasi penggunaan tanah membuat produktivitas tanah juga bervariasi.
Khususnya untuk tanah sawah, produktivitas tanah sawah sangat dibatasi oleh lapisan flow pan (lapisan kedap). Pembentukan lapisan kedap pd tanah yg sengaja dibentuk agar terjadi genangan air membuat produktivitas tanah terbatas yakni hanya pd ketebalan lapisan tanah di atas lapisan kedap hanya sekitar 20 cm. Walaupun untuk tanaman padi sudah sesuai persyaratan luar penyebaran akarnya tetapi produktivitas tanah yg ada di bawah lapisan kedap menjadi tidak bermanfaat atau tidak dapat berfungsi. Untuk itu pembuatan tanah sawah dapat merusak atau menurunkan produktivitas tanah. Karena itu pula tanah yg dijadikan sawah peruntukannya menjadi sangat terbatas, selain padi adalah bentuk jenis tanaman semusin yg juga terbatas luas penyebaran akarnya. Keterbatasan produktivitas tanah sawah yg sengaja dibentuk membuat input produksi selalu diperlukan, terlebih bila tekstur tanah kurang mendukung, pengembalian bahan organik terbatas( terlebih bila dibakar dan tidak dikembalikan).
Berdasarkan faktor penentu produktivitas tanah, memperlihatkan bahwa untuk meningkatkan ataupun memperbaiki kedalaman efektif dan solum tanah ataupun memperbaiki tekstur tanah merupakan hal yg tidak dapat dilakukan. Satu-satunya usaha untuk meningkatkan produktivitas tanah walaupun dengan input biaya dan waktu yg cukup tinggi yakni peningkatan humus tanah dan penambahan bahan organik yg tinggi.
Umumnya tanah-tanah di Indonesia sangat rendah kadar bahan organiknya maka pada umumnya tanah-tanah di Indonesia juga rendah produktivitasnya. Namun demikian dari produktivitas tanah yg rendah bila digunakan dengan managemen yg benar dan tepat masih memungkinkan diusahakan dan memberi keuntungan yg berarti. Salah satu upaya yg perlukan untuk meningkatkan pendapatan dari tanah yg terbatas produktivitasnya adalah penerapan sistem pertanian yg optimal.

HIDROLOGI / IRIGASI

Agustus 28, 2009

HIDROLOGI / IRIGASI

Pendahuluan

Irigasi adalah bagian dari ilmu pengetahuan Hydrology atau ilmu pengetahuan mengenai keairan. Namun pengetahuan mengenai irigasi lebih terarah pada ilmu keairan yang sifatnya terapan atau aplikatif.
Irigasi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses pemberian/pengaliran air untuk kebutuhan pertumbuhan yang optimal. Fasilitas pengadaan air irigasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman, karena keterbatasan curah hujan dan atau keterbatasan tanah menampung dan menyediakan air. Keterbatasan iklim dalam hal ini curah hujan dan keterbatasan tanah menampung dan menyediakan air, berarti membatasi pula pertumbuhan produksi tanaman.
Untuk mencapai pertumbuhan dan produksi tanam yang optimal mutlak membutuhkan jumlah air yang optimal pula. Kebutuhan optimal hanya dicapai melalui penambahan air sampai mencapai kebutuhan optimal dimana setiap jenis tanah dan setiap jenis tanaman berbeda satu dengan yang lainnya. Untuk itu tanpa adanya fasilitas irigasi yang dapat memenuhi kebutuhan air yang optimal, jangan diharapkan akan mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang optimal.
Kekurangan atau kelebihan air, keduanya sama jeleknya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Untuk itu fasilitas irigasi dapat befungsi ganda yakni untuk menambah air bila kekurangan air dan membuang air bila terjadi kelebihan air karena hujan. Karena itu saluran irigasi harus dapat berfungsi mengantar / mengalirkan air dan dapat pula berfungsi drainase atau membuang air kelebihan. Termasuk untuk padi, tanaman padi sawah membutuhkan genangan air tetapi terbatas 2,5 cm sampai 5 cm. Jika genangan air berlebihan lebih dari 5 cm, dapat menekan jumlah anakan atau dapat ,mematikan tanaman karena buruknya akar tanaman.Tanaman padi bukan tanaman air, tetapi toleran terhadap kelebihan air ( tidak mempunyai akar nafas seperti tanaman bakau ). Tanaman bakau atau tanaman teratai termasuk tanaman air karena memang habitatnya atau karena mempunyai akar nafas yang bisa mencul di permukaan air untuk bernafas. Berbeda dengan jenis tanaman kangkung yang bisa hidup pada dua habitat yang kontradiktif yakni bisa tergenang dan bisa kering.
Untuk itu pengadaan air irigasi tidak terbatas untuk pertanaman padi sawah saja, tetapi untuk seluruh jenis tanaman yang dibudidayakan, bila faktor ketersediaan air menjadi pembatas utama, dalam hal ini karena iklim dan sifat curah hujan serta kemapuan tanah.

I. Fungsi Air Bagi Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
1. Air dibutuhkan untuk proses fotosintesis, yakni :
cahaya
6 H2O + 6 CO2 C6H12O6 + 6O2 + Energi
energi
2. Transpirasi
3. Pelarut unsur hara dalam tanah, agar unsur hara dapat tersedia dan diserap oleh akar tanaman
4. Penetral suhu tanah
5. Untuk pengisian cairan cel (Protoplasma)
6. Proses metabolisme tanaman (Karbohydrat, protein, enzym, dsb )
7. Unuk mempermudah pengolahan tanah, mengatur waktu pengolahan tanah dan menciptakan strukur olahan tanah yang optimal.
8. Untuk pembentukan struktur tanah yang lemah( proses basah dan kering tanah )
9. Untuk proses dekomposisi, yang dibutuhkan mikroorganisme
10. Secara tidak langsung, air irigasi dapat berfungsi mencuci debu (kotoran yang ada pada daun untuk mengoptimalkan proses fotosintesis.

Berdasarkan fungsi dan peranan air (termasuk air irigasi) dapat disadari bahwa kebutuhan air tidak haya terbatas untuk diserap oleh tanaman saja tetapi lebih luas, seperti mengatur suhu tanah, mempermudah pengolahan tanah, kebutuhan mikroorganisme serta untuk mencuci debu dan kotoran yang melekat pada daun. Pada waktu musim kemarau/kering umumnya debu dari tanah berterbangan terlebih bila diolah, debu dan kotoran yang menutupi permukaan daun tentunya akan membatasi klorofil tanman berfotosintesis demikian pula untuk transpirasi. Selain itu debu/kotoran yang ada dapat menjadi media bagi beberapa jenis penyakit tanaman tanpa disadari. Untuk itu fungsi dan peranan air sangat diperlukan bagi tanaman yang dibudidayakan agar pertumbuhan dan produksi optimal tanaman dapat dicapai.

II. Fasilitas Pengadaan Air Irigasi
Tambahan air irigasi bagi orang ekonomi (Sosek), menilai bahwa tambahan air itu adalah input produksi. Sebagai input produksi maka keuntungan yang sesungguhnya diperoleh itu dibayar dengan modal harga yang mahal. Memang secara ekonomi pengadaan fasilitas irigasi termasuk padat modal, namun modal yang besar ini hanya diinvestasi sebagai modal tetap yang dikeluarkan hanya satu kali. Selain itu diperlukan pula biaya pemeliharaan yang tinggi.
Sebagai contoh : 1 ha padi sawah dengan hasil gabah kering giling sebesar 5 ton = 5000kg.
Air yang diperlukan : tinggi air rata-rata di sawah 2,5 cm/hari
Umur padi 100 – 120 hari ——250 cm/musim
Volume air yang dibutuhkan = 10000 m2 x 25 m
250000 m3
250.000.000 l
Jika produksi 1 ha = 5 ton gabah kering giling = 5000 kg
Berarti untuk mendapatkan 1 kg gabah diperlukan air sebanyak

= 250.000.000 l = 50.000 liter air
5000 = 50 m3 = 5 tangki air

Bila harga air 1 Rp per liter air berarti input biaya produksi padi dari harga air, harusnya 1kg gabah = Rp 50.000,-. Untuk itu bila air irigasi dibeli oleh petani maka harga jual beras harus lebih besar dari Rp 50.000,- per Kg. Karena itu pengadaan fasilitas dan air irigasi itu terhitung tinggi walaupun termasuk modal tetap. Untuk itu bila diharapkan pengadaan air irigasi dibebankan pada petani, tentu tidak ada irigasi. Karena itu modal investasi pengadaan fasilitas irigasi, harus dimodali oleh pemerintah, termasuk biaya subsidi, namun pengembaliannya dalam bentuk pajak, yaitu pajak penggunaan air.
Untuk pembangunan fasilitas irigasi membutuhkan ;
– Perencanaan yang teliti0
– Biaya investasi yang tinggi, pengembalian modal yang lama
– Waktu pembuatan yang lama
– Pemeliharaan
III. Perencanaan Pembangunan Fasilitas Irigasi
Untuk rencana pembangunan fasilitas irigasi, yang diteliti adalah :
1. Kapasitas sumber air sebagai bahan baku sumber air irigasi;
2. Luas lahan yang direncanakan untuk diairi,
3. Jenis tanaman yang akan diairi,
4. Jarak antara sumber air dengan areal yang akan diairi;
5. Keadaan topografi dan lere0ng (peta topografi);
6. Sifat tanah dimana sistim saluran diletakkan dan sifat tanah tempat yang akan diairi;
7. Data iklim, semakin lama semakin lebih baik.

1. Sumber air irigasi dan kapasitasnya.
Untuk pembangunan fasilitas irigasi yang sifatnya padat modal (sangat mahal) perlu dikaji berahun-tahun mengenai kapasitasnya yang dijadikan sumber air meliputi;
a. Sumber air permukaan, yakni :
– Sungai (air terjun)
– Danau
– Rawa

b. Sumber air tertutup (dalam tanah )
– Air tanah dangkal
– Air tanah dalam (Lapisan Aquater )
Jika sumber air dari sungai, maka selama beberapa tahun harus diteliti mengenai kapasitas aliran air sungai, meliputi :
– Debit air sungai sepanjang tahun terutama untuk mendapatkan gambaran debit maksimum dan debit minimum;
– Fluktuasi debit air yang terjadi pada musim kemarau dan musim hujan;
– Keadaan vegetasi daerah hulu sungai yang menjadi daerah tangkapan air hujan;
– Keadaan topografi daerah tangkapan air, termasuk lereng;
– Keadaan tanah, yang berkaitan dengan besarnya sedimentasi dalam hal ini kejadian erosi, longsor serta kualitas air.
Jika sumber air irigasi adalah sungai, karena air sungai terus mengalir maka perlu diamati :
1. Perlu tidaknya dam ( bendungan ) atau cukup cek dam saja;
2. Di mana ditempatkan
3. Perlu tidaknya sungai di tanggul
4. Besarnya sedimentasi/pendangkalan waduk
5. Umur pakai dam
6. Berapa besar (volume air) harus ditampung dalam waduk kapasitas waduk.

Demikian pula kapasitas sumber air irigasi lainnya perlu diketahui termasuk kualitas air terutama air rawa ? dan air tanah sesuai kebutuhan persyaratan untuk air irigasi, terutama kadar garam yang dikandungnya ataupun unsur-unsur lain yang dinilai tidak sesuai untuk air irigasi.

2. Luas lahan yang diairi.
Data mengenai luas lahan yang tersedia untuk diairi perlu diketahui agar disesuaikan dengan debit air (volum waduk yang ada). Jika luas areal yang akan diairi terbatas, maka tentunya dikaitkan dengan kapasitas bendungan yang dibuat. Karena itu luas lahan yang tersedia untuk diairi terbatas mungkin tidak perlu dibuatkan dam (bendungan) atau cukup cek dam saja.

Bangunan pembuangan

Sungai

Dam (waduk/bendungan)

Saluran in take
(Pengambilan air)

Sungai y1 y2

Cek dam
Hanya menghambat aliran debi sungai
Saluran
In take0

Gambar : Dam dan Cek Dam

3. Jenis Tanaman yang Diairi
Sampai saat ini fasilitas air irigasi umumnya hanya didasarkan pada jenis tanaman padi sawah saja, namun sesungguhnya air irigasi diperuntukkan untuk semua jenis tanaman. Apa perlunya diketahui jenis tanaman untuk pembangunan fasilitas air0 irigasi terkait dengan kapasitas air irigasi yang tersedia dan kapasitas saluran pengaliran yang terkait dengan jumlah volume/debit air yang diperlukan jenis tanaman yang diusahakan. Karena pihak PU. Pengairan yang merencanakan dan mendesain pembangunan fasilitas irigasi, telah ditetapkan bahwa besarnya air yang dialirkan (debit air) untuk 1 ha sawah sebesar 1 liter/detik = 1 dm3/detik per ha. sawah.
Perhitungan PU. Pengairan yang menetapkan 1 l /dtk per ha. sawah secara umum, tidak tahu apa dasarnya, yang jelas pada kenyataannya setiap fasilitas yang dibangun selalu defisit air. Seharusnya untuk merencanakan fasilitas air irigasi pihak PU. Pengairan mengikutkan orang pertanian yang ahli dalam masalah irigasi.
Kebutuhan air irigasi bagi tanaman tidak hanya yang dikonsumsi langsung oleh tanaman tetapi termasuk jumlah air yang hilang dari tanah karena perkolasi dan peresapan (seepage) termasuk jumlah air yang hilang sepanjang dan selama perjalanan yakni pada saluran, hal ini tidak pernah diperhitungkan. Karena itu kebutuhan air irigasi dapat meliputi :
1. Kebutuhan air untuk pengolahan tanah. Air irigasi diperlukan untuk mengatur waktu pengolahan yang tepat agar selain lebih efisien tenaga diperlukan juga untuk mendapatkan hasil olahan tanah yang optimal
2. Kebutuhan air yang digunakan untuk konsumsi tanaman, termasuk di pembibitan, kalau padi dipesemaian. Konsumsi air oleh tanaman dinyatakan dalam bentuk air yang ditranspirasikan oleh tanaman ditambah air yang dievaporasikan melalui pemupukan tanah. Sesungguhnya air yang dikonsumsi oleh tanaman meliputi jumlah air yang ditranspirasikan dan jumlah air yang digunakan untuk metabolisme tanaman seperti untuk fotosintesis pembentukan protoplasma, hanya sulitnya dihitung secara rinci maka disimpulkan bahwa air konsumsi tanaman cukup dihitung dari jumlah air yang ditranspirasikan ditambah jumlah air yang dievaporasikan. Setiap jenis tanaman berbeda jumlah air yang dikonsumsi, dan setiap fase pertumbuhan tanaman juga berbeda jumlah air yang dikonsumsi.
Faktor tanaman yang membedakan kebutuhan airnya adalah :
a. Luas permukaan tanaman, utamanya luas permukaan daun yang berkaitan dengan total jumlah stomata;
b. Jumlah stomata;
c. Fase-fase pertumbuhan tanaman (umur tanaman)
d. Daya serap adaptasi/toleransi tanaman terhadap keterbatasan dan kelebihan air seperti :
– Adanya lapisan lilin;
– Adanya bulu-bulu daun;
– Menggulungnya daun;
– Sistim dan luas penyebaran akar;
– Menggugurkan daun (desidous)

4. Jarak Antara Sumber Air dan Areal yang Akan Diairi.
Dalam perencanaan pembangunan fasilitas irigasi, jarak antara sumber air dengan areal/lahan yang akan diairi perlu dipertimbangkan apakah layak secara ekonomis. Hal ini berkaitan dengan biaya untuk pembuatan saluran utama.

5. Keadaan Topografi dan Lereng
Keadaan topografi dan lereng baik dari lahan /areal yang akan diairi juga untuk daerah tangkapan air. Khusus untuk areal yag akan diairi seperti untuk padi sawah dibutuhkan peta topografi, dimana beda tingginya hanya 20 cm antar garis kontur. Tujuan utama gambaran topografi dan lereng yang dibentuk dalam peta top adalah untuk mendesain sistim saluran pembawa air dan desain sistim pembuangan air.

6. Sifat Tanah/ Keadaan Tanah.
Sifat tanah yang berkaitan dengan pembangunan fasilitas irigasi yakni, menyangkut dengan kemampuan tanah menahan air dalam hal ini kemampuan menyimpan dan menampung air sampai pada kedalaman efektif tanah. Sifat tanah yang berkaitan dengan tingkat kehilangan air karena perkolasi/ permeabilitas dan peresapan ke samping ( seepage ). Daya menampung air dan daya perkolasi tanah digunakan sebagai tambahan air yang perlu diperhatikan agar pengaliran debit air dapat lebih tepat.
Sifat tanah yang berkaitan dengan pembentukan lapisan kedap untuk sawah perlu dipertimbangkan untuk dijadikan persawahan. Kemantapan lapisan kedap (plow pan ) untuk sawah sangat menentukan kebutuhan air pengairan. Yang jelas makin besar tingkat kehilanghan air, maka makin besar pula jumlah air irigasi yang diperlukan. Jika debit sumber air terbatas maka luas areal sawah yg akan diairi berkurang. Sifat tanah yang berkaitan dengan tingkat kehilangan air karena perkolasi adalah menyangkut struktur tanah, tekstur dan plastisitas tanah. Sifat keairan tanah dalam perencanaan pembangunan fasilitas irigasi yang mahal itu, Sepertinya kurang diperhatikan.

7. Data Iklim
Perencanaan pembangunan fasilitas irigasi, data mengenai iklim sangat diperlukan utamanya mengenai data iklim daerah tangkapan hujan sepanjang tahun, minimal 10 tahun, makin lama makin baik. Data iklim menyangkut areal yang akan diairi juga sangat penting baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau. Iklim pada musim hujan berkaitan dengan pengaturan pembuangan air , sedangkan pada musim kemarau, tentunya berkaitan dengan kehilangan air ataupun konsumsi air yakni evapotranspirasi. Komponen iklim yang berkaitan dengan musim kemarau adalah :
– Suhu udara;
– Penyinaran matahari;
– Kelembaban udara; serta
– Sifat angin.
Data mengenai iklim pada areal yang akan diairi sangat terbatas bahkan diabaikan. Data mengenai konsumsi air dalam hal evaporasi, resultank dari faktor iklim dapat dilihat pada data panci oven. Data panci oven menunjukkan evaporasi maksimum yang mungkin dapat terjadi di permukaan tanah.

Prinsip Dasar Perhitungan Air
Banyak metode atau rumusan untuk menghitung kebutuhan air irigasi, namun yang menjadi prinsip dasar perhitungan kebutuhan air irigasi adalah Neraca Air (Water Balance) Yakni dengan Rumus sbb. :
I = CH + Aa – Et – P – S
I = Volume atau debit air irigasi
CH = Curah Hujan
Aa = Sisa air yang ada dalam tanah
Et = Evapotranspirasi
P = Perkolasi
S = seepage ( Peresapan ke samping )

Bila persamaan neraca air ini, sebelah kanan dan kiri (harus seimbang) sama besarnya berarti seimbang, namun bila bagian kanan kurang maka ditambahkan air irigasi sebesar kekurangannya agar seimbang kembali.
Misalnya sebelah kanan kurang 10 mm, maka air irigasi yang ditambahkan sebanyak 10 mm, yang berarti sebanyak 100.000 l air per ha = 100.000 dm3 per ha
Luas 1ha = 10.000 m2
Volume air per ha. jika tinggi air 10 mm
= 10 mm x 10.000 m2
= 0,01 m x 10.000 m2
= 100 m3
= 100.000 dm3
= 100.000 liter air
Pihak PU. Pengairan telah menghitung dan menetapkan kebutuhan air untuk padi sawah adalah 1 l / detik per ha atau 86400 l / hari per ha, paket kebutuhan air ini disamakan untuk semua daerah.

Sambungan Fasilitas Irigasi
Fasilitas irigasi yang diperlukan untuk mengambil air dari sumber air sampai ke sawah meliputi :
1. Bendungan ( Dam )
2. Waduk
3. Pintu in take air
4. Saluran intake air (Pengambilan air)
5. Bangunan bagi utama
6. Saluran primer
7. Bangunan bagi primer
8. Saluran – saluran sekunder
9. Bangunan bagi sekunder
10. Saluran tersier
11. Bangunan bagi tersier
12. Saluran-saluran cacing (Yang masuk ke petakan sawah )
13. Bangunan penerjun
14. Talang air
15. Sypon (saluran dibawah tanah)
Fasiltas 13 s/d 15 tidak selalu ada tetapi tergantung pada keadaan topografi dengan tujuan tertentu.

Jalanan

Bangunan Penerjun Talang ;seperti Saluran
Maros Di Pinrang, Soppeng,
Dan Gowa Gambar Sypon di
Gowa/Taklalar
Bangunan penerjun diperlukan bila terdapat patahan lereng atau untuk memperbesar kecepatan aliran air pada saluran. Sedangkan talang air diperlukan bila terdapat keadaan topografi dengan dua punggung yang dihubungkan agar air irigasi bisa diseberangkan ke punggung yang lain. Sypon adalah saluran yang dibuat di dalam tanah di bawah satu bangunan seperti jalan raya.

10
Sungai

1 11 11
9 1
3 12 10 10
12

10
4

8 8 9
5

6
8 10
10
7 11 10
9 11
6 8

Perhitungan Debit Air Irigasi
Perhitungan debit air sungai sama halnya dengan perhitungan debit air irigasi. Debit adalah volume air yang melewati suatu penampang basah saluran (sungai). Dengan demikian debit air saluran (Sungai) sama dengan kecepatan air dikali luas penampang basah atau
Q = V x 
Q = debit air = m3/d, m3/jam, m3/hari atau l/d
V = Kecepatan aliran air = m2/d, m3/jam, dm3/d, cm/d,cm/jam
 = Luas penampang basah = m2, cm2, dm2

V Saluran air (sungai)

Luas penampang
Tinggi air
Tinggi air

Luas penampang sungai

Penampang basah ataupun kering suatu saluran irigasi umumnya teratur dan relatif sama disepanjang saluran, berbeda dengan sungai ataupun saluran air alamia. Untuk itu penampang saluran sejenis selalu tetap kecuali saluran yang tidak permanen (dari tanah) . Untuk itu pengamatan ataupun pengukuran penampang saluran mudah diketahui, yang berubah hanya tinggi air di saluran. Untuk penampang saluran bisa diketahui langsung dari tinggi air yang ada di saluran dengan membaca file yang terdapat di pintu pembagi air seperti gambar berikut :

A C t3 B

c a
t1 t2

G F
b

Keterangan :
a = Lebar muka air
b = Lebar dasar saluran
c = lebar saluran
t1 = tinggi muka air
t2 = tinggi saluran
 = Sudut kemiringan dinding saluran = tg  = CG/GE
Trapesium terpancang CDEF = Penampang basah saluran
Trapesium terpancang ABEF = Penampang kering saluran
= Penampang saluran

Pada saluran irigasi tinggi air sama pada saluran kecuali salurannya terdapat sedimentasi atau endapan. Pada sungai tinggi air berbeda-beda atau tidak sama pada suatu penampang sungai.

b
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10
a

t1 t2 t3 t4 t5 t6 t7

Gambar Penampang sungai

Keterangan :
A = Lebar muka air sungai
B = Lebar sungai = bentangan sungai
t1, t2, ….t7 = tinggi muk air sungai, t1, t2,…t7 = tidak sama
T1, T2,…T10 = Tinggi sungai

Pengukuran penampang basah maupun penampang kering sungai, dilakukan pengamatan lebar muka air, lebar sungai = bentangan sungai dan beberapa titik pengamatan tinggi muka air atau tinggi sungai. Karena makin lebar muka sungai makin banyak titik pengamatan tinggi. Dari setiap pengamatan titik dengan titik yang lain yang sama jaraknya misalnya setiap meter lebar sungai, akhirnya membentuk segitiga dan atau trapesium, sehingga jumlah luas seluruhnya adalah luas penampang basah/kering sungai.
Untuk mengukur debit aliran apakah saluran atau sungai digunakan bermacam alat untuk mengukur kecepatan aliran, yakni;
1. Menggunakan pelampung dan stop watch
2. Menggunakan Current Meter (Propeller)
Setelah diketahui basah (m2) maka dapat diketahui besarnya debit aliran.
Kecepatan aliran sungai, diukur beberapa kali, sebaiknya dimulai pada setiap titik pengamatan tinggi air, kemudian dijumlahkan lalu dirata-ratakan. Pada saluran irigasi kecepatan air dapat diukur beberapa kali pada beberapa titik di sepanjang saluran, minimal 3 kali yang diulang 3x, kemudian dijumlah dan dirata-ratakan. Pengamatan kecepatan aliran pada saluran dilakukan pada titik sesudah pintu pembagi di pertengahan saluran dan sebelum pintu pembagi berikutnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan aliran :
1. Kelurusan saluran;
2. Kekasaran dinding dan dasar saluran;
3. Endapan yang terjadi;
4. Gulma yang tumbuh;
5. Kekentalan air (Kekeruhan)
6. Ada tidak bangunan penerjun

Besarnya debit air yang dialirkan di saluran irigasi ditentukan
1. Besarnya kapasitas saluran;
2. Kebutuhan air di pertanaman, kebutuhan air di pertanaman kalau untuk padi sawah adalah tinggi genangan per hari termasuk jumlah air yang hilang di pertanaman karena perkolasi dan seepage (peresapan ke samping).
3. Luas areal yang dialiri
4. Kehilangan air di saluran di sepanjang aluran selama pengaliran air, termasuk air yang hilang karena pembajakan air di saluran.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dalam pengolahan air irigasi dengan sistem saluran terbuka dapat deketahui setelah diketahui berapa persisnya areal dan berapa persisnya kebutuhan tinggi air di petakan sawah dengan rumus :

Q = A x t
Q = Debit air (m3/d, l/d)
A = Luas areal (ha, m2)
t = Tinggi kebutuhan air (mm/hari, cm/hari).

Jika t dalam hari, dikonversi menjadi detik, maka satu hari itu menjadi 86400 detik maka rumus debit air menjadi :

Q = A x t
8640
Q = m3/d
A = Ha = 104 m2
T = mm/detik

Bila satuan luas dikonversi menjadi m2 dan tinggi air mm dikonversi menjadi m maka rumus debit air menjadi :

Q = A x t
8640
Q = m3/d
A = Ha
T = mm/hari

Hal ini dapat dicapai dari :
Q = A.104 x t 10 -3
86400
Q = A x t
8640
Q = m3/d
A = Ha (tidak perlu di konversi ke m2)
t = mm/hari (tidak perlu dikonversi)

Contoh 1 :
* Berapah debit air yang dibutuhkan untuk mengairi sawah seluas 1000 ha bila kebutuhan tinggi air adalah 2,5 cm/hari (25 mm/hari)
Jawab :
Q = 1000 x 25 = 2500 = 2,…..m3/d
8640 864

* Jika luas Ha dikonversi ke m2 dan tinggi air dalam m/hari maka rumus yang digunakan adalah :
Q = A x t
86400
Q = 1000.104 x 2,5 x 10 -3
86400
Q = 2,5 x 104
86400
Q = 2500 = 2, …..m/d
864

Contoh 2 :
Berapakah Luas yang terdapat diairi jika debit air yang ada 5 m2/d, sedangkan kebutuhan tinggi air per hari 5 cm/hari.
Jawab :
Q = A x t A = Q. 8640 8640 x 5 = 8640 ha
8640 t 5
Contoh 3 :
Berapa lama air harus dialirkan bila debit air yang dialirkan 0,5 m3/d. Luas areal persawahan yang diairi 2000 ha dengan tinggi air di sawah 2,5 cm/hari.
Jawab :
t = Q.8640
A
t = 0,5 x 8640
2000
t = 4320 t = 2,016 mm/hari
2000
Tinggi air yang harus dibutuhkan 2,5 cm/hari = 25 mm/hari, jadi lamanya pengaliran seharusnya yang diperlukan :

= 25 mm = 12,5 hari
2 mm

Perhitungan Kebutuhan Air
Me nghitung Kebutuhan air untuk persawahan yakni menghitung tinggi genangan air di sawah, namun untuk menghitung kebutuhan air bukan sawah (lahan kering) akan lebih sulit. Pada dasarnya perhitungan kebutuhan air untuk lahan basah berbeda caranya dengan perhitungan kebutuhan air untuk lahan kering. Namun pada prinsipnya sama sulitnya bila mau dikaji secara benar.
Kebutuhan air untuk lahan basah yakni tinggi genangan per hari dapat diketahui melalui perhitungan :
1. Air dibutuhkan tanaman per hari yakni besarnya jumlah air yang dibutuhkan untuk evapotranspirasi, pada umumnya tanaman mempunyai tingkat evapotranspirasi antara 2mm sampai 14 mm/hari tergantung jenis tanaman, umur tanaman, dan keadaan iklim.
2. Jumlah air yang hilang di petakan sawah per hari. Kehilangan air di petakan sawah ditentukan oleh perkolasi, pemeabilitas dan peresapan ke samping (seepage). Pada sawah yang sudah mantap lapisan kedapnya (Plow Pan) tetap masih terdapat kehilangan air karena permeabilitas atau seepage, paling rendah 0,1 mm/jam. Bila sudah mencapai 10 mm/jam berarti kehilangan sudah besar, bila mencapai lebih besar 25 mm/jam, berarti pembentukan plow pan belum ada. Sawah yang demikian boros menggunakan air karena itu ada petani sawah menghendaki genangan air mencapai 10 cm/hari karena plow pannya belum mantap. Tanah- tanah bertekstur pasir, dimana kadar fraksi pasir lebih 70 %, tanah tersebut tidak sesuai untuk padi sawah terlebih bila kadar liat kurang dari 10 %. Namun tanah-tanah yang kadar liatnya tinggi, yakni lebih 60 % dan pasir < 10 %, juga kurang baik untuk padi sawah. Karena itu tanah-tanah yang tinggi pasirnya atau tinggi liatnya kurang sesuai untuk padi sawah.
3. Kebersihan pematang dan petakan sawah dari gulma.
Rumput air akan mempengaruhi tinggi air. Untuk gulma padi tertentu bila digenangi akan tertekan namun untuk rumput air, makin digenangi akan semakin subur pertumbuhannya. Karena itu makin banyak gulma atau sawah yang semakin banyak gulmanya akan semakin banyak air yang dibutuhkan.
4. Pengolahan tanah yang dalam, dapat merusak plow pan membuat perkolasi meningkat, yang tentunya kehilangan air semakin besar.
5. Pola Tanaman bergilir.
Pola tanaman bergilir padi dengan jenis tanaman yang mempunyai sistem perakaran dalam seperti jagung, kacang gude, tebu dapat merusak plow pan yang membuat kehilangan air menjadi besar.

Perhitungan Air Untuk Lahan Kering
Kebutuhan air untuk pertanian lahan kering (bukan sawah atau padi sawah), tidak didasarkan tinggi genangan air seperti padi sawah. Tetapi didasarkan pada kadar air tanah yang tersedia. Telah diketahui bahwa maksimal kemampuan tanah menyimpan dan menggenangkan air adalah kadar air yang pada status kapasitas lapang. Untuk itu maksimum tanah menyediakan air berada pada kapasitas lapang, artinya bila kadar air tanah mencapai kapasitas lapang , maka akan tercapai maksimum tanah menyediakan air. Namun karena evapotranspirasi, maka air tanah yang tersedia semakin berkurang dan akan habis tersedia pada kadar mencapai titik layu permanen. Pada waktu mencapai kadar air pada titik layu permanen tidak berarti kadar air dalam tanah sudah habis. Untuk air tersedia adalah selisih kadar air pada kapasitas lapang dengan kadar air pada titik layu permanen. Air dalam tanah dikatakan sudah tidak ada yakni pada saat mencapai kering mutlak (kering oven 150 oC) . Walaupun ketersediaan air tanah pada lahan kering dapat dinyatakan % kadar air, namun dalam perhitungan pemberian air dinyatakan dalam satuan tinggi air, yakni mengkonversi kadar air % ke dalam tinggi air. Apa sebabnya, untuk kebutuhan air irigasi untuk lahan kering tetap dinyatakan dengan satuan tinggi air seperti padi sawah tetapi bukan tinggi genangan air.
Pada pelajaran Fisika Tanah ataupun pada Dasar-Dasar Ilmu Tanah telah diketahui mengenai status air tanah, berikut ini bagaimana status air air tanah.

Jenuh/genangan air
100 % K. Lapang
80 % K. Lapang Titik kritis atas
air tersedia
60 % K. Lapang Titik kritis bawah Pada saat ini sudah harus
40 % Titik layu permanen diberi air

0 % Kering mutlak = kering oven 105 oC selang 1 hari atau 2 hari, tergantung tekstur

Berdasarkan gambaran status kadar air tanah, maka waktu pemberian air untuk pertanian lahan kering paling lambat pada waktu kadar air mencapai titik kritis bawah. Pada waktu tercapai kadar air 60 % dari kapasitas lapang. Namun untuk mencapai pertumbuhan dan hasil optimal tanaman sebaiknya air diberikan pada waktu mencapai titik kritis atas atau 80 % dari kapasitas lapang. Jika pemberian air dimulai pada waktu mencapai titik layu permanen, memang tanaman masih bisa segar kembali namun sudah mengganggu pertumbuhan dan produksi optimal tidak dapat dicapai. Untuk mengatur pemberian air pada lahan kering jauh lebih sulit untuk menetapkan kapan waktu tepat diberi air dan berapa tinggi air atau volume air yang harus diberikan agar pertumbuhan dan produksi bisa optimal.
Untuk mengetahui berapa banyak air yang harus diberikan untuk lahan kering, yang jelas paling banyak air yang diberikan adalah jumlah air mencapai kapasitas lapang. Dengan demikian untuk menghitung berapa jumlah kebutuhan air yang harus diberikan pada lahan kering, terlebih dahulu mengetahui :
1. Berapa kadar air untuk mencapai kapasitas lapang.
2. Pada waktu kapan kadar air tanah harus diberikan misalnya pada waktu titik kritis bawah yakni pada waktu  60 % kadar air terhadap kapasitas lapang.
3. Berapa besar volume tanah yang terisi air, dapat diketahui dari BD tanah.
4. Berapa dalam lapisan efektif tanah atau berapa dalam sistem perakaran optimal tanaman. Untuk pemberian air irigasi pada lahan kering terkait dengan jenis tanaman dan umur tanaman atau terkait dengan kedalaman optimal dari perakaran untuk menyerap air.
Berdasarkan pertimbangan ini maka dapat dihitung berapa tinggi air yang harus diberikan atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
T1 = % Kadar air x BD x Kedalaman efektif
Atau T1 = % KA x BD x d
T1 = Tinggi air = cm, mm
KA = Kadar air (%)
BD = Bulck Density gr/cm3, kg/m2
d = Kedalaman efektif tanah (cm)

Pengairan Untuk Lahan Kering

Pengairan/Irigasi selama ini di Indonesia hanya dikenal untuk lahan basah (sawah)untuk padi, ataupun untuk tebu, sedangkan untuk tanaman lainnya yg menghendaki kondisi tanah tidak jenuh atau tidak tergenang, kurang dikenal. Pada dasarnya semua jenis tanaman yg dibudidayakan memerlukan tambahan air irigasi bila air dari hujan terbatas, termasuk untuk tanaman jangka panjang (pohonan). Hal ini seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa fungsi air pengairan tidak terbatas hanya untuk konsumsi tetapi juga untuk membersihkan permukaan tanaman dari kotoran atau debu, selain itu dapat menurunkan suhu yg tinggi dan meningkatkan kelembaban udara, kesemuanya peranan air dapat berfungsi memperbaiki iklim mikro. Air irigasi dapat diperlukan untuk merangsang pembungaan atu pembuahan agar tanaman dapat berbunga atau berbuah sebelum musimnya. Secara umum diketahui bahwa pd dasarnya kebutuhan air yg paling banyak dibutuhkan tanaman yakni pd fase pertumbuhan vegetatif maksimum atau pd fase berbunga/berbuah, termasuk tanaman bukan padi sawah. Variasi kebutuhan air termasuk air irigasi bagi tanaman secara tepat termasuk untuk lahang kering , ditentukan oleh :
1. Jenis tanaman;
2. Umur dan fase pertumbuhan;
3. Kondisi iklim;
4. Kondisi tanah.

Ad 1). Seperti dikemukakan sebelumnya kebutuhan air bagi tanaman ditentukan oleh besarnya air yg dievapotranspirasikan .Evapotranspirasi bagi setiap jenis tanaman berbeda. Perbedaan kebutuhan air bagi tanaman selain ditentukan luas permukaan tanaman juga ditentukan oleh sistem perakaran tanaman. Walaupun ditentukan tingkat evapotranspirasi tinggi bila sistem perakaran sangat luas( akar horizontal dan akar vertikal) membuat tanaman masih bisa tumbuh dan berkembang karena kemampuan akar menyerap air dari tempat yg lain(kedalaman tanah) dan untuk tanaman dengan sistem perakaran dangkal sudah tidak mampu. Karena itu untuk tanaman pohonan yg mempunyai sistem perakaran yg luas masih tetap bertahan pada tempat yg sudah memasuki musim kemarau (kondisi kering).

Ad 2). Kondisi Iklim
Kebutuhan air irigasi sangat dipengaruhi ataupun dipertimbangkan dari aspek kondisi iklim. Yang jelas komponen iklim yg diperhitungkan menentukan kebutuhan air irigasi adalah komponen iklim yg membuat ketersediaan air menjadi terbatas, atau berlebihan bagi tanaman. Untuk itu karena aspek iklim dapat membuat taaman mengalami :
1. Kekurangan air.
Tanaman mengalami kekurangan air dapat disebabkan karena curah hujan yg terbatas, atau membuat kehilangan air yg lebih besar dan lebih cepat karena penyinaran matahari, kelembaban udara yg rendah, kecepatan angin yg tinggi. Evapotranspirasi karena kecepatan angin, dapat dikatakan belum ada penelitiannya yg cermat (sulit diamati), walaupun bisa diamati secara cermat, tetapi variasi kecepatan angin cepat berubah dari waktu ke waktu.
2. Kebutuhan air tercapai
Kebutuhan air tercapai bila jumlah dan distribusi curah hujan mencukupi dan seimbang dengan kehilangan air baik karena kondisi fisik tanah maupun evapotranspirasi.

3. Kelebihan air
Tanaman mengalami kelebihan air, bila jumlah curah hujan melampaui kebutuhan evapotranspirasi dan atau curah hujan yg ada melampaui kemampuan tanah menyimpan air.

Ad 3). Kondisi Tanah
Variasi pendistribusian dan kebutuhan air, juga ditentukan oleh variasi jenis tanah yg membuat adanya perbedaan kondisi tanah atau kemampuan tanah menggenang, menyimpan dan menyediakan air, utamanya pd lapisan efektif tanah. Kemampuan maksimum tanah menggenang air(Water Holding Capasity) ditentukan oleh kapasitas lapang. Makin halus teksturnya maka semakin besar kemampuan tanah memegang air, namun belum tentu ketersediaan airnya tinggi. Selanjutnya semakin tinggi kadar bahan organik tanah maka semakin besar pula kemampuan tanah menggenang air. Karena bahan organik dalam hal ini humus tanah, mempunyai permukaan yg lebih luas dari liat persatuan berat/volume, hanya saja kadar bahan organik tanah merupakan massa tanah yang relatif mudah berubah tidak seperti ukuran tekstur lebih stabil(berubah dalam umur geologi). Untuk itu maksimum air irigasi yang diberikan pd lahan kering sebesar kapasitas lapang, berbeda untuk lahan basah atau untuk padi sawah diberi dalam ukuran tinggi genangan air. Sedangkan jumlah air irigasi yg harus diberikan pd lahan kering juga dinyatakan dalam ukuran tinggi air tetapi bukan tinggi genangan air. Jumlah maksimum air yang tepat dan efisien selain ditentukan oleh kadar air (%) pada kapasitas lapang juga ditentukan oleh kedalaman efektif tanah serta fase pertumbuhan tanaman. Pada lahan kering, jumlah air pengairan yang diberikan melebihi kapasitas lapang berarti sejumlah air akan hilang percuma melalui air perkolasi ataupun permeabilitas dan pada akhirnya menjadi air internal flow atau base flow sampai ke pembuangan air (selokan, anak-anak sungai). Untuk pemberian air untuk lahan kering tidak melampaui kemampuan tanah menggenang air atau kapasitas lapang. Air yang diberikan kedalaman tanah melalui berbagai proses yakni :
a. Proses infiltrasi, yakni masuknya air dari permukaan tanah masuk ke dalam tanah;
b. Proses perkolasi, air yang ada dalam tanah akan bergerak terus melalui pori-pori makro karena gaya gravitasi;
c. Seepage, peresapan ke samping;
d. Permeabilitas;
e. Internal flow;
f. Base flow;
g. Air kapiler, pergerakan air ke atas melalui pipa kapiler yang dibentuk pori-pori mikro

Secara umum air dalam tanah dapat dipegang oleh tanah dan dapat bergerak karena selain adanya tekanan (P) oleh massa air, juga oleh massa air, juga oleh gaya-gaya yg bekerja pada air. Gaya-gaya yg bekerja pd air membuat air tetap terpegang oleh massa tanah atau bergerak ke samping ke bawah ataupun ke atas, meliputi :
1. Gaya Matrik Tanah
Molekul air ataupun air melalui gaya adhesi akan terpegang oleh massa tanah dan tidak dapat diambil oleh tanaman. Bila air makin jauh dari butir-butir tanah atau tanah dalam keadaan jenuh air maka gaya adhesi menjadi lemah dan air menjadi tersedia bagi tanaman atau air dapat bergerak.

2. Gaya Gravitasi
Air bergerak ke arah bawah bila air menempati pori-pori makro yg ditarik oleh gaya gravitasi. Gaya gravitasi hanya dapat bekerja pada pori-pori makro. Pada tanah yg bertekstur halus dan padat gaya gravitasi tidak bekerja untuk itu tidak terjadi perkolasi, jika perkolasi terhambat seperti pd tanah sawah akan membuat tanah menjadi jenuh air sampai tergenang bila air ditambah terus. Ruang pori makro terdapat di antara agregat tanah berukuran besar, sedangkan pori mikro terdapat di antara butir tanah liat, ruang di antara butir tanah debu tergolong pori sedang, demikian pula ruang yang berada di antara agregat tanah berukuran kecil. Ruang pori di antara partikel pasir termasuk ruang pori makro.

3. Gaya Osmotik
Adalah gaya yg bekerja pd air bila dalam bentuk larutan (senyawa). Semakin konsentrasi larutan air itu tinggi maka semakin lambat air bergerak, sebaliknya semakin jenuh air maka semakin lemah gaya osmotik, membuat air dapat bergerak.

4. Gaya Kapiler
Air yg berada pd pipa kapiler atau air yg berada pd pori-pori tanah mikro dan sedang air dapat bergerak ke atas melalui gaya kapiler. Pergerakan air ke atas dapat berlangsung terus, walaupun kelembaban udara tinggi atau rendah. Jika kapiler tanah berada pada seluruh solum tanah, maka air di lapisan bawah akan bergerak ke atas dan dapat berfungsi sebagai air yg diserap perakaran, namun bila kapiler tanah terputus antara lapisan bawah dengan lapisan atas seperti pd tanah gurun pasir, maka air akan terakumulasi pd lapisan bawah sebagai air tanah dalam atau sebagai lapisan aquafer.

5. Tekanan Massa Air.
Sesungguhnya air pada saluran, sungai ataupun pd saluran irigasi, bergerak dari suatu tempat ke tempat yg lain adalah karena tekanan dari massa air atau gravitasi. Namun pada lapisan tanah tekanan karena massa air dapat bekerja bila tanah tergenang air. Tekanan massa air pd saluran atau pd sungai mempengaruhi kecepatan aliran. Pompa air dapat mengalirkan air karena tekanan dari mesin pompa, pergerakan air karena tekanan akan terbatas diuraikan, akan lebih luas untuk bidang civil basah, PLTA ataupun puhak PU. Pengairan.

Status Air Dalam Tanah
Telah diketahui bahwa air yg berada dalam tanah, baik dalam bentuk tidak tersedia maupun yg tersedia dapat diuraikan sbb :
1. Air Hygroskopis
Air hygroskopis adalah molekul-molekul air yg terikat oleh permukaan butir tanah karena daya adhesi. Sejumlah 8 – 10 molekul air yg terikat kuat dengan butir tanah yg tidak mampu diserap oleh akar tanaman, karena itu disebut air filamen. Kenapa air dapat terikat pada butir tanah ?.
+

H H
Molekul air
Butir tanah


Pada satu molekul air (H2O), atom O sebagai pusat dan dua atom H letaknya terhadap O membentuk sudut 105o sehingga pada bagian di atas bermuatan positif dan bagian bawah bermuatan negatif. Kutub positif akan terikat pada butir tanah(liat) yg bermuatan listrik negatif.

2. Air Pada Pori Mikro
Air yg berada pada pori mikro, atau pori yg terdapat di antara butir tanah (partikel) disebut air yg ada pada pori mikro, termasuk air hygroskopis. Namun molekul air yg berada pada lapisan > 10 molekul air, termasuk air yg dapat diserap tanaman, kondisi air tanah termasuk pada kering permanen.

3. Air Pada Pori-pori Sedang
Ruang yang terdapat pada susunan agregat tanah kecil, merupakan pori-pori berukuran sedang atau kapiler. Air yg menempati pori sedang merupakan bentuk air yg dapat diserap tanaman atau merupakan bentuk air tersedia. Walaupun bentuknya tersedia tetapi dapat menguap melalui evaporasi dalam bentuk air kapiler.

4. Air Pada Pori-Pori Makro
Ruang di antara butir pasir, atau ruang di antara agregat besar disebut pori makro. Air yg mengisi pori makro agak bergerak melalui gaya gravitasi, ke arah bawah disebut air perkolasi, ke arah samping disebut surface flow, internal flow dan base flow. Air yg bergerak atau air perkolasi yg lepas pada tanah dari sampel tanah utuh disebut air hidrolik konduktivity (Hydrolick Conductivity). Berbeda dengan air permeabilitas atau air yg bergerak karena lapisan tanah yg bersifat permiabel. Jadi bukan karena gaya gravitasi seperti pada lapisan kedap pada tanah sawah, namun relatif sangat lambat. Demikian pula air seepage adalah air yg meresap ke samping (horizontal) bukan karena gaya gravitasi.
Bila seluruh pori-pori tanah berisi air (pori mikro, sedang dan makro) maka pada saat itu disebut tanah dalam kondisi atau status jenuh air. Air melampaui status jenuh disebut air genangan Air pada status kapasitas lapang adalah jumlah air yg menempati pori tanah mikro dan pori sedang. Pada status kadar air mencapai 80 % dari kapasitas lapang disebut titik kritis atas, artinya sudah harus ditambah air irigasi, jika menghendaki pertumbuhan dan produksi yg optimal. Sedangkan pada kondisi kadar air tanah 60 % disebut titik kritis bawah, artinya tanaman belum layu tetapi tidak optimal. Bila kadar air menjadi 40 % dari kapasitas lapang tanaman sudah mulai layu permanen pada saat 20 % dari kapasitas lapang. Bila tanah pada kondisi kering udara / kadar air mencapai 30 % – 40 % dari kapasitas lapang. Tanah kering mutlak saat kering oven suhu 105o selama 1 – 2 hari, kadar air sama dengan 0 %. Di lapang atau secara alamia, tidak ditemukan tanah dalam kondisi kering mutlak sekalipun didaerah padang pasir, terbatas hanya pada kering udara, atau minimal sama dengan kadar air pd kelembaban udara.

Genangan air
Titik jenuh air
Jenuh air air perkolasi
Titik kapasitas lapang 100 %
Air tersedia
Titik kritis atas, 80 % kapasitas lapang

Titik kritis bawah, 60 % kapasitas lapang

Titik layu permanen, 40 % kapasitas lapang

Kering udara 20 – 40 % kapasitas lapang

10 % – 20 % kapasitas lapang

Air hygroskopis Kering mutlak, kering oven (0 %)

infiltrasi
surface flow = run off

perkolasi
seepage
internal folw
perkolasi
base flow seepage

batas solum

Air sungai (saluran alam)

Gambar : bentuk pergerakan air

Genangan air

Lapisan olah  20cm =lapisan efektif

Lapisan kedap air=flow pan =flow sole
permeabilitas
lapisan sub soil

Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Tanaman Lahan Kering

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa kebutuhan air untuk lahan basah (sawah) dinyatakan sebagai tinggi genangan air pada petakan sawah. Sedangkan untuk tanaman lahan kering dinyatakan pada kemampuan maksimum tanah memegang air atau kemampuan maksimum tanah menyediakan air pada kedalaman efektif atau kedalaman perakaran dari jenis tanaman yg diusahakan. Kedalaman sistem perakaran misalnya 1,5 m tetapi kedalaman efektif tanah hanya 40 cm maka jumlah air yg diberikan terbatas pada kedalaman 40 cm. Untuk itu pemberian air untuk lahan kering dibatasi sampai kedalaman efektif tanah. Jika diberikan sesuai kedalaman akar, maka sejumlah air akan hilang atau membuat air dalam tanah menjadi jenuh.
Kebutuhan air untuk lahan kering tidak juga didasarkan pada kebutuhan tanaman (evapotranspirasi). Jumlah kebutuhan tanaman dalam pengelolaan air irigasi hanya dijadikan dasar untuk menentukan interval waktu pemberian air atau frekuensi pemberian air, apakah setiap hari, dua kali sehari ataupun seminggu sekali. Jumlah air yg benar dan tepat diberikan pada lahan kering didasarkan pada :
1. Kadar air pada status kapasitas lapang atau jumlah air yg tersedia.
2. Ketebalan lapisan efektif tanah
Jika pada lapisan efektif meliputi hanya pd satu horizon, maka status kapasitas lapang yg diukur hanya pada satu lapisan. Namun bila lapisan efektif terdiri dari dua atau lebih horizon maka kadar air kapasitas lapang diukur pada setiap horizon yakni dua atau lebih, tergantung pada ketebalan horizon
3. Kepadatan tanah/ Bulck density tanah.
Volume tanah yg ditempati massa tanah dapat diketahui dari berat isi tanah (bulck density tanah ). Sedangkan volume pori-pori tanah dapat diketahui dari pori total atau porositas tanah dengan rumus :

I – BD x 100 % = …….% porositas
BJ
BD = bulck density g/cc atau km/m3
BJ = berat jenis mineral tanah = 2,65 g/cc .

Untuk menghitung berat isi tanah yakni selisi berat basah dari tanah yg berada pd ring sampel (tanah utuh ) dikurangi dengan berat berat kering sampel utuh (oven 105 o selama satu / dua hari dibagi berat kering dengan satuan g/cc atau kg/m3.

4. Jumlah air yg sisa dari tanah.
Jumlah air yg sisa dalam tanah dapat diukur dengan dua cara yakni dengan mengukur kadar air tanah pd saat itu dengan rumus BB – BK x 100 % atau
BB
dengan menimbang pot (bila tanah dalam pot) kemudian diselisihkan antara kadar air pada kapasitas lapang dengan kadar air pada saat memberi air.

Rumus secara keseluruhan :

TKL = % KL x BD x Te = tinggi air pada kapasitas lapang
 t = % Ka x BD x Te = tinggi air yg sisa pd tanah

Keterangan :
T.Kl = tinggi air pada kapasitas lapang
 t = tinggi air yg sisa dalam tanah
% KL = % kadar air pada kapasitas lapang
% Ka = kadar air pada saat mau diberi air
BD = bulck density = berat isi tanah
Te = ketebalan tanah ( kedalaman lapisan efektif)

Contoh soal :
Hitunglah berapa jumlah air yg harus diberikan bila ketebalan lapisan efektif 50 cm, BD = 1,2 g/cc, kadar air pada kapasitas lapang 45 % dan t = 20 % serta berapa interval waktu pemberian air bila evapotraspirasi 6 mm air/hari, titik layu permanen.
Jawab :
Tinggi air yg dibutuhkan = 45 x 1,2 g/cc x 50 c x 10 mm
100
= 45 x 600 = 270 mm = 27 cm
100

Tinggi sisa air = 20 x 1,2 g/cc x 50 cm x 10mm
100
= 20 x 600 mm = 120 mm = 12 cm

Jadi air yg harus ditambahkan = 270 m – 120 mm = 150 mm = 15 cm
= 27 cm – 12 cm = 15 cm

Tinggi air pada TTLP = 15 x 1,2 g/c x 50 x 10 mm
100
15 x 600 = 90 mm = 9 cm
100

Jumlah air yg tersedia = Air KL – Air TLP
= 270 mm – 90 mm = 180 mm = 18 cm
Interval waktu pemberian air = 180 mm = 30 hari
6 mm/hari

Metode pengukuran kadar air tanah ataupun metode pengukuran kebutuhan air dapat dilakukan dalam beberapa metode yg dibedakan untuk kebutuhan lahan basah (padi sawah) dan kebutuhan lahan kering yakni :
Untuk Lahan Basah
1. Metode tangki
Untuk mengukur beberapa besar kebutuhan air untuk padi sawah pada setiap fase pertumbuhan, serta untuk mengetahui besarnya kehilangan air karena perkolasi dan permeabilitas setiap hari, dapat diketahui dengan metode tangki. Pada metode tangki ini digunakan tiga buah tangki atau bak dari flat seng. Tangki pertama tertutup pada dasarnya , tangki kedua terbuka dasarnya sedangkan tangki ketiga tertutup pada dasarnya . Tangki pertama dan kedua ditanami padi, tangki ketiga tidak ditanami padi. Ketiga tangki tersebut berukuran sama, volume dan dan luasnya berukuran panjang 1,2 m, lebar 1 m dan tinggi 60 cm. Ketiga tangki dibenamkan dalam tanah sedalam 30 cm dan 30 cm muncul di permukaan tanah. Ketiga tangki digenangi air seperti tinggi air di petakan sawah untuk jelasnya dapat dilihat pd gambar berikut.

30 cm

30 cm

1,2 m 1,2 m 1,2 m
A B C

Tangki A = tertutup dasarnya, ditanami padi dan digenangi air dengan tinggi tertentu, sama juga pada tangki B & C.
Tangki B = tidak tertutup, ditanami padi, digenangi air
Tangki C = tertutup dasarnya, tidak ditanami padi, digenangi air setinggi genangan pada tangki A dan B.
Setiap tangki diberi file/meteran untuk mengetahui penurunan tinggi muka air pada setiap hari.
Pengamatan penurunan tinggi muka air dilakukan setiap pagi atau sore hari.

Kebutuhan tinggi genangan menurut PU.Pengairan menetapkan secara umum yakni 1 l/d per ha atau volume air sebanyak 86400 l/hari atau 8640 dm3/hari, membuat tinggi air per ha adalah 86400 = 8,64 dm3 /m2 = 8,64.10-3 = 8,64 mm. Petani pada umumnya (petani padi sawah), walaupun termasuk toleran terhadap genangan air, tetapi bila genangan air melebihi leher daun teratas, dapat mematikan atau dapat mematikan anakan sampai 60%. Namun kebanyakan petani menyadari hal ini tetapi karena sumber air irigasi atau fasilitas irigasi kurang mendukung.
Berdasarkan hasil penelitian, tinggi genangan per ha yg paling optimal untuk padi yakni 2,5 cm/hari atau 25 mm/hari sedangkan bila tinggi genangan menjadi 5 cm/hari, jumlah anakan yg mati 40 %. Jumlah anakan tertinggi terdapat pada tinggi 2,5 cm/hari yakni sebanyak 27 anak. Namun pada hasil percobaan untuk padi gogo, yakni padi yg ditanam dengan sistem kering, tidak perlu genangan cukup dengan status air pada kapasitas lapang, jumlah anakan tercapai 32 anakan dan semuanya mengeluarkan bulir/malai, namun dilakukan pembubunan. Perlakuan pertumbuhan untuk padi gogo selain membuat anakan seperti pada sistem sawah. Hasil produksi gabah kering panen tercapai 8,3 ton/ha. Sistem pertanian gogo ranca, dikenal suatu sistem pertanaman padi dengan dua sistem yakni sistem kering kemudian sistem basah, hasil yg pernah dicapai hanya sekitar 7,1 ton/ha, masih lebih rendah dari sistem gogo . Hal ini disebabkan padi gogo ranca, kematian jumlah anakan masih terdapat karena adanya genangan air. Penurunan tinggi muka air pd tangki A adalah besarnya evapotranspirasi setiap hari (mm air/hari)4, penurunan tinggi air pada tangki B adalah besarnya jumlah air yg hilang karena perkolasi/permeabilitas, sedangkan penurunan tinggi muka air pada tangki C adalah tinggi air yg dievaporasikan.
Tangki A = tinggi air yg dievapotranspirasikan setiap hari
Tangki C = tinggi air yg dievaporasikan
Jadi tinggi air yg ditranspirasikan = tangki A – Tangki C.
Jumlah air yg hilang di petakan karena perkolasi/permeabilitas =Tangki B – Tangki A

Untuk ketelitian pengamatan dengan menggunakan metode tangki perlu :
1. Membiarkan tanah dalam tangki sama dengan tanah di petakan yg sama dengan yg ada dalam tangki
2. Umur tanaman sama
3. Tinggi genangan harus sama pada semua tangki dan yg ada di petakan
4. Sebaiknya mempunyai ulangan minimal dua ulangan
5. Terdapat pengamatan curah hujan harian dan pengamatan komponen faktor iklim yg lainnya
6. Diamati semua tangki pd waktu yg sama
7. Hanya diperuntukkan untuk lahan basah khususnya padi sawah.

Metode ini diterapkan di lapang, namun karena biaya dan waktu yg diperlukan relatif mahal, selain itu untuk membenamkan tangki ke dalam petakan sawah, tanah sudah terganggu dan butuh waktu yg lama agar kondisi tanah dalam tangki sama dengan kondisi tanah di luar tangki. Karena itu metode ini terbatas diusahakan .

Keuntungan sistem pertanaman padi dengan sistem kering (padi gogo) dibandingkan sistem padi sawah, meliputi :
1. Tidak perlu ada penggenang air, cukup pd kondisi kadar air maksimum pd kapasitas lapang, berarti penggunaan air sangat efisien.Fasilitas pengairan yg ada dapat digunakan untuk memperluas areal irigasi, terlebih pd waktu musim hujan.
2. Tidak perlu ada pematang sawah, berarti areal pertanaman padi semakin luas, namun untuk luas status pemilikan lahan, dapat dibuat patok-patok pembatas.
3. Dapat diolah dan ditanami dan dipanen dengan sistem mekanis.
4. Memperbaiki tata air tanah, atau mendukung kelangsungan siklus hydrologi. Pertanaman padi gogo tidak menghendaki lapisan flow pan (lapisan flow sole) atau lapisan kedap air sehingga perkolasi dan pergerakan air dalam tanah dapat berlangsung secara normal. Dengan demikian sistem pertanian padi gogo dapat berfungsi mengerutkan tanah dan memperbaiki tata air tanah. Telah diketahui bahwa pembuatan sawah adalah sengaja merusak tanah dan tata air, selama ini tanah sawah dengan pematangnya dinilai termasuk sebagai usaha konservasi dan perbaikan siklus hydrologi ternyata tidak demikian karena adanya lapisan kedap air yg tetap dipertahankan selama digunakan untuk padi sawah.
5. Penanaman padi gogo dengan cara tegal, untuk itu tdk diperlukan persemaian, tidak diperlukan transplanting berarti dapat menghemat tenaga dan waktu ataupun biaya untuk persemaian dan transplanting. Selain itu terjadi sters bibit karena transplanting.
6. Tidak mengalami kematian sebagai anakan karena tidak terdapat genangan air seperti padi sawah
7. Perkembangan akar jauh lebih luas dan jauh lebih dalam karena tidak ada flow pan. Perkembangan ke samping lebih luas karena jarak antar barisan tanaman lebih luas 40 cm, sedangkan dalam barisan 15 cm. Jarak antar barisan tanaman 40 cm diperlukan untuk pembubunan tanaman. Jarak tanaman padi gogo 40 cm x 15 cm dibandingkan jarak tanaman padi sawah 25 cm x 25 cm berarti populasi tanaman padi gogo per ha tentu lebih banyak, jumlah anakan lebih banyak maka dukungan produksi per satuan luas akan lebih tinggi dibandingkan padi sawah.
8. Pertanaman padi gogo dapat menekan serangan hama/penyakit padi tertentu. Dengan jarak antara barisan yg lebar 40 cm, membuat sirkulasi udara antara tanaman menjadi lancar membuat kelembaban udara mikro menjadi rendah
9. Penyiangan gulma tidak diperlukan, karena dengan sendirinya sudah dilakukan bersamaan dengan pembubunan. Berdasarkan hasil percobaan pembubunan yg dilakukan dua kali pada waktu musim hujan yakni pada umur 3 minggu dan 8 minggu.
10. Penggunaan cara mekanisasi seperti, pengolahan tanah pemupukan dan penanaman satu kali sekaligus, penyiangan, pembubunan dan panen dapat dikembangkan secara mekanis, seperti penanaman gandum.
11. Output produksi jauh lebih tinggi.

Berdasarkan uraian kelebihan sistem padi gogo belum dikenal dan disadari petani sawah, utamanya dalam persoalan budaya dan kebiasaan. Untuk merubah kebiasaan petani sawah menjadi petani padi lahan kering tidak gampang walaupun sudah melihat dan mendapatkan informasi mengenai padi gogo. Kebiasaan ataupun budaya padi sawah sudah menyatu dan susah dihilangkan, seperti ramai-ramai mengolah tanah, mencabut bibit, menanam dan panen. Selain itu pemikiran petani kesulitan penanaman padi gogo adalah masalah :
1. Pengolahan tanah dalam kondisi kering, dirasa berat tidak seperti pada sawah yg berair. Petani padi gogo biasa pada peladang pindah.
2. Ancaman kekeringan.
3. Pemberantasan gulma dirasa memberatkan.
4. Melakukan pembubunan sepertinya menambah input biaya ataupun tenaga.
5. Ancaman erosi dan kerusakan tanah besar bila dilakukan pd tanah berlereng lebih dari 3 %, namun bila padi gogo ini ditanam pd teras dengan struktur tanah yg mantap dan mempunyai lapisan efektif yg dalam, masih dimungkinkan sampai lereng 8 %.

2. Metode Stik.
Metode pengukuran pemberian air langsung dipetak sawah secara konvensional dapat dilakukan dengan metode stik. Stik atau patok mempunyai file dengan ukuran tinggi adalah mm. Karena permukaan tanah sawah, secara mikro tidak tepat datar permukaan dalam serta petak bahkan antar petak pun tidak datar 100 %. Untuk itu semakin banyak stik/patok berfile yg diletakkan semakin teliti pengamatan penurunan tinggi genangan. Patok setinggi 35 cm, dibenamkan ke petakan sawah sedalam 20 cm, 15 cm berada di atas permukaan petakan sawah. Titik nol berada pas pd tinggi file 20 cm. Setiap hari pada jam tertentu sebelum diberi air irigasi diamati penurunan tinggi muka air. Bila terjadi hujan diamati setelah hujan berapa kenaikan muka air, demikian seterusnya.

15 cm Muka air

mm 0 Muka tanah

20 cm

3. Lesymeter
Lesymeter adalah suatu alat yg digunakan untuk mengukur :
1. Kebutuhan air (air konsumsi = evapotranspirasi)
2. Mengukur besarnya aliran permukaan
3. Mengukur erosi
4. Mengukur kehilangan air karena perkolasi atau permeabilitas.
Sama halnya prinsip metode tangki yg menggunakan tiga buah tangki, lesymeter hanya menggunakan satu buah tangki yg ukurannya sama dengan tangki yg digunakan pd metode 3 tangki, yakni 1,2 m x 1 m x 60 cm. Pada dasar tangki tertutup dan diberi lubang yg dihubungkan dgn selang/pipa untuk menghitung jumlah perkolasi per menit/jam/hari. Demikian pada salah satu sisi atau ke 4 sisi di sebelah atas dekat permukaan atas diberi lubang 2,5 cm diameternya dan dihubungkan dengan selang atau pipa untuk menghitung jumlah air atau tanah yg terangkut karena aliran permukaan.

Lubang u/ aliran permukaan

15 cm

tinggi genangan air 5 cm

tanah 40 cm

Gambar : Lesymeter untuk padi sawah

Lesymeter ini tidak dibenamkan dalam tanah seperti di metode tangki, tetapi diletakkan dekat petakan sawah yg sama kondisi iklim makro dan mikronya. Untuk mengetahui besarnya evaporasi (penguapan pada permukaan genangan ataupun permukaan tanah) digunakan data panci terbuka (Oven Pan) yg juga diletakkan dekat petakan sawah. Kelemahannya metode ini, adalah tanah yg dimasukkan ke dalam bak/tangki sudah terganggu, butuh waktu yg lama untuk sama dgn kondisi tanah di petakan sawah, walaupun susunan horizonnya dapat diatur.

Metode Pengamatan /Perhitungan Air Untuk Lahan Kering

Sama halnya dgn metode pengamatan kebutuhan air untuk lahan sawah dinyatakan dalam satuan tinggi air. Sesungguhnya dapat dinyatakan dalam satuan/ukuran volume namun kalau dikonversikan dengan curah hujan akan lebih mudah dihitung.

1. Lesymeter
Untuk menghitung kebutuhan kadar air untuk suatu jenis tanaman lahan kering dapat digunakan alat lesymeter. Untuk itu lesymeter dapat digunakan selain untuk kebutuhan air padi sawah dapat juga digunakan untuk lahan kering.

2. Tensiometer
Tensiometer adalah alat yg digunakan untuk mengukur kelembaban tanah setiap saat, perbedaan kadar air dari waktu ke waktu adalah jumlah air yg dikonsumsi tanaman (evapotranspirasi)

3. Gravimeter
Yakni pengukuran berat tanah dari waktu ke waktu, perbedaan berat adalah jumlah air yg dikonsumsi tanaman . Hanya saja metode ini sesuai digunakan bila dilakukan dalam pot/kantong plastik.

Secara umum, berdasarkan uraian mengenai irigasi maka, untuk pemberian air tambahan dari irigasi dapat ditunjukkan bahwa tidak semudah seperti apa yg kita bayangkan, kalau pemberian air secara optimal. Pemberian air secara optimal dan efisien jauh lebih sulit ditentukan bila dibandingkan dgn pemupukan secara optimal dan efisien. Pemberian air irigasi bila dipandang bahwa air adalah salah satu input produksi yg mempunyai nilai ekonomis yg harus diperhitungkan sebagai modal/investasi, maka masalah kebutuhan air bukan persoalan. Di Indonesia ataupun di negara tropis, ketergantungan tanaman akan air hujan adalah sangat menjanjikan. Kegagalan panen karena penyimpangan iklim dinilai belum menjadi tantangan. Perhitungan ekonomi, hasil produksi pertanian yg tergantung dari curah hujan berarti tergantung pada alam. Karena tergantung pd alam yg kadang menyimpang, berarti ada ancaman kegagalan panen/ produksi. Jika kondisi iklim (alam ) normal sangat menguntungkan dan bila menyimpan dapat merugikan. Hal ini berarti bahwa usaha pertanian yg kebutuhan airnya tergantung pd hujan adalah pertanian spekulasi. Adanya fasilitas pengairan /irigasi yg dapat menjamin kebutuhan air merupakan pertanian yg dapat menjamin tercapainya produksi yg optimal bila faktor iklim lainnya mendukung serta pengelolaan air benar dan tepat. Pengelolaan air irigasi yg benar dan tepat adalah pengelolaan yg dapat medukung ketepatan (1) Jumlah air irigasi, (2) ketepatan waktu, (3) seminimal mungkin kehilangan air, (4) pembagian air sesuai luas lahan yg direncanakan.
Salah satu faktor yg sulit dalam pengelolaan air adalah besarnya tingkat kehilangan air baik di sepanjang saluran selama pengaliran air dan kehilangan air pd tanaman.
1. Kehilangan air disepanjang saluran selama pengaliran.
a. Kebocoran saluran, disebabkan karena rusaknya tanggul saluran, ataupun karena pembajakan air
b. Kehilangan air karena peresapan (seepage), perkolasi, utamanya pd saluran dari tanah
c. Evapotranspirasi dari permukaan saluran dan saluran yg ditumbuhi rumput air.
d. Dijadikan sumber air bagi penduduk.
e. Sedimentasi (pendangkalan saluran).

2. Kehilangan air di petak pertanaman.
a. Perkolasi tanah sangat tinggi, karena pembentukan flow pan belum sempurna, sawah yg sudah mantap adalah yg mempunyai tingkat perkolasi < 5 mm per hari
b. Peresapan ke samping (seepage)
c. Banyak gulma
d. Evaporasi.

Ketepatan Waktu Pembagian/Pengaliran Air.
Pengaturan waktu pengaliran dan pembagian air irigasi, adalah harus dipenuhi pihak pengelola air irigasi. Keterlambatan pemberian air irigasi adalah ancaman bagi keberhasilan pertumbuhan & produksi tanaman . Bagi padi sawah minimal 7 hari keterlambatan pemberian air masih dapat ditolerir namun kalau sudah 10 hari ancaman gagal panen. Untuk itu umumnya petani padi sawah membuat genangan air di petaknya setinggi 10 cm, karena ada keraguan keterlambatan air. Namun disadari bahwa tinggi genangan air sampai 10 cm itu kurang baik karena dapat mematikan sebagian anakan.
Ketepatan waktu pengaliran dan pembagian air di tingkat saluran, selain adanya jaminan kebersihan saluran adalah berfungsinya pintu-pintu saluran dgn baik terutama bila sistem pembagian airnya bergilir/dirotasikan. Pada bagian kelompok areal persawahan maka waktu pergiliran air harus tepat. Kerusakan pintu pembagi air ataupun bangunan bagi air irigasi adalah penyebab utama pembagian air berlangsung tidak tepat.

Ketepatan Jumlah Air yg Dialirkan (Debit Air)
Ketepatan debit air yg dibagikan disesuaikan luas areal persawahan yg mendapatkan air irigasi. Selain itu debit air yg dialirkan perlu memasok dan mempertimbangkan berapa jumlah air yg hilang pada tanaman. Pihak PU. Pengairan yg bertanggung jawab terhadap masalah ini kadang dan umumnya tidak memperhitungkan. Hal ini dapat diketahui bahwa debit air yg dialirkan tidak pernah mencapai target luas areal sesuai dgn yg direncanakan. Ketidaktepatan jumlah air ini dapat menimbulkan kerusuhan petani pemakai air, karena tidak menyadari penyebabnya.

Kebersihan Saluran/Pemeliharaan
Pemeliharaan dan pembersihan saluran yg ditangani oleh PU.Pengairan adalah mulai dari saluran intake sampai saluran sekunder saja. Untuk saluran tersier dan saluran cacing menjadi tanggung jawab petani pemakai air. Namun sampai saat ini para petani pemakai air selalu mengharapkan pihak PU. Pengairan yg memelihara semua tingkat saluran termasuk saluran tersier. Pihak PU. Pengairan perlu mensosialisasikan mengenai pemeliharaan dan kebersihan saluran termasuk perawatan bangunan air di tingkat tersier kepada petani pemakai air, utamanya menanamkan rasa memiliki. Memang seharusnya petani pemakai air harus menyadari bahwa fasilitas pengairan/irigasi itu adalah milik bersama. Karena pemerintah(PU.Pengairan)tidak mungkin memindahkan atau mengambil fasilitas pengairan yg sudah ada dan mahal biaya pembuatannya. Saluran tersier dan saluran cacing yg ada di petakan sawah adalah dikelola oleh pemakai pemakai air seharusnya sebelum turun ke sawah terlebih dahulu secara bersama-sama membersihkan dan memperbaiki pintu-pintu air dan saluran. Kelancaran pembagian dan pengaliran air sangat ditentukan oleh bangunan air yg berfungsi normal. Kenyataan di lapang kekurangan air yg dialami petani pemakai air bukannya sumber air yg terbatas pengadaannya, tetapi fasilitas pembawa air yg tidak berfungsi optimal. Untuk itu petani pemakai air irigasi dihimpun dalam suatu wadah, yg diharapkan dari wadah tersebut dapat terlaksana pengelolaan air secara tepat dan benar. Pertimbangan budaya atau kultur yg sangat bervariasi dari setiap petani pemakai air pd setiap kelompok areal irigasi perlu dipersatukan dalam suatu wadah yakni perkumpulan petani pemakai air irigasi (P3A).

Perkumpulan Petani Pemakai Air Irigasi (P3A)
Petani pemakai air irigasi yg areal persawahannya berada pada satu tingkat saluran tersier dimasukkan dalam suatu wadah P3A. Untuk itu wilayah pengairan/irigasi terdiri dari beberapa kelompok P3A berdasarkan petak tersier. Petak tersier didasarkan pada saluran tersier. Pembagian air di tingkat petani pemakai air diatur berdasarkan petak tersier. Bila sistem pembagian/pengaliran air yg diterapkan secara rotasi maka rotasi itu didasarkan pada petak tersier atau saluran tersier dan harus dimaklumi dan disadari oleh petani pemakai air. Salah satu usaha untuk mengoptimalkan fungsi fasilitas pengairan ini adalah berfungsinya organisasi P3A ini.
Fungsi dan peranan organisasi P3A :
1. P3A berfungsi untuk menyatukan persepsi dan pemahaman dari petani pemakai air. P3A merupakan wadah bagi anggota petani pemakai air bila ada permasalahan mengenai kekurangan ataupun keterlambatan menerima air irigasi.
2. Berfungsi sebagai wadah /tempat bermusyawarah bagi petani pemakai air, untuk menetapkan kapan waktu kegiatan dimulai.
3. Melalui wadah P3A, semua bangunan air dapat dirawat ataupun dibersihkan.
4. Pengaturan pembagian air dapat dibicarakan dalam kelompok-kelompok P3A dalam satu lingkup wilayah pengairan.
5. Perpajakan mengenai penggunaan air irigasi dapat dilakukan dalam setiap kelompok P3A.
6. Organisasi P3A digunakan sebagai wadah untuk berkomunikasi dengan pemda dan pihak PU. Pengairan.

Ketua dan pengurus dari P3A adalah semua dari petani pemakai air dan berdiri sendiri tanpa aparat pemda ataupun pihak PU. Pengairan.
Kenyataan lapangan, antara petani pemakai air sering menimbulkan kerusakan bahkan perkelahian karena masalah air. Pertentangan antara petani pemakai air disebabkan oleh banyak faktor antara lain :
1. Tidak mematuhi jadwal/periode waktu pengaliran air yg telah disepakati, misalnya ada petani belum sempat turun ke sawah, ada petani baru mengolah tanahnya, ada yg sudah menanam bahkan ada yg mau memupuk. Setiap kegiatan ini membutuhkan persyaratan kebutuhan jumlah air/tinggi genangan air. Untuk transplanting (penanaman dan pemupukan), dilakukan pembuangan air, sedangkan yg baru mengolah tanah menghendaki banyak air, yg sudah menanam membutuhkan air, membuat ada yg berlebihan air ada yg tidak dapat air, dengan demikian membuat pertentangan.
2. Kepemilikan sawah
Ada petani yg mempunyai sawah yg luas terlebih bila letaknya tidak semua dalam satu petak tersier tetapi terbagi-bagi pd berbagai petak atau desa dan kecamatan lain. Hal ini membuat petani tidak mampu sekaligus dalam waktu bersamaan mengerjakan semua sawahnya, sedangkan ada periode waktu yg telah ditetapkan keterlambatan ini membuat kacau pengaturan pembagian air.
3. Pembajakan air.
Beberapa petani pemakai air karena kegiatan persawahan yg intensif tidak sabar menunggu pengaliran air dari satu saluran tertentu, namun terdapat saluran yg lebih dekat dari sawahnya terpaksa dibobol (kompas) untuk mendapatkan air. Letak sawah yg jauh dari saluran dimana jatah air diperoleh membuat kadang terlambat mendapatkan air bahkan tidak mendapatkan bagian maka terpaksa petani membuat jalan pintas dengan membobol saluran yg ada didekatnya termasuk saluran sekunder. Pembagian air masuk ke petak sawah harus melalui saluran tersier dan saluran cacing, tidak boleh dari saluran sekunder. Bila air diambil dari saluran dari saluran sekunder ataupun saluran primer, kejadian ini termasuk pembajakan air irigasi yg dapat mengacaukan sistem pembagian air secara keseluruhan.

Sistem Pembagian Air Irigasi
Untuk mengoptimalkan penggunaan air irigasi selain diperlukan pengelolaan (manajemen)yg benar dan tepat, juga termasuk didalamnya mengenai sistem pembagian air yg benar dan tepat. Seperti irigasi untuk lahan sawah (basah) maupun untuk lahan kering, sistem pembagian air irigasi yg benar dan tepat agar efisiensi air tercapai, namun kebutuhan optimal tanaman dapat dicapai pd lahan seluas mungkin. Sistem pembagian air yg dikenal sekarang untuk lahan basah (sawah) meliputi :
1. Sistem pengaliran secara terus menerus;
2. Sistem pengaliran air secara bertahap;
3. Sistem pengaliran air secara rotasi.
1. Sistem pengaliran air secara terus menerus
Sistem pengaliran air irigasi ini merupakan sistem irigasi yg konvensional, tidak efisien penggunaan airnya karena air dialirkan terus walaupun tidak dibutuhkan namun fasilitas yg diperlukan sangat sederhana karena itu relatif murah. Pada sistem ini tidak diperlukan dam bila sumber airnya dari sungai, cukup cek dam. Sistem ini hanya dapat diterapkan bila :
1. Sumber air berlebihan kapasitasnya
2. Luas areal yg akan diairi sangat terbatas
3. Fasilitas irigasi yg ada sangat terbatas, utamanya keterbatasan bangunan bagi air ataupun tidak mempunyai pintu pembagi air atau pintu pengatur debit air.
4. Jarak antara sumber air dengan areal yg diairi relatif dekat dengan sumber air.
5. Jenis tanaman yg diusahakan toleran terhadap kelebihan air seperti padi.

2. Sistem pengaliran air secara bertahap
Sistem ini jauh lebih efisien dari sistem pengaliran air secara terus menerus, selain itu areal yg diairi lebih luas. Sistem ini berlangsung dengan pengaliran air secara bertahap berdasarkan waktu, kapan tanaman sudah harus diberikan berdasarkan fase-fase pertumbuhan tanaman. Untuk itu diperlukan pengalaman ataupun pengetahuan yg luas mengenai fase-fase pertumbuhan tanaman khususya padi. Pada umur atau kapan waktu air irigasi diperlukan dan kapan tidak diperlukan bahkan yg ada di petakan sawah harus dibuang telah diketahui bahwa pd saat transplanting. Air yg diperlukan hanya dalam kondisi macak-macak saja selama 3-4 hari sesudah transplanting. Pada waktu pemupukan tidak diperlukan pengaliran air irigasi supaya pupuk yg diberikan akan lebih efisien diserap sistem perakaran tanaman. Demikian pula pada saat tanaman bunting air tidak dimasukkan dalam ke petakan sawah bahkan dibuang yg telah ada untuk merangsang keluarnya bulir atau malai secara bersamaan. Selanjutnya pada periode waktu panen, satu minggu atau  10 hari padi akan dipanen, dilakukan pengeringan sawah, selain mempercepat penuaan padi secara serentak juga mempermudah panen.
Sistem ini diterapkan didasarkan pertimbangan, meliputi :
1. Sumber air agak terbatas
2. Luas areal yg mendapat air irigasi cukup luas
3. Fasilitas bangunan air cukup tersedia
4. Ada komitmen yg kuat diantara petani pemakai air, utamanya komitmen penetapan waktu pelaksanaan kegiatan dalam periode waktu bersamaan, misalnya waktu tanam relatif sama, waktu pemupukan dsb.
5. Jarak antara sumber air dengan areal yg diairi relatif tidak jauh
6. Kondisi fasilitas bangunan irigasi dapat tetap mendukung kecepatan aliran agar lebih cepat sampai ke petakan sawah.

3. Sistem pengaliran air secara rotasi / bergilir
Pengaliran air secara rotasi /bergilir dapat didasarkan pada tingkat saluran atau pd tingkat kelompok areal luas persawahan. Untuk kemudahan pelaksanaan /manajemen umumnya pengaliran air dirotasikan berdasarkan tingkat saluran, apakah di tingkat saluran primer dan ataukah di tingkat saluran sekunder. Semakin rendah status tingkat saluran semakin sulit menerapkan sistem rotasi ini, namun semain luas areal sawah yg dapat diairi. Jika kapasitas debit air yg mampu mengairi areal hanya 1000 ha sawah bila dirotasikan pada dua saluran primer maka luas areal persawahan dapat ,menjadi 2000 ha yakni pada saluran primer A yg sebelumnya hanya mampu mengairi sawah seluas 500 ha dapat menjadi 1000 ha, bila semua debit air dialirkan ke saluran primer A sedangkan yg ke saluran B distop apakah selama 2 minggu atau satu bulan waktu rotasinya. Bila pengaliran air dirotasikan di tingkat saluran sekunder seperti pada saluran primer A mempunyai 3 saluran sekunder dengan luas areal masing-masing  250 ha maka luas areal mendapatkan air irigasi bisa mencapai 1500 ha untuk membuat perencanaan sistem pengaliran air secara rotasi diperlukan pertimbangan dan persyaratan yg harus dimiliki wilayah tersebut, yakni :
1. Semua fasilitas bangunan air harus lengkap dan harus tergolong pengairan teknis.
2. Tambahan luas areal sawah tersedia.
3. Terdapat komitmen yg kuat di antara petani pemakai air atau antar kelompok petani pemakai air.
4. Kegiatan persawahan relatif bersamaan pd suatu (petak) kelompok yg dirotasikan.
5. Kapasitas sumber air dapat dijamin.
6. Tinggi genangan air di petak sawah tidak berlebihan
7. Menekan sekecil mungkin tingkat kehilangan air
8. Kebersihan saluran dan bangunan irigasi harus selalu dijaga/dirawat agar dapat berfungsi terus
9. Tidak ada pembajakan air.

Teknik Pembagian Air Pada Lahan Kering
Pada dasarnya teknik pembagian air irigasi untuk pertanaman lahan kering disesuaikan dengan tujuan pemberian air yakni tujuan memenuhi kebutuhan konsumsi atau selain untuk konsumsi juga untuk kebutuhan membersihkan tanaman dari debu pada seluruh permukaan tanaman karena itu ada beberapa macam metode pemberian air yakni :
1. Saluran terbuka
2. Saluran tertutup
3. Disiram
4. Sprinkle
5. Tertetes/Tetes
6. Middrib

1. Saluran Terbuka
Metode ini sama halnya dengan pemberian air pada lahan basah atau sawah. Air dari saluran terbuka dialirkan ke petak pertanaman melalui alur-alur diantara barisan tanaman atau diantara petak tanaman. Metode ini sebaiknya digunakan bila petani dan kapasitas sumber air tinggi dan tingkat perkolasi tanah tergolong tidak besar tetapi tingkat peresapan cukup cepat, terutama ke arah horisontal. Metode pemberian air ini kurang ditetapkan untuk pertanian lahan kering, lebih sesuai diterapkan untuk lahan basah.

2. Pengaliran air dari saluran tertutup
Saluran tertutup yang dimaksudkan disini adalah pipa atau selang air. Air dapat dialirkan melalui gaya gravitasi bila sumber airnya berada diketinggian atau lebih tinggi dari areal yang diairi. Metode ini dapat juga menggunakan mesin pompa air. Mesin pompa air ini dapat berfungsi untuk menyedot/mengambil air dari sumber air dan dapat mengalirkan ke pertanaman dengan tekanan mesin.
Telah diketahui bahwa air dapat bergerak dari suatu tempat ke tempat lain karena perbedaan tekanan potensial atau perbedaan tinggi tempat yakni gravitasi. Air dapat bergerak dari suatu tempat ke tempat yg lain karena tekanan air, dalam hal ini pompa air. Untuk air bergerak melalui selang atau pipa karena tekanan pompa mesin air.
Kelemahan metode ini, tidak dapat mengairi areal yg luas bila selang/pipa tidak dipindahkan ke tempat yg lain atau diperlukan tenaga manusia untuk mengatur pemberian air. Pengaliran / pemberian air melalui selang air dapat dilakukan dengan broadcast.

3. Disiram
Metode pemberian air dengan cara disiram sama halnya dengan pemberian air melalui udara. Pemberian air dengan cara disiram termasuk metode konvensional seperti untuk menyiram sayuran, semangka, ketimun ataupun jagung dgn tenaga manusia. Tenaga manusia yg mengangkat air dari satu tempat ke pertanaman dengan ember atau gembos. Metode ini cukup sesuai bila sumber air tidak jauh dari tanaman, sumber air adalah sumur dangkal, serta pertanaman tidak luas yakni sesuai kemampuan tenaga dan sumber air .

4. Sprinkle irigasi
teknik pemberian air secara sprinkle adalah teknik pemberian air secara mekanis(full mekanis) karena membutuhkan fasilitas peralatan yg lebih canggih dengan mesin pompa air. Pompa air dapat digerakkan dengan mesin dari bahan bakar minyak atau dengan listrik.
Irigasi dengan metode sprinkle adalah modifikasi dengan pipa atau selang pada setiap ujung pipa terdapat nozel yg dapat berputar 180o atau 90o. Setiap tiang pipa atau selang diletakkan/dipasang permanen pd jarak tertentu, sesuai luas semburan airnya. Semburan air melalui nozel seperti kabut air. Air dapat dialirkan melalui tenaga mesin pompa atau tenaga listrik dan dapat diatur lama waktu penyemburan air sesuai kebutuhan. Karena kabut air ini selain untuk kebutuhan konsumsi air juga untuk menyiram seluruh permukaan tanaman. Pengkabutan air ini juga berfungsi memperbaiki iklim mikro. Dengan demikian pemberian air irigasi dengan sistem sprinkel untuk jenis tanaman apa saja merupakan sistem irigasi yg paling optimal, namun kehilangan air melalui penguapan cukup tinggi, tetapi karena dapat membuat proses fotosintesis yg maksimal membuat pertumbuhan dan produksi tanaman menjadi tinggi, selain itu dapat lebih merangsang pembungaan ataupun pembuahan untuk itu pembungaan dan pembuahan tidak satu kali sesuai musim tetapi dapat dua sampai tiga kali dalam setahun. Seperti perkebunan jeruk sunkis di Kalifornia atau perkebunan anggur di Prancis. Teknik pemberian air secara sprinkel tentunya butuh biaya yg tinggi dari metode yg lainnya. Pada metode ini persyaratan kualitas air lebih bersih dari kotoran. Nozel pada suatu pipa bisa terdiri lebih dari dua agar pengkabutan air dapat diarahkan kemana saja atau sekeliling tanaman. Teknik pemberian air secara sprinkel tidak diperlukan banyak tenaga manusia. Tenaga manusia hanya diperlukan untuk mengontrol nozel yg macet. Pemberian air dengan sprinkel, ketinggian dan radius pengkabutan air dapat disesuaikan dengan ketinggian tanaman dan lebar tajuk tanaman. Pipa air yg diletakkan tegak lurus dari permukaan tanah dapat diatur ketinggiannya demikian pula radius pengkabutan dapat diatur dari tekanan air dan ukuran lubang pd nozel.

5. Pemberian air secara tetes
Metode ini tergolong pemberian air melalui udara namun air yg keluar pd setiap lubang dari pipa dapat berlangsung terus menerus dalam bentuk tetes seperti air yg keluar dari jarum suntik. Pipa atau selang yg berlubang sesuai jarak tanam dalam barisan diletakkan sejajar dengan permukaan tanah yg tingginya disesuaikan dgn tinggi tanaman. Pemberian air cara tetes ini dilakukan per tanaman, dan termasuk teknik pemberian air yg paling efisien ,menggunakan air irigasi, walaupun termasuk membutuhkan fasilitas peralatan yg mahal. Untuk itu penggunaannya untuk areal yg luas kurang diterapkan.

7. Middrib Irigation
Pemberian air irigasi di dalam tanah dekat permukaan tanah (subsurface tanah). Metode ini mirip dgn metode tetes, hanya saja pipa/selang yg berlubang ditanam dalam tanah. Untuk itu tingkat kehilangan air dapat dikatakan tidak ada karena itu metode ini jauh lebih efisien dari semua metode pemberian air, hanya saja pemberian air ini hanya digunakan untuk kebutuhan konsumsi tanaman tidak untuk mencuci permukaan tanaman. Metode ini kurang diterapkan pd pertanian yg luas, terlebih jika dilakukan dgn sistem mekanisasi terutama untuk pengolahan tanah.

Debit air yg dialirkan melalui pipa/selang untuk berbagai cara pemberian tetap didasarkan pd prinsip maksimum tanah memegang air atau maksimum tanah menyediakan air sampai pd lapisan efektif atau kedalaman sistem perakaran dari jenis tanaman yg diusahakan. Namun untuk metode pemberian air melalui udara utamanya secara sprinkle maka debit air/volume air yg diberikan ditambahkan sejumlah air yg hingga di seluruh permukaan tanaman atau identik dengan jumlah air yg dievaporasikan, maksimal sama dgn evaporasi dari panci oven. Perhitungan secara ideal namun perkiraannya disesuaikan dgn sifat tanah yg berkaitan dgn kemampuan tanah menyimpan/ menyediakan air, serta fase-fase pertumbuhan tanaman dan kedalaman sistem perakaran termasuk jumlah air yg dikonsumsi tanaman dalam hal ini evapotranspirasi.
Perlu disadari bahwa usaha pertanian yg lebih dapat menjamin hasil produksi hanya dapat dicapai bila kebutuhan air dapat dipenuhi secara optimal. Pertanian yg kebutuhan airnya tergantung pd sifat curah hujan adalah pertanian yg sifatnya spekulasi. Hanya saja pertanian yg beririgasi termasuk pertanian yg mahal karena input air dari selain harga airnya juga dinilai investasi fasilitas yg diperlukan untuk mendatangkan air dari sumber air.
Pengambilan air irigasi dari sumber air dapat dilakukan dgn beberapa cara, yakni :
1. Melalui saluran terbuka(saluran intake)oleh tekanan air atau dgn gaya gravitasi namun melalui pintu bangunan pengambilan air.
2. Melalui saluran tertutup / pipa.
Air diambil dengan tenaga/gaya gravitasi atau dgn bantuan tenaga mesim dalam hal ini, mesin listrik ataupun mesin dgn bahan bakar minyak.
3. Kombinasi
Air diambil melalui saluran terbuka dgn gaya gravitasi ke tempat penampungan. Kemudian dari tempat peresapan air, lalu dialirkan ke tanaman dgn mesin pompa air, karena beberapa pertimbangan antara lain faktor jarak, topografi dan kapasitas sumber air yg terbatas pd musim kemarau.

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Agustus 28, 2009

DASAR-DASAR PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Perencanaan : Penyusunan rencana pembangunan sedemikian rupa secara tepat dan benar, efisien, optimal untuk mencapai sasaran tujuan sesuai harapan yang direncanakan ( Hasil pembangunan belum ada, hanya harapan yang belum nampak, belum ada ).

Tahapan Kegiatan Perencanaan Pembangunan Wilayah.

Secara umum setiap perencanaan apapun obyeknya, selalu diawali dengan adanya idegagasan untuk membangun, selanjutnya ide ini dituangkan ke dalam konsep pembangunan. Berdasarkan konsep pembangunan dijabarkan ke dalam program pembangunan. Setelah program pembangunan di buat barulah dilaksanakan. Dalam proses pelaksanaan dilakukan monitoring dan pengawasan pembangunan untuk mengetahui apakah kegiatan pelaksanaan sudah sesuai dengan program yang ada. Sesudah pembangunan selesai dilakukan evaluasi, apakah hasil pembangunan yang telah direncanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan yang diharapkan tercapai, terhambat atau gagal. Untuk mengetahui bagaimana gambaran dasar tahapan kegiatan perencanaan pembangunan dapat dilihat secara skematik berikut ini .

Ide/gagasan Konsep Program/ Dilaksanakan Monitoring
Beberapa pengawasan
program

Evaluasi

Berhasil Terhambat gagal

Konsep pembangunan berisikan :
1. Latar belakang, berisikan ide/gagasan diperlukan sebagai alasan pokok untuk membangun
2. Yujuan dan sasaran pembangunan
3. Kepentingan pembangunan ataupun dampak pembangunan setelah pembangunan seudah selesai.
4. Kendala dan hambatan yang mungkin dihadapi selama pembangunan
5. Indikasi program pembangunan yang direncanakan
6. Kerangka pikir atau alur berpikir secara sistematis untuk sampai mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang diharapkan.

Beberapa contoh konsep pembangunan wilayah yang dikenal seperti :
1. Pembangunan komoditas pertanian
2. Pembangunan wilayah berwawasan lingkungan
3. Kawasan sentra produksi
4. Kawasan sentra industri
5. Pembangunan kawasan pesisir pantai, kawasan hutan , dsb.

Program Pembangunan Wilayah

Program pembangunan adalah penjabaran dari konsep pembangunan atau sesuatu konsep pembangunan merupakan payung dari suatu atau beberapa program pembangunan.
Program pembangunan yang direncanakan berisikan :
1. Latar belakang, alasan, ide/gagasan mengapa pembangunan ini diperlukan, sama halnya dengan konsep pembangunan.
2. Mempunyai tujuan dan sasaran program pembangunan
3. Mempunyai kepentingan atau kegunaan dari program pembangunan wilayah.
4. Kendala dan hambatan yang mungkin dihadapi selama pelaksanaan pembangunan.
5. Dampak pembangunan yang mungkin dapat muncul setelah pembangunan, baik yang sifatnya positif maupun negatif.
6. Kerangka pikir pelaksanaan program pembangunan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan.
7. Petunjuk teknis pelaksanaan program pembangunan
8. Penentuan besarnya anggaran program pembangunan termasuk sumber dana serta prosedure penggunaan dana anggaran.
9. Mempunyai jadwal waktu pelaksanaan program pembangunan dan lama periode waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan.
10. Mempunyai pengawasan dan monitoring pelaksanaan program pembangunan yang telah ditetapkan.
11. Evaluasi tingkat keberhasilan program pembangunan.

Membuat konsep pembangunan ataupun penyusunan program pembangunan pada dasarnya mempunyai prinsip-prinsip.

Prinsip dasar penyusunan konsep dan program pembangunan meliputi :
1. Harus yang masuk akal atau logis dapat dilaksanakan dan memang diperlukan atau penting untuk dibangun.
2. Kebutuhan atau kepentingan program pembangunan di dasarkan pada pertimbangan skala prioritas.
3. Penyusunan program pembangunan harus sistimatis.
4. Mudah dimengerti oleh pelaksana.
5. Sesuai kemampuan anggaran pembangunan yang tersedia.
6. Periode waktu pelaksanaan harus wajar.
7. Tim monitoring dan pengawasan menguasai apa yang diprogramkan serta tujuan dan sasaran pembangunan yang harus dicapai. Khususnya tim pengawasan diperlukan tanggung jawab moral yang tinggi dalam melaksanakan fungsi pengawasannya.
8. Mengantisipasi dampak pembangunan yang muncul setelah pembangunan, yang dapat bersifat positif atau negatif. Dampak pembangunan selain bersifat positif atau negatif dapat pula berpengaruh terhadap wilayah lain atau terkait dengan sektor pembangunan lainnya.
9. Pengantisipasi adanya pengaruh dan keterkaitan wilayah, fungsi dan sektor.

Dimensi Pembangunan Wilayah

Apa yang ada di wilayah dalam kaitannya dengan pembangunan .
Diketahui bahwa di satu wilayah (ruang) terdapat,
1. Sumber daya alam (SA)
Sumber daya alam ini meliputi :
a. Tanah atau Lahan
b. Perairan : – Laut
– Sungai
– Danau
– Rawa/Payau

c. Tambang ( berdasarkan golongan)
d. Hutan
e. Plasma nutfah

2. Sumber Daya Manusia ( SDM)
a. Aspek Kependudukan
b. Aspek Sosial
c. Aspek Pendidikan
d. Aspek Kesehatan
e. Aspek budaya (Agama)
f. Migrasi/urbanisasi/transmigrasi.

3. Ekonomi
a. Aspek sosial ekonomi (lapangan kerja)
b. Aspek jenis kegiatan usaha
c. Aspek tingkat pendapatan
d. Aspek tata niaga
e. Aspek Industri
f. Aspek pemasaran
g. Aspek transportasi/Aliran barang/pergerakan ulang
h. Aspek Aksessibilitas
i. Aspek utilitas

Untuk itu wilayah yang merupakan wadah tempat berlangsungnya kegiatan hidup manusia ( SM ) dalam ekonomi maupun pembangunan sumber daya alam ( SA ).

Development Basic Planning

Pendahuluan

Ilmu yang mempelajari mengenai perencanaan adalah ilmu perencanaan atau disebut Planology. Perencanaan pembangunan, ??????? jenis pembangunannya, pada prinsipnya mempunyai dasar-dasar perencanaan yang sama, seperti pembangunan wilayah, pembangunan pertanian, pembangunan rumah ataupun apa saja jenis kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan selalu diperlukan perencanaan atau planning. Orang yang merencanakan atai si perencana disebut Planner.

Sesuatu yang akan dibangun termasuk pelaksanaan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan maka terlebih dahulu harus dibuatkan perencanaan yang benar, tepat, efisien dan optimal agar hasil pembangunan setelah dibangun, sasaran dan tujuan pembangunan dapat dicapai sesuai yang diharapkan atau sesuai rencana yang dibuat, sesuai waktu yang direncanakan dan sesuai anggaran yang direncanakan. Untuk itu pembangunan yang dilaksanakan tidak mempunyai perencanaan maka pembangunan itu disebut pembangunan buta-buta.

Sesuatu pembangunan yang telah direncanakan apalagi yang tidak direncanakan, ternyata setelah dibangun hasilnya tidak sesuai dengan sasaran dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai maka rencana yang dibuat itu adalah salah atau kelitu dan disebut pembangunannya mengalami kegagalan. Pembanguann yang gagal disebut masalah atau issue dan secara umum dikenal Development Issue. Karena itu membuat suatu rencana harus benar dan akurat serta dapat dilaksanakan. Selanjutnya jika dipertanyakan apa sesungguhnya yang dimaksud dengan perencanaan ?
Batasan mengenai perencanaan (planning) adalah penyusunan suatu rencana atau sederetan rencana untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan setelah selesai kemudian . Dengan demikian sesuatu yang direncanakan hasilnya belum ada, namun hasil yang diharapkan kemudian tentunya sesuai tujuan dan sasaran yang dibuat dalam rencana. Hasil yang akan dicapai kemudian masih tanda tanya apa akan tercapai atau tidak. Selanjutnya setiap hasil yang direncanakan selalu mempunyai dampak yakni dampak pembangunan. Dampak pembangunan hasil perencanaan dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Untuk itu setiap perencanaan yang dibuat diperlukan suatu antisipasi ke depan setelah dibangun apa dampaknya. Jika pembangunan, hasilnya sesuai tujuan dan sasaran yang telah direncanakan maka pasti berdampak positif dan bila tidak tercapai, dampaknya pasti negatif. Seperti pada pemerintahan mantan presiden Soeharto, yang direncanakan tiga puluh tahun sebelumnya maka hasilnya seperti apa yang ada sekarang.
Pada dasarnya apa yang kan dibangun, apa tujuan yang akan dicapai ataupun apa yang akan diperbuat untuk mencapai tujuan dan sasaran yang akan dicapai kemudian selalu direncanakan. Dalam kehidupan manusia sehari-hari selalu membuat perencanaan baik tertulis dan lebih banyak tidak tertulis.
Seperti : membuat rencana :
– Ke pasar, ke toko, ke kantor, ke pesta, ke kampus.
– Membangun rumah, kebun, kantor, perusahaan
– Studi
– Perkawinan
– Olahraga, dsb.
Pemahaman mengenai pembangunan, sama halnya dengan pertumbuhan yakni pengelolaan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Seangkan yang dimaksud dengan wilayah adalah wilayah = Region = Ruang = Spaces = Lahan = Daerah .
Ruang adalah wadah kehidupan dan kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup termasuk manusia yang dibatasi oleh air, udara dan tanah. Dengan kata lain ruang adalah wadah tempat manusia beraktivitas.
Lokasi = tempat
Kawasan = wilayah yang mempunyai fungsi khusus seperti KIMA, perumahan, pelabuhan, pertokoan, hutan lingdung.
Teritorial = Wilayah berfungsi wewenang/ kekuasaan
Otorita = Wilayah yang mempunyai wewenang pemerintahan sendiri yang berada dalam wilayah pemerintahan yang syah.

Masalah Pembanguan Wilayah
Development Issue

Seperti telah diuraikan pada pendahuluan bahwa adanya masalah pembangunan disebabkan karena adanya kegagalan rencana pembangunan yang dibuat yakni tidak tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang telah direncanakan sebelumnya. Kegagalan pembangunan yang direncanakan adalah suatu masalah atau beberapa masalah yang muncul secara langsung atau tidak langsung dikemudian setelah pembangunan. Masalah pembangunan dapat dilihat dalam bentuk kesenjangan yang terdapat dalam suatu wilayah atau antara wilayah, yang biasa disebut kesenjangan pembangunan wilayah.
Di bidang ekonomi disebut kesenjangan ekonomi
Di bidang sosial disebut kesenjangan sosial
Di bidang pemabangunan SDA disebut kesenjangan SDA.
Kesenjangan pembangunan, diistilahkan sebagai suatu disparitas yang berarti terdapat perbedaan yang sangat nyata ( significan) anatara dua kelompok masyarakat atau dua wilayah. Adanya kesenjangan pembangunan dijadikan satu atau beberapa ide atau gagasan dasar penyusunan rencana pembangunan. Namun tidak selalu pembuatan rencana pembangunan bersumber dari issue pembangunan.
Sumber utama ide dasar pembangunan ataupun gagasan pembangunan dapat meliputi :
1. Masalah pokok pembangunan
2. Dasar falsafah negara
3. Undang-Undang Dasar
4. Garis-Garis Besar Haluan Negara
5. Ketetapan MPR

Masalah pembangunan tidak diartikan sebagai faktor pembatas atau kendala dalam pembangunan, tidak juga sebagai suatu persoalan pembangunan. Untuk pengertian masalah pembangunan tidak diinterpretasikan secara luas tetapi secara tegas dinyatakan bahwa masalah pembangunan hanya ada bila pembangunan yang telah direncanakan tujuan dan sasarannya tidak tercapai.

Prinsip Dasar Perencanaan Pembangunan

Tahapan kegiatan pembuatan rencana pembangunan diawali dengan adanya ide atau gagasan sebagai alasan diperlukan pembangunan. Ide dasar pembangunan dituangkan ke dalam konsep pembangunan, selanjutnya konsep ini dijabarkan dalam bentuk program ataupun desain rencana pembangunan. Setiap program yang dibuat dinyatakan metode pelaksanaan, anggaran pembangunan yang dibutuhkan termasuk jadwal waktu pelaksanaan sampai penyelesaian pelaksanaan.
Dalam proses pelaksanaan pembangunan dilakukan pe-ngawasan pembangunan. Setelah pembangunan selesai dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah pembangunan itu berhasil atau gagal sesuai tujuan dan sasaran pembangunan yang diharapkan. Dalam proses evaluasi, yang dievaluasi juga termasuk dampak pembangunan yang ada.

Analisis Pola Pemamfaatan Ruang

Ruang = spasial = lahan = wilayah = region = kawasan = areal
Teritorial = lokasi = daerah = tempat = zona
Lahan, wilayah, regoin, kawasan, teritorial, lokasi, daerah, tempat, kesemuanay menunjukkan ruang yang terkait dengan fungsi ruang. Ruang yang berkaitan dengan fungsi tempat terpusatnya penduduk biasanya diistilahkan dengan kota, desa, daerah. Ruang yang berkaitan dengan fungsi sebagai pusat pemerintahan/administrasi disebut Negara, Propinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa/Dusun, Kampung, RW, RK, RT.
Ruang berkaitan dengan pusat kegiatan usaha biasa disebut dengan kawasan seperti kawasan industri, perdagangan, perumahan, wisata, dan sebagainya. Sedangkan ruang yang berfungsi sebagai ruang kekuasaan bisa diistilahkan Teritorial atau Zona.
Ruang yang berhubungan dengan geografi biasa diistilahkan Benua, Pulau, lautan, danau, sungai.

Secara umum ruang diartikan adalah tempat yang dibatasi oleh daratan/air serta udara sebagai wadah dimana manusia dan seluruh makhluk hidup melakukan aktivitas kegiatan hidup dan kelangsungan hidupnya. Untuk itu ruang dalam pengertian luas mkaupun pengertian sempit adalah tempat yang dibatasi daratan air dan udara. Karena itu ruang selalu berdimensi sosial, ekonomi, pemanfaatan lahan dan lingkungan serta budaya. Dimensi sosial dapat meliputi :
– Jumlah penduduk dan strukturnya/kepadatannya
– Tingkat pendidikan
– Tingkat kesehatan
– Keorganisasian
– Distribusi penduduk
– Tingkat kelahiran
– Mobilitas
– Tenaga kerja/ Umur Angkatan kerja

Dimensi sosial dapat dijadikan salah satu tolok ukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan suatu ruang/wilayah, karena itu dalam perencanaan pembangunan ruang/wilayah, pertimbangan keadaan sosial dijadikan dasar utama dalam kaitannya dengan pelayanan sosial dan pembangunan sektor-sektor lainnya. Ukuran dimensi sosial ruang, dijadikan dasar utama dalam perencanaan pembangunan ruang/wilayah karena kepentingan tujuan dan sasaran pembangunan adalah penduduk. Selain itu penduduk suatu wilayah ruang adalah pelaku/pelaksanan pembangunan dan sekaligus menjadi obyek pembangunan. Tanpa penduduk di satu ruang maka pembangunan tidak dapat berlangsung, namun pada kebanyakan ruang /wilayah walaupun ada penduduk tetapi pembangunan berlangsung lambat, tidak berarti tidak ada pembangunan. Yang jelas bahwa ruang tanpa penduduk mutlak tidak ada pembangunan. Suatu ruang/wilayah yang berpenduduk cukup padat ataupun sangat padat tetapi pembangunannya berjalan sangat lambat ataupun stagmasi berarti diwilayah itu terdapat masalah pembangunan yang biasa disebut Development Issue. Karena itu dimensi sosial dapat menjadi issue pokok pembangunan seperti tingkat pendidikan, tingkat kesehatan maupun tingkat ????? penduduk seperti adanya tingkat kumuh, di lain pihak ada perumahan mewah. Hal ini juga memperlihatkan adanya kesenjangan sosial atau adanya ketimpangan sosial. Pembangunan diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan sosial ????? diawali dari pembangunan pola pikir yakni di sektor pendidikan sebagai prioritas utama selanjutnya di sektor lain yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan sosial. Pendidikan sebagai sutau kebutuhan paling dasar tidak berarti kebutuhan pangan diabaikan tetapi adanya peningkatan pola pikir terhadap sektor lainnya secara alamia dapat berlangsung seperti pola pikir untuk berusaha efektif, efisien dan optimal menjadi dasar untuk pembangunan di sektor lainnya.

Fenomena krisis multidimensi yang dihadapi saaat ini yang merupakan hasil pembangunan yang direncanakan sebelumnya adalah gambaran terjadinya masalah sosial yang berdampak pada krisi sosial karena kekeliruan dalam merencanakan pembangunan sosial secara utuh utamanya paling mendasar perubahan pola pikir. Pembangunan pola pikir tidak terbatas pada masalah pendidik saja tetapi lebih luas pada pola pikir yang bersifat, efektif, efisien dan optimal yang menghasilkan pola pikir kehidupan yang sederhana, mengehemat ataupun salty dari tercapainya pembangunan di sektor lainnya.

Pembangunan aspek sosial tidak lain adalah pembangunan sumberdaya manusia sebagai pelaku, pelanjut sekaligus sebagai obyek pembangunan. Potensi SDM yang ditinjau dapat dijadikan salah satu potensi ruang yantg utama untuk menunjang pembangunan ekonomi dan pelayanan lainnya. Sebagai contoh kemajuan pembangunan Jepang, Korea, Taiwan menyusul Malaysia dan Negara Asian Lainnya mempunyai potensi SDM yang besar karena keberhasilan pembangunan aspek sosial utamanya pada sektor pola pikir, pada hal dari awal pembangunannya aspek ekonomi menjadi hancur, sumber daya alamnya terbatas tetapi kemajuan yang dicapai terutama dari aspek ekonomi dapat dikatakan selalu sejajar dengan negara makmur. Untuk itu pembangunan dimensi sosial adala utama untuk ,endukung pembangunan aspek lainnya, tidak berarti pembangunan aspek lainnya dihentikan.

Dalam penyusunan anggaran pendapatan dan belanja bertitik tolak pada aspek sosial utamanya kependudukan, hal ini sangat disadari bahwa aspek sosial sebagai kekuatan SDM selalu sebagai subyek dan sekaligus sebagai obyek pembangunan. Namun anggaran pembangunan di sektor pendidikan untuk meningkatkan dan memperbaiki pola pikir masih kurang menggembirakan.

Dimensi Budaya

Dimensi ruang mengenai budaya sangat erat keterkaitannya dengan dimensi sosial, dan keduanya termasuk bagian integral dari potensi SDM ruang/wilayah. Dalam perencanaan dan pembangunan ruang asek pembangunan budaya ini nyaris terlupakan. Pembangunan dimensi budaya tidak terbatas pada obyek sektor pariwisata saja. Peningkatan pola pikir tidak terlepas dari dimensi budaya. Dimensi budaya tidak berarti hanya mempertahankan budaya tradisional dan menolak budaya asing. Pada dasarnya setiap suku bangsa selalu mempunyai budaya tertentu yang terkait dengan pola pikir dalam aktivitas kegiatan hidupnya, dan umunya mempunyai makna kepentingan yang baik dan luhur . Namun dalam pelaksanaan dalam aktivitas kegiatan hidup keliru di impletasikan, keliru dalam penerapannya karena keliru diartikan. Pembangunan budaya yang berorientasi dengan pembangunan sektor pembangunan aspek lainnya sama dengan aspek sosial berfungsi sebagai dasar ??? secara menyeluruh. Budaya yang menjadi dasar falsafah pembangunan bangsa dan negara berfungsi sebagai dasar fondamen SDM untuk menopang segala pembangunan. Secara alamia setiap manusia mempunyai budaya sebagai dasar, sebagai suatu dorongan/motifasi untuk maju dan berkembang atau tidak dapat berkembang. Aspek budaya dapat berfungsi sebagai suatu keyakinan/komitmen ataupun jati diri serta kebulatan tekad untuk menjadi dsar yang memotivasi kegiatan dan kelansungan hidup selanjutnya dijadikan dasar ukuran potensi SDM untuk tumbuh dan berkembang selanjutnya mendukung pertumbuhan dan perkembangan ruang.

Budaya tercermin dari sikap/perilaku, pendirian, komitmen dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk orang per orang ataupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ataupun gambaran jati diri seseorang tang tertuang dalam ????? hidup dan kehidupan yang sulit berubah. Secara umum dimensi budaya dapat meliputi :
1. Etika moral
2. Adat istiadat/upacara
3. Kebiasaan/tingkah laku/ Kesopanan./ budi pekerti
4. Pengorbanan
5. Kerja sama
6. Berkompetisi
7. Penghargaan/penghormatan
8. Bekerja/ Etos Kerja
9. Malu/ Siri’ tidak berhasil dalam arti positif
10. Pengakuan kebenaran
11. Komitmen/ tidak berubah/ tidak mudah terpengaruh
12. Konsistensi
13. Penempatan diri
14. Penghematan
15. Tahan banting
16. Semangat
17. Keyakinan/ Kepercayaan
18. Mengolah
19. Putus Asa
20. Menerima
21. Pantas/ mau mencoba/ meniru
22. Manusiawi
23. Keadilan
24. Berbangsa/bernegara
25. Kebersihan
26. Safty/keamanan

Aspek budaya dapat dibentuk dari lingkungan keluarga, masyarakat, lingkungan pendidikan maupun lingkungan luar secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai media utama media visual. Jika jati diri sudah terbentuk maka perubahan budaya karena faktor budaya lingkungan luar maka tetap stabil bila sudah terbentuk dari sejak mulai dari ?????????.

Potensi pola pikir yang tinggi akan menentukan penerimaan ataupun pembentukan aspek budaya tanpa disadari. Adanya pola pikir yang benar dan baik dapat berperan atau berfungsi sebagai penyaring atau filter adanya kekuatan pengaruh perubahan budaya seseorang. Adanya etos kerja yang tinggi sudah membudaya membuat seseorang sangat menghargai waktu, kepatan, keefisienan untuk mencapai optimalisasi, secara tidak langsung membuat seseorang tidak terpengaruh pada faktor pengaruh luar yang kuat selain itu tidak mau pusing atau terpengaruh dengan aktivitas kegiatan yang dapat mengganggu kegiatan orang lain.

Pada proses pembangunan yang diawali dari perencanaan dapat dikatakan pendekatan aspek budaya tidak pernah dijadikan pendekatan walaupun ada Departemen Kebudayaan. Dibenarkan ada pembangunan sektor kebudayaan tetapi dalam kaitannya dengan sektor parowisata. Seperti budaya gotong-royong misalnya, bukannya dikembangkan bahkan semakin tergeser ke budaya egoistis demi kepentingan per orangan. Sesungguhnya negara memiliki potensi SDA dan lahan yang sangat tinggi, memiliki cukup teknologi dan modal namun potensi budaya kurang mendukung. Budaya etika moral membangun sangat rendah, hal ini tergambar (dalam) pada masa resesi ekonomi yang sangat parah. Seandainya menerapkan budaya gotong royong yang berprinsip kebersamaan untuk meringankan beban negara dalam menghadapi krisis ini disepakati tidak ada penduduk Indonesia yang membeli dollar dengan komitmen yang kuat maka pasti krisis dapat dilalui. Termasuk bila budaya safty dengan tidak melakukan hidup berlebihan atau budaya menabung maka semua krisis ekonomi dapat dengan cepat diatasi.

Dimesi Ekonomi

Pola pemanfaatan ruang selalu bersasaran tujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin ataupun optimal, namun keuntungan yang dihasilkan adalah demi kemakmuran seluruh penduduk dan negara bukan untuk orang per orang. Karena itu prinsip monopoli yang mendapatkan subsidi dari pemerintah tidak dibenarkan. Namun tidak berarti pengusaha swasta dilarang untuk memanfaatkan ruang dimana pemerintah dominan mengusahakan seperti BUMN sangat tidak efektif. Pola pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan optimal justru diterapkan secara benar oleh pihak swasta. Yang jelas pola pemanfaatan ruang harus terbuka dan demokrasi yakni semua warga dapat memanfaatkan ruang sesuai prosedure dan persyaratan yang berlaku dan harus mampu melunasi fee dan fajak ke pemerintah.

Pemanfaatan ruang berdimensi ekonomi yang bersasaran tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang bersasaran tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara optimal harus disertai adanya pemanfaatan ruang yang optimal pula.
Pemanfaatan ruang yang optimal ditentukan :
1. Potensi dan struktur ekonomi ruang
2. Potensi SDM
3. Potensi SDA
4. Akses ekonomi yang dimiliki
5. Kestabilan Keamanan

Perencanaan
Pembangunan Pertanian

Model
Tujuan Pembangunan Pertanian
Sasaran
– Kesejahteraan Petani 1. Pertanian Rakyat
– Kemakmuran 2. Wira TAni
– Penyerapan T.K 3. Perusahaan / PT
– Pemberdayaan Petani-Lahan 4. Monopoli
– Perbaikan Lingkungan 5. Kapitalis
6. Berwawasan Lingkungan

Agribisnis
Agroindustri
Pengwilayahan Komoditi
Tanam, petik, olah jual

Monokultur
Mixfarming
Terpadu

Pembangunan Pertanian

Pembangunan Pertanian

Apapun Jenis/Sektor Pembangun

Selalu berdimensi
Tujuan, sasaran

Sosial Ekonomi Lahan Lingk. Budaya
Kemakmuran petani
Pemberdayaan Petani
Penyerapan tenaga kerja
Nilai tambah Model Pembangunan

Pertanian Rakyat Berkelanjutan

Home Industri Berwawasan
Tanam, petik, olah, jual Lingkungan

Masalah, Issue, Globalisasi dan Tantangan Perkotaan

Analisis Pola Pemanfaatan Ruang

Secara umum dapat dibedakan berdasarkan fungsi dan potensi ruang serta peruntukan ruang yang terintegrasi menentukan pola pemanfaatan ruang secara efektif, efisien serta optimal dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan berkesinambungan.
Fungsi yang dimaskud cenderung terhadap pertumbuhan ruang /wilayah secara alamia serta dampaknya.

Peruntukan lahan/ruang yang didasarkan pada potensi dan fungsi ruang yang ada dijadikan dasar menentukan kebijakan dalam menentukan peruntukan dan pemanfaatan ruang secara bijaksana. Bijaksana dari aspek sosial, ekonomi, politik, budaya dan lingkungan.

Pola pemanfaatan ruang pada dasarnya selalu berdampak terhadap kegiatan pembangunan yang berlangsung. Pola pemanfaatan ruang menentukan tingkat pertumbuhan/ pengembangan ruang, yakni terhambat, ????atau meningkat tergantung pada potensi, fungsi serta kesesuaiannya dengan jenis pemanfaatan

– Potensi ruang meliputi :
1. Potensi biofisik lingkungan ( SDA ).
2. Potensi letak ruang (posisi) dan letak geografis, administrasi.
3. Potensi sosial, ekonomi, budaya
4. Potensi aksessibilitas yang tersedia
5. Potensi fasilitas dan utilitas yang dimiliki (umum)
6. Potensi kestabilan keamanan.

Bersadarkan potensi ruang maka pembangunan dan pertumbuhan ruang tidak terjadi dimana-mana pada semua ruang tetapi hanya pada ruang tertentu yang dimilki potensi untuk dapat tumbuh. ( teori Fenox 1961).

Fungsi Ruang

Fungsi ruang secara lamaia berlangsung (terbentuk) dan berkembang sesuai potensi yang dimiliki ruang utamanya potensi biofisik lingkungan yang dimiliki. Fungsi ruang terbentuk didasarkan atas kebijakan pemerintah yang berpijak pada pola kecenderungan pembangunan yang ada pada ruang tertentu. Sebaiknya fungsi ruang terbentuk karena dasar pertimbangan potensi yang dimiliki dan pola kececnderungan pertumbuhan yang ada. Fungsi ruang yang telah ditentukan dan telah di???? membuat fungsi ruang harus sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan, hanya berdasarkan kondisi eksistif dapat membuat terhambatnya dan stagnatifnya pertumbuhan ruang. Terlebih bila diperhitungkan dampak pembangunan yang akan muncul kemudian setelah ditetapkan fungsinya.

Fungsi ruang yang disesuaikan dengan potensi ruang yang dimiliki serta dampak yang akan muncul kemudian adalah hasil dari proyeksi ruang yang diembangnya. Berdasarkan fungsi ruang secara umum dapat dibedakan berdasarkan ( ada tidaknya )
1. Ruang untuk Budidaya ( pembangunan)
2. Ruang untuk Non Budidaya ( Non Pembangunan )
Ruang untuk pembangunan (terganggu) dapat meliputi segala aspek kegiatan pembangunan baik sektor pertanian, sivil, pertambangan, industri, kehutanan maupun pembangunan fasilitas umum sosial, ekonomi dan budaya.

Ruang untuk non budidaya ( non pembangunan ) dapat diartikan ruang yang dilindungi atau ruang yang sama sekali tidak dapat digunakan/dimanfaatkan/diganggu untuk periode jangka panjang atau untuk selama-lamanya seperti :
1. Hutan Lindung
2. Cagar Alam ( Marga Satwa )
3. Cagar Budaya

Dasar-Dasar Perencanaan Pembangunan Wilayah

Pendahuluan
Batasan mengenai pengetahuan ini menjelaskan dan mengajarkan bagaimana dasar-dasar pemikiran dan pertimbangan yang akurat dalam proses pembangunan wilayah sehingga apa yang direncanakan dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pembangunan wilayah ke depan yang diharapkan akan tercapai harus direncanakan. Harapan dari pembangunan wilayah yang akan dicapai adalah tujuan dan sasaran pembangunan wilayah. Untuk itu unsur penting yang mendasari perencanaan pembangunan wilayah adalah adanya tujuan dan sasaran pembangunan. Pada dasarnya pembangunan wilayah yang direncanakan itu belum terwujud dan akan terwujud setelah pembangunan dilakukan. Karena itu satu perencanaan adalah sesuatu harapan yang akan dicapai kemudian. Harapan yang akan dicapai merupakan tujuan dan sasaran pembangunan yang direncanakan. Untuk itu dalam proses perencanaan pembangunan apa saja dalam satu wilayah harus mempunyai unsur :

1. Realistis, ( punya tujuan dan sasaran /visi dn misi, kepentingan
2. Dapat dengan mudah dilaksanakan
3. Sistematis
4. Dapat dengan mudah dilaksanakan
5. Sesuai dengan anggaran pembangunan
6. Dalam jadwal waktu yang telah ditetapkan
7. Mempunyai skala prioritas
8. Mengantisipasi dampak pembangunan yang mungkin terjadi kemudian setelah pembangunan
9. Pengawasan pelaksanaan pembangunan
10. Evaluasi keberhasilan pembangunan

Bila pembangunan yang dicapai sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan maka perencanaan yang dibuat sebelumnya benar dan berhasil. Sebaliknya bila pembangunan yang telah dicapai tidak sesuai dengan tujuan sasaran yang diharapkan maka perencanaan yang dibuat sebelumnya keliru atau salah dan dikatakan tidak berhasil. Selanjutnya hasil pembangunan yang tidak tercapai sesuai tujuan sasaran yang diharapkan dinyatakan bahwa menjadi masalah pembangunan ( Development issue ). Jadi masalah pembangunan disebabkan karena perencanaan yang keliru atau salah. Kekeliruan atau kegagalan perencanaan dapat disebabkan karena berbagai macam kekeliruan/kesalahan yang ada dalam perencanaan seperti :
1. Tujuan dan sasaran tidak benar dan tepat
2. Tidak masuk akal apa yang direncanakan
3. Sulit dilaksanakan
4. Tidak sesuai dengan anggaran pembangunan yang dibuat
5. Tidak sesuai jadwal waktu perencanan , waktu yang dibutuhkan mungkin lebih lama karena adanya hambatan yang tidak diperhitungkan
6. Tidak sistematis pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan
7. Tidak berdasarkan skala prioritas, kemungkinan apa yang dibangun belum diperlukan atau belum waktunya dibangun sudah dibangun, membuat hasil pembangunan terbengkalai.
8. Tidak memperhitungkan dampak pembangunan yang muncul kemudian setelah dibangun.
9. Fungsi pengawasan tidak langsung secara benar dalam proses pelaksanaan pembangunan
10. Bisa terjadi karena tolok ukur yang digunakan dalam evaluasi keberhasilan pembangunan tidak tepat/tidak benar.

Perencanaan pembangunan wilayah tidak lain adalah penyusunan beberapa rencana ( sederetan rencana ) pembangunan wilayah. Pembangunan sendiri adalah kegiatan usaha untuk membangun sesuatu yang sebelumnya belum ada menjadi ada. Hal ini berarti bahwa bangunan yang direncanakan itu belum ada, namun dengan harapan akan dibangun sesuai rencana yang dibuat. Selanjutnya pengembangan ( development) adalah juga termasuk pembangunan yang lebih luas fungsi dan peranannya dari yang ada sebelumnya. Wilayah adalah. Ruang/space atau region, untuk itu istilah perencanaan wilayah dalam bahasa Inggris disebut Regional Planning. Negara, Propinsi, Kabupaten, Kecamatan sampai Kampung Desa, RK, RT adalah wilayah termasuk daerah. Untuk itu ( wilayah ) suatu wilayah mempunyai batasan administrasi. Sedangkan wilayah yang mempunyai batasan geografis dapat meliputi seperti wilayah kepulauan, wilayah pegunungan, wilayah perairan, dsb. Wilayah yang mempunyai fungsi dan peranan khusus disebut kawasan, seperti : Kawasan pemukiman; kawasan pertokoan; Kawasan industri; Kawasan wisata ( Alam Pantai dan gunung ), dsb.

Wilayah atau daerah yang mempunyai pemerintahan tersendiri /khusus dan diberi wewenang dan tanggung jawab ketahanan dan keamanan disebut Teritorial. Selanjutnya pengertian mengenai lokasi daerah yang mempunyai daerah adalah wilayah yang menunjukkan tempat. Unutk itu pengertian wilayah secara umum analog dengan lahan atau ruang yang dibatasi dengan batasan administrasi pemerintahan, batasan kewenangan, batasan fungsi atau batasan pertahanan ruang atau spaces adalah tempat yang dibatasi dengan batasan administrasi pemerintahan, batasan kewenangan, batasan fungsi atau batasan pertahanan . Ruang atau spaces adalah tempat yang dibatasi dengan pada bagian atas adalah udara atmosfer, bagian bawah dibatasi dengan tanah/air sedangkan samping kiri kanan, muka belakang adalah udara, menjadi tempat manusia beraktivitas untuk kelangsungan hidupnya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka pemahaman mengenai ilmu pengetahuan mengenai ilmu perencanaan adalah ilmu pengetahuan mengenai penyusunan rencana kegiatan apa saja termasuk rencana kegiatan pembangunan wilayah , jadi tidak terbatas pada obyek pembangunan wilayah. Perencanaan dapat berupa rencana kegiatan pribadi seperti perencanaan untuk menjadi sarjana pertanian, rencana apa yang disusun agar anggaran dari kemampuan orang tua dapat sesuai dengan target waktu yang relatif singkat . Penyusunan rencana untuk berumahtangga, rencana kegiatan apa yang diperlukan, apakah jadi atau tidak tergantung dari kegiatan sesuai rencana . Untuk itu perencanaan dapat berarti membuat prediksi keadaan ke depan ddengan bercermin pada keadaan sebelumnya atau berdasar pada keadaan sekarang ( existing condition ). Proyeksi ataupun prediksi bagaimana keadaan ke depan, tentunya seperti harapan yang akan di capai, tentunya bisa tercapai atau tudak tercapai.

Tahapan Kegiatan Perencanaan Pembangunan Wilayah

Secara teoritis pembuatan rencana pembangunan wilayah diawali dari adanya ide dasar atau gagasan yang timbul untuk pembangunan wilayah. Ide dasar ataupun gagasan rencana pembangunan dituangkan ke dalam suatu konsep pembangunan wilayah. Selanjutnya dari konsep pembangunan apa direncanakan akan dijabarkan/dituangkan dalam program atau dalam bentuk desain. Setelah pembuatan program disetujui lalu tahapan pelaksanaan disertai dengan pengawasan dari pelaksanaan. Pada tahap terakhir dari perencanaan adalah tahapan evaluasi keberhasilan pembangunan. Pada dasarnya berhasil atau gagalnya pembangunan dikaitkan dengan pencapaian hasil atau gagalnya pembangunan dikaitkan dengan pencapaian hasil pembangunan apakah sudah sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan yang direncanakan.

Ide dasar/ Konsep Program/ Pelaksanaan Hasil
Gagasan Dasar desai Pembangunan Pembangunan
Pembangunan Pembangunan Pembangunan

Pengawasan Evaluasi
Pembangunan Hasil Pemb.

Gambar : Skema Tahapan Pembuatan Perencanaan

Menjadi pertanyaan bagaimana atau apa yang menjadi sumber ide dasar dan gagasan ataupun inspirasi pembangunan wilayah yang akan dibuat. Secara umum bahwa sumber inspirasi/ide/gagasan pembangunan wilayah adalah bersumber dari :
1. Falsafah dasar negara yakni tidak lain dari Pancasila untuk Negara Indonesia, yakni meliputi pembangunan :
a). Berketuhanan
b). Keadilan Sosial
c). Kebangsaan
d). Kesejahteraan Rakyat
e). Musyawarah dan Mufakat

2. Garis Besar Haluan Negara
3. Masalah Pokok Pembangunan Wilayah ( Development Issue )

Penyusunan rencana wilayah yang bersumber pada ketiga sumber di atas termasuk perencanaan yang bersifat top down, pada kondisi sekarang hal ini merupakan pembangunan paradigma lama. Untuk itu paradigma baru ide dasar pembangunan terutama pada era reformasi , era demokrasi, diera otoda maupun di era globalisasi ini maka paradigma pembangunan wilayah tidak lagi seperti paradigma lama tetapi lebih banyak bersumber dari ide yang bersumber dari daerah atau bottom up bukan top down. Namun demikian menjadi pertanyaan mampukah daerah dalam hal ini SDM daerah membuat perencanaan pembangunan wilayah. Di era otoda ini pembangunan wilayah merupakan suatu tantangan namun sekaligus menjadi peluang untuk membangun wilayah atau memacu pertumbuhan wilayah lebih atau berbagai keberhasilan pembangunan wilayah lainnya.
Ide dasarpembangunan wilayah pada era pembangunan otoda tidak lain bersumber pada pemanfaatan dan pemberdayaan potensi SDA dan SDM yang dimilki daerah secara optimal dan berkelanjutan yang dilandasi moral yang tinggi serrta berorientasi keberhasilan pembangunan daerah.
Kosep pembangunan wilayah yang merupakan produk penjabaran ide dasar atau gagasan pembangunan maka konsep dasar pembangunan harus berisikan yakni :
1. Latar belakang yang berisikan alasan-alasan munculnya ide dasar /gagasan diperlukan kegiatan/obyek pembangunan yang direncanakan.
2. Kerangka dan sasaran pembangunan
3. Tujuan dan sasaran pembangunan yang direncanakan
4. Kepentingan pembangunan yang direncanakan
5. Konsep pembangunan yang ditawarkan seperti apa.

Penjabaran dari konsep pembangunan ini dituangkan ke dalam satu atau beberapa program atau desain pembangunan yang direncanakan. Pada setiap program pembangunan pada dasarnya :
1. Berisikan latar belakang yang mengutarakan garis besar acuan rencana dan kepentingan pembangunan.
2. Metode pelaksanaan
3. Kerangka pikir pelaksanaan
4. Dukungan teori atau literatur sebagai acuan
5. Penyusunan anggaran yang dibutuhkan
6. Penyusunan jadwal waktu pelaksanaan
7. Juklak teknis pelaksanaan

Tahapan perencanan yakni pada tahapan pelaksanaan dan tahap pengawasan berlangsung secara bersamaan. Kegagalan dan keberhasilan pelaksanaan pembangunan bila perencanaan atau program yang dibuat sudah tepat dan benar maka kedua tahapan ini sangat menentukan keberhasilan pembangunan.
Salah satu kunci keberhasilan pembangunan adalah terletak pada fungsi pengawasan. Team ataupun orang ditunjuk berperan sebagai pengawas sebaiknya termasuk mempunyai kriteria :
1. Mengetahui dan memahami serta menguasai tentang rencana yang akan dibangun.
2. Independen, tidak mempunyai kepentingan pribadi termasuk untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
3. Mempunyai tanggung jawab moral
4. Melaksanakan fungsi pengawasan secara benar sesuai perjanjian dalam pelaksanaan.
5. Tidak terpengaruh oleh bujukan
6. Tidak hanya mencari kesalahan tetapi lebih banyak memberi kesadaran /saran untuk kelancaran pembangunan yang dikerjakan pihak pelaksana.

Dimensi Pembangunan Wilayah

Pembangunan apa yang diperlukan sati wilayah, atau obyek apa yang akan dibangun pada suatu wilayah . Berbagai pertimbangan dari berbagai obyek pembangunan harus dilakukan agar pembangunan itu dapat membuat terjadi pertumbuhan wilayah secara optimal. Menurut Feroux 1961, bahwa pertumbuhan tidak dapat terjadi dimana-mana di seluruh wilayah secara bersamaan pada waktu yang sama, tetapi pertumbuhan hanya dapat terjadi pada bagian wilayah tertentu atau lokasi tertentu saja, tergantung dari potensi bagian wilayah secara keseluruhan dapat meliputi :
1. Letak strategis lokasi/wilayah
2. Potensi SDM
3. Potensi SDA termasuk lahan dan perairan
4. Potensi permodalan
5. Aksessibitas/utilitas yang dimiliki
6. Birokrasi pemerintahan/peraturan yang berlaku
7. Stabilitas keamanan
8. Sistem trasnportasi
9. Peluang pasar/usaha yang dimiliki
10. Potensi perekonomian.

1. Letak Stategis Lokasi/Wilayah
Letak lokasi dapat ditinjau berdasarkan administrasi pemerintahan, dan letah geografis. Karena letak lokasi, maka suatu lokasi mempunyai keunggulan potensi dari lokasi lainnya atau wilayah lainnya. Seperti suatu lokasi atau bagian wilayah berada dekat dengan lokasi pusat pemerintahan maka lokasi tersebut lebih unggul dari lokasi lain yang jauh jaraknya dari pusat pemerintahan. Sama halnya dengan letak geografis apakah karena lintang, bujur ataupun ketinggian tempat dapat memebrikan kondisi yang menguntungkan bagi pembangunan obyek pembagunan tertentu. Demikian pula bila suatu lokasi karena letak fisiografi yang menempati pesisir pantai atau perbukitan memilki potensi untuk pengembangan / pembangunan obyek tertentu yang berbeda.

Berdasarkan tata letak lokasi maka secara alamia suatu lokasi dapat tumbuh lebih cepat karena mempunyai daya tarik untuk beraglomerasinya kegiatan usaha, walaupun belum memiliki fasilitas pendukung yang memadai. Tata letak lokasi/wilayah secara alamia memiliki potensi untuik mendukung kelancaran aliran barang dari dan ke berbagai wilayah lainnya, tidak dimilki oleh wilayah lainnya. Berdasarkan potensi tata letak wilayah dijadikan dasar pertimbangan utama bagi perencanaan pembangunan dan pengembangan wilayah karena diperlukan analisis tata letak wilayah terhadap wilayah-wilayah lainnya dalam bentuk keterkaitan wilayah utamanya keterkaitan funsi dan keterkaitan aliran orang dan barang.

Bagi banyak perencanaan wilayah, kajian mengenai tata letak wilayah hanya dijadikan pelengkap dan digambarkan sebagai hanya keadaan umum wilayah.

2. Potensi Sumberdaya Manusia

Potensi pembangunan wilayah sangat bertumpu pada potensi sumberdaya manusianya bahkan bobot potensinya lebih tinggi dari potensi SDA. Namun demikian bila potensi SDM yang tinggi didukung dengan potensi SDA yang tinggi pula maka wilayah bersangkutan berpeluang memiliki pembangunan wilayah yang cepat dan besar. Manusia atau penduduk yang ada di suatu wilayah dapat menjadi subyek dan obyek dari berbagai jenis pembangunan wilayah. Karena itu salah satu kunci fokus perencanaan wilayah adalah manusianya yang menentukan. Analisis perhitungan perencanaan penyusunan anggaran pendapatan maupun belanja satu wilayah (APBN) ditentukan salah satunya adalah jumlah penduduk/manusia yang ada. Karena itu potensi SDM satu wilayah termasuk pertumbuhan dan perkembangannya dijadikan salah satu tolok ukur pertumbuhan atau pembangunan wilayah. Dengan kata lain bahwa salah satu dimensi pembangunan wilayah dapat dilihat dari aspek sosial dalam hal aspek kependudukan. Tolok ukur pertumbuhan pembangunan wilayah dari aspek sosial dapat meliputi :
1. Jumlah penduduk
2. Tingkat kelahiran
3. Mortalitas/Tingkat kematian
4. Jenis kelamin
5. Umur Angkatan Kerja
6. Distribusi Penduduk
7. Tingkat pendidikan
8. Tingkat Kesehatan
9. Lapangan kerja
10. Migrasi

Potensi komponen aspek sosial antara lokasi/bagian wilayah maupun antar wilayah sangat berbeda dan bervariasi, karena potensi aspek sosial dijadikan dasar penentu potensi wilayah maka pembangunan wilayah didasarkan pada potensi penduduk yang ada dalam satu wilayah. Keunggulan wilayah karena memilki SDM adalah modal pembangunan yang dimilki wilayah. Sama seperti negara Jepang-Korea yang mempunyai potensi yang tinggi membuat pembangunan wilayah Jepang dan Korea dapat lebih maju di tingkat dunia. Namun demikian keunggulan potensi SDM yang paling tinggi di dunia adalah RRT namun pembangunan wilayah Cina masih jauh dari Jepang maupun Korea yang jumlah penduduknya jauh lebih rendah dari RRT. Namun demikian peluang RRT untuk memajukan pembangunannya tetap sangat berpotensi karena potensi SDM yang dimiliki.

Walaupun potensi SDM karena jumlah penduduk yang tinggi didukung dengan tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan yang tinggi menjadikan potensi SDM ini dalam pembangunan akan semakin unggul. Karena itu potensi SDM tidak terbatas pada jumlah totalnya saja secara kuantitatif unggul tetapi kualitasnya tidak mendukung kemungkinan wilayah yang jumlah penduduknya lebih rendah tetapi kualitasnya lebih tinggi akan lebih maju pembangunannya.

Indonesia yang mempunyai potensi SDM di tingkat dunia dari jumlahnya termasuk urutan ke 4 yang tertinggi namun tingkat kemajuan pembangunannya tidak termasuk urutan ke 4. Namun demikian Indonesia mempunyai potensi dan peluang dapat lebih maju asalkan didukung dengan kualitas SDM yang tinggi dan merata. Dalam wilayah negara Indonesia antar wilayah propinsi umumnya di propinsi di Pulau Jawa memiliki potensi SDM yang jauh lebih tinggi dari wilayah propinsi yang lainnya di luar Pulau Jawa , maka sangat disadari bahwa pembangunan propinsi di Pulau Jawa juga lebih maju dari propinsi lain di luar pulau Jawa . Hal ini secara sadar dapat diterima karena perencanaan pembangunan wilayah di Indonesia didasarkan pada kriteria jumlah penduduk dalam kaitannya dengan jumlah anggaran pembangunan. Pembangunan wilayah dalam berbagai aspek selalu terkait dengan potensi SDM yang ada, demikian pula dalam kaitannya dengan peluang investor lokal maupun manca negara. Pembangunan kegiatan industri ataupun pemanfaatan lahan dalam pembangunan potensi SDM menjadi pertimbangan utama yaitu komponen umur angkatan kerja dalam hal ini menyangkut ketersediaan tenaga kerja. Potensi SDM dalam kaitannya dengan komponen jumlah dan distribusi sangat erat kaitannya dengan pembangunan yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari penduduk dengan kata lain dari jumlah penduduk dapat diproyeksikan stok produksi untuk pemasaran lokal yang tidak termasuk produk ekspor.

Kemajuan pembangunan wilayah dapat secara teoritis ditentukan oleh potensi SDM yang dimiliki sangat menentukan namun secara kenyataan harus didukung dengan potensi budaya yang dimiliki akan lebih menentukan laju tingkat pertumbuhan wilayah. Dalam penyusunan rencana pembangunan wilayah di Indonesia relatif aspek budaya tidak dijadikan salah satu pendekatan dalam penyusunan program pembangunan walaupun selalu didasarkan pada faktor potensi SDM. Dengan kata lain potensi SDM yang tinggi tidak selalu dapat mendukung percepatan pembangunan wilayah bila tidak didukung dengan potensi budaya. Dalam konsep pembangunan wilayah Sul-Sel di masa pemerintahan Prof. Dr. Amiruddin Patabai yang dikenal sebagai Trilogi Konsep Pembangunan, salah satunya adalah perbaikan pola pikir. Peningkatan ataupun perbaikan pola pikir merupakan salah satu konsep pembangunan dengan pendekatan budaya. Memperbaiki / meningkatkan budaya untuk bekerja/berusaha melalui perubahan pola pikir yang ada.

Adapun yang akan direncanakan untuk pembangunan wilayah mutlak didasarkan pada aspek kemanusiaan ataupun kependudukan yang hidup dan berkembang di wilayah tersebut./ Untuk itu SDM di satu wilayah adalah modal dasar pembangunan yang menjadi obyek dan subyek pembangunan wilayah maka dalam pembangunan wilayah SDM menjadi issue pokok pembangunan wilayah. SDM antar wilayah ataupun antar wilayah sangat bervariasi jumlah dan distribusinya karena itu pula membuat adanya kesenjangan aspek SDM atau aspek sosial . Adanya kesenjangan SDM antar wilayah tentu saja membuat adanya kesenjangan lainnya yang tergambar adanya kesenjangan pembangunan secara menyeluruh.

Potensi Sumberdaya Alam ( SDA )

Sama halnya dengan SDM yang sangat bervariasi dan berbeda di antara wilayah , SDA demikian pula. Namun aspek SDA yang tinggi menjadi asset wilayah yang dapat mendukung pembangunan wilayah tergantung peruntukan dan pengelolanya kadang wilayah yang tinggi potensi SDA justru pertumbuhan wilayahnya sangat rendah karena perencanaan pembangunannya tidak tepat, benar dan efisien.
Potensi SDA dapat meliputi :
1. Mineral bahan tambang
2. Biofisik lingkungan
3. Potensi lahan
4. Potensi perairan ( air tawar, payau dan laut )
5. Hutan
6. Wisata Lama ( pantai, gunung, sungai, danau, waduk )
7. Plasma nutfa.

Variasi dan perbedaan potensi SDA antar wilayah ataupun bagian wilayah sebagai asset kekayaan SDA tidak sama dan tidak merata, karena dalam pembangunan pemanfaatan SDA. SDA sering menjadi masalah utama dalam pembangunan ( Development Issue ). Perbedaan dan variasi potensi SDA membuat terdapatnya kesenjangan SDA yang tentunya dapat membuat terjadinya kesenjangan pembangunan secara menyeluruh antar wilayah.

Telah diketahui bahwa potensi SDA selalu mempunyai keterbatasan dan tidak relatif dapat diperbaharui serta mempunyai keterkaitan reta dengan ekosistem lingkungan. Untuk itu dalam proses pemanfaatan SDA harus direncanakan secara benar, tepat, efisien untuk pembangunan yang memberi kesejahteraan serta berkelanjutan dan berkesinambungan.

Potensi SDA sebagai asset kekayaan wilayah bila diperuntukkan untuk meningkatkan pembangunan wilayah justru kadang menjadi bumerang yang memberi dampak negatif yang merugikan dan memusnahkan hasil pembangunan yang telah ada, bila digunakan dan dimanfaatkan secara bijaksana. Untuk itu potensi SDA yag menjadi asset kekayaan dan sebagai anigrah Yang Maha Kuasa maka SDA perlu dimanfaatkan secara optimal dan menjaga kelestarian SDA.

Konsep Pembangunan Wilayah

Paradigma lama Paradigma Baru

Pusat Top Down Buttom Up

Wilayah/ Sektoral Sektoral Lokasi Fungsi Hollistik
Daerah
Perencanaa Perencanaan
Pelaksana Pelaksana Otoda Globalisasi
Dari pusat dari daerah
Tantangan Peluang

Sebagian besar dana Keterbatasan : 1. Pemberdayaan SDA
Pembangunan kembali – Sumberdaya Manusia 2. Memberdayakan SDM
ke pusat – Modal 3. Mengoptimalkan
– Sumber Daya Alam dana pembangunan
– Aksessibilitas yang terbatas
fasilitas infrastruktur

Konsep Pembangunan Di Era Otoda

Reformasi Otoda AFTA
Demokrasi Globalisasi

Dari dalam Pemda dari luar

– Keadilan – Fasilitator 1. Keterbukaan wilayah
– HAM – Pengawas 2. Pemutusan rantai birokrasi
– Tegakkan peraturan – Koordinator 3. Komitemen yang kuat
4. Tidak ada KKN

Pendekatan

Potensi SM Potensi Ekonomi Potensi SA

Peluang dan
Tantangan

Pembangunan Otoda
Dengan pendekatan

Potensi SM Potensi SA

Peluang/
Tantangan

1. Ekonomi kerakyatan 1. Investasi 1. Pemberdayaan SA
2. peningkatan kemandirian 2. Pembukaan 2. Pemanfaatan SA
lokal lapangan kerja baru secara optimal
3. pemberdayaan masyarakat 3. Keterkaitan lokasi 3. Berwawasan lingk.
4. Pengembangan UKM dan sektor
5. Home Industri 4. Dampak multiplier
6. Mitra Usaha
7. Koperasi
Tantangan
1. Keadilan
2. H A M
3. Berkeadilan
4. Terbuka
5. Komitmen yang kuat
6. Tanpa KKN
7. Keamanan

Adanya Keterbatasan

Perencanaan Pembangunan
Wilayah

1. Logis ( masuk akal )
2. Harus efektif, efisien, optimal
3. Dapat dilaksanakan sesuai
– Kemampuan permodalan
– Sesuai potensi SA
4. Sistimatis sesuai skala prioritas
5. Pengawasan dan kontrol yang ketat

Seperti Sul-Sel

Tri Konsep Pembangunan

1.Perubahan pola pikir
2. Tanam, petik, olah, jual Agribisnis/Agroindustri
3. Pengwilayahan komoditas
– Pembangunan pusat kawasan andalan
– Kawasan sentra produksi
– Sentra ekonomi wilayah

didukung
1. Pusat informasi pasar/perdagangan, kemajuan tekonologi
2. Pusat pelayanan jasa
3. Pusat pendidikan sektor yang diandalkan
4. Pusat pelatihan
5. Fasilitas infrastruktur
6. Tata niaga dengan harga dasar yang stabil
7. Peraturan yang tegas.

Dimensi Pembangunan Wilayah

Utama/Pokok Sektor

Issue 1. Sumberdaya Manusia ( SM ) Sosial/Kependudukan
Pemb. 2. Sumberdaya Alam Pertambangan, lahan,
3. Ekonomi ( perdagangan, Industri, Perairan, Hutan
Masalah pasar, Jasa )
Pemb.
Baru
Ide Dasar 1. Dimensi Lingkungan
Pembangunan 2. Hak Azasi Manusia ( HAM)
3. Informasi dan Komunikasi Menglobal ——– Dunia
4. Pertahanan Keamanan
5. Sumberdaya Budaya
6. Politik & Hukum

Pendekatan Pembangunan Wilayah

1. Pendekatan Sektoral ——– Fenomena dulu —— ≠ efektif, ≠ efisien
2. Pendekatan wilayah ——— Potensi wilayah ——– Ferroux ‘61
3. Fungsi —— Fungsi lokasi ——- perkotaan
4. System —— Bidaya/Pasar/tataniaga
5. Hollistik ——- menyeluruh

Keunggulan Wilayah

1. Tata Letak wilayah Mamuju, Pare-Pare, Palopo
2. Jumlah Penduduk Jawa X Sul-Sel Watampone, Selayar, Makassar
3. Mempunyai potensi SDA
4. Aksessibilitas
5. Adanya sektor jasa pelayanan
6. Keamanan
7. Mempunyai obyek wisata spesifik
8. Mempunyai sistem informasi yang baik
9. Keterbukaan wilayah
10. Kebirokrasian

DIMENSI PEMBANGUNAN WILAYAH

Setiap wilayah mempunyai dimensi pembangunan yakni
1. Sumberdaya Manusia (SM)
2. Sumberdaya Alam ( SA ), termasuk lahan
3. Ekonomi

Dengan semakin berkembangnnya pembangunan wilayah yang semakin menglobal maka dimensi pembangunan wilayah lebih dari tiga dimensi (dimensi utama ), yakni
1. Dimensi lingkungan, dalam hal ini pembangunan harus berwawasan lingkungan. Dengan kata lain lingkungan sudah menjadi salah satu masalah pembangunan, bahkan sudah menjadi masalah dunia ( globalisasi ).
2. Dimensi Hak Azasi Manusia ( HAM ). Hak Azasi Manusia sama halnya dengan lingkungan menjadi salah satu masalah pembangunan yang juga sudah menglobal. Kemanusiaan yang berfokus pada soal keadilan sesungguhnya sudah menjadi salah satu dasar falsafa pembangunan di Indonesia.
3. Dimensi Informasi dan komunikasi yang jugha sudah menglobal dan sangat dibutuhkan dalam memacu percepatan pembangunan wilayah.
4. Dimensi pertahanan keamanan. Pertahanan keamanan menyangkut personil maupun persenjataan di setiap wilayah terlebih untuk satu negara sangat diperlukan untuk menjamin perrtahanan keamanan. Namun fenomena yang ada sekarang, bahwa senjata yang lebih ampuh dari persenjataan perang adalah pangan . Ketahanan pangan bagi negara maju dijadikan pertahanan atau senjata yang lebih ampuh dari nuklir. Walaupun satu negara /wilayah memilki kemampuan persenjataan yang kuat, namun pangannya terbatas, maka negara tersebut bisa terpuruk karena senjata yang sesungguhnya tidak dapat dimakan. Fenomena ini dapat dilihat seperti Rusia dan Korea Utara yang kuat persenjataannya tetapi lemah ketahanan pangannya.

Dimensi pembagunan wilayah ini selain dapat menjadi masalah pokok pembangunan, dapat pula menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan termasuk kegagalan pembangunan.
Berdasarkan dimensi wilayah maka di dalam komponen dimensi pembangunan wilayah yang terdiri dari :
1. Sektor dan subsektor
2. Fungsi bagian wilayah ( fungsi lokasi )
3. Sistem

Untuk itu strategi pembangunan wilayah dapat direncanakan berdasarkan pendekatan komponen dimensi pembangunan wilayah yakni :
1. Pendekatan Sektoral dan Subsektor.
Pendekatan pembangunan wilayah direncanakan dan dilakukan berdasarkan sektoral dan subsektor sampai saat ini masih diterapkan. Fenomena hasil pembangunan sekarang yang merupakan hasil perencanaan ± 30 tahun dinilai tidak benar, tidak efektif dan tidak efisien. Pendekatan pembangunan secara sektoral maupun subtor yang mempunyai banyak kekurangan dan kelemahan, namun masih tetap diterapkan. Kelemahan dan kekurangan meliputi :

1. Perencanaan dibuat dari atas ( pusat ) karena itu bersifat top down ( dari atas ke bawah )
2. Tanggung jawab keberhasilan pembangunanannya berada di pusat sektor ( Departemen ) yang bersangkutan
3. Keberhasilan pembangunan bersifat sektoral, yang diharapkan dapat memberi dampak multiplier yang terkait dengan sektor pembangunan lainnya.
4. Tujuan dan sasaran pembangunan berorientasi pada target hasil yang akan dicapai (luas, volume, jumlah, berat )
5. Fungsi pengawasan pembangunan sulit dimonitoring atau dikontrol dari luas sektor.
6. Pada proses pelaksanaan relatif banyak yang fiktif.
7. Tidak terdapat koordinasi antar sektor.

Perencanaan pembangunan dengan pendekatan, kemungkinan dapat dikembangkan berdasarkan skala prioritas pada pembangunan wilayah terdapat sektor yang dapat dikembangkan, karena terbatasnya anggaran pembangunan dan diketahui adan sektor yang cenderung berkembang pesat dan ada sektor yang ???? atau sama sekali tidak dapat berkembang dan kemungkinan belum mempunyai peranan dan kepentingan di wilayah itu, membuat banyak pembangunan yang ?????, seperti sekolah. Untuk itu pembangunan dengan pendekatan sektor , perlu dikaji lebih jauh sektor apa yang mendesak untuk dibangun berdasarkan skala kepentingan atau berdasarkan sektor unggulan ataupun sektor andalan yang dapat memacu pertumbuhan wilayah dengan memperhatikan kerterkaitan sektor.
Pendekatan wilayah melalui pendekatan sektor perlu diperhatikan dampaknya terhadap sektor lainnya yang diharapkan dampak positif yakni pembangunan disatu sektor akan menarik sektor lain untuk tumbuh dan berkembang sehingga dapat mempengaruhi terbukanya peluang usaha baru dan sekaligus membuka lapangan kerja baru seperti pembangunan pertanian berorientasi agroindustri atau agrobisnis. Dengan kata lain pembangunan sektoral dapat memberi dampak multiplier yang lebih luas tidak terbatas hanya untuk kepentingan satu sektor saja . Di sisi lain pembangunan wilayah di sektor pertanian maka arahan yang ada di wilayah didasarkan pada keunggulan atau andalan yang ada di wilayah dapat mendukung pembangunan wilayah secara keseluruhan.

2. Pembangunan Wilayah Berdasarkan Pendekatan Fungsi Lokasi
Suatu wilayah terdiri dari beberapa bagian wilayah atau beberapa lokasi yang mempunyai fungsi tertentu. Sedangkan wilayah atau bagian wilayah yang mempunyai fungsi tertentu yang khusus disebut kawasan, sedangkan bagian wilayah atau wilayah yang diberi wewenang khusus untuk mengatur pemerintahan tersendiri disebut wilayah otorita seperti Otorita Batam. Pembangunan wilayah berdasarkan fungsi lokasi, mengacu pada teori Feroux 1961 bahwa pembangunan di satu wilayah tidak bisa tumbuh merata di semua wilayah secara bersamaan tetapi hanya tumbuh pada bagian wilayah secara bersamaan tetapi hanya tumbuh pada bagian wilayah tertentu atau pada lokasi tertentu. Hal ini disebabkan karena potensi dan kemampuan wilayah tidak merata, karena itu hanya bagian wilayah tertentu saja yang dapat tumbuh karena mempunyai keunggulan dari bagian wilayah lainnya. Demikian pula antara wilayah dalam satu negara tidak dapat tumbuh dan berkembang secara bersamaan pada waktu yang sama.
Adanya perbedaan potensi atau perbedaan keunggulan lokasi termasuk keunggulan letak lokasinya yang menguntunkan, membuat setiap bagian wilayah mempunyai atau diberi fungsi tertentu, maka berdsarkan fungsi perencanaan pembangunan dibuat. Keunggulan wilayah, bagian wilayah (lokasi) karena memilki :
1. Tata Letak Lokasi yang Strategis
Tata letak yang strategis yang menguntungkan karena berada pada tempat yang dapat dengan mudah berhubungan dengan wilayah lain atau mudah berhubungan dengan bagian wilayah yang lain. Dengan kata lain mempunyai kemudahan terkait dengan beberapa wilayah lainnya. Adanya keterkaitan wilayah secara alamia membuat dapat menarik aktivitas ataupun aliran barang dan orang dapat beralngsung sehingga peluang berusaha, peluang kerja sangat besar. Seperti di Sulawesi Selatan wilayah Kab. Yang mempunyai letak lokasi yang menguntukan adalah :
1. Makassar 4. Palopo
2. Pare-Pare 5. Mamuju
3. Bone ( Watampone )

Selain Makassar yang merupakan pusat pemerintahan propinsi, Kab. Mamuju nantinya akan lebih cepat tumbuh dan berkembang dibandingkan Kabupaten lainnya. Hal ini disebabkan karena letak wilayahnya, mempunyai keterkaitan dengan Propinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara bahkan dapat berkaitan langsung dengan pulau Jawa tanpa melalui Makassar.

2. Keunggulan Lokasi Karena Jumlah Penduduk
Wilayah atau bagian wilayah yang mempunyai jumlah penduduk dan kerapatan penduduk yang tinggi secara alamia akan lebih cepat tumbuh dan berkembang dibandingkan wilayah lainnya yang lebih sedikit dan renggang penduduknya. Jumlah penduduk dan kerapatan yang tinggi dari satu wilayah, membuat wilayah tersebut mempunyai keunggulan untuk pembangunan/pertumbuhan dan pengembangan wilayah, karena berbagai alasan yakni :
a. Penduduk adalah subyek dan sekaligus menjadi obyek pembangunan
b. Sumber tenaga kerja
c. Sumber pasar yang luas
d. Sumber pajak
e. Sumber jasa/ pemikir
f. Sumber ide/gagasan untuk membangun

Berdasarkan alasan ini pemerintah dalam menetapkan anggaran belanja dan pendapatan daerah diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk daerah atau wilayah, demikian pula untuk pemekaran wilayah administrasi juga jumlah penduduk sebagai salah satu persyaratan utama bukan berdasarkan luas wilayahnya atau potensi sumberdaya alam yang dimiki suatu daerah/wilayah.
Keberhasilan pembangunan wilayah di sektor kependudukan, merupakan salah satu dimensi pembangunan wilayah yang dikenal dengan istilah kesenjangan jumlah penduduk. Alasan utama mengatur pembangunan di Pulau Jawa yang paling tinggi maka Pulau Jawa mendapatkan anggaran pembangunan juga yang paling tinggi. Hal ini sangat beralasan karena suatu kebijakan pemerintah pusat dalam melaksanakan pembangunan. Sesungguhnya pembangunan wilayah tidak selalu dari jumlah penduduk yang tinggi membuat pembangunan wilayah cepat tumbuh dan berkembang tetapi masih ditentukan oleh :
a. Tingkat pendidikan/pengetahuan
b. Tingkat kesehatan
c. Keragaman etnis
d. Kultur dan moral serta semangat membangun
e. Tingkat keamanan wilayah
f. Undang-Undang, Peraturan dan Kebijaksanaan
g. Kemampuan bersaing.

3. Keunggulan Lokasi Mempunyai Potensi SDA
Potensi Sumberdaya Alam merupakan asset modal suatu wilayah untuk dimanfaatkan dalam kegiatan pembangunan wilayah. Pada era otonomi daerah fungsi dan peranan SA ini sangat strategis sebagai peluang investasi dan peluang lapangan kerja, hanya untuk kepentingan pembangunan wilayah dan kepentingan penduduk wilayah. Sumberdaya Alam dapat meliputi :
a. Lahan
b. Bahan Tambang
c. Perairan ( Laut, Danau, Sungai, Rawa )
d. Hutan
e. Keindahan alam

Keunggulan lokasi karena mempunyai potensi SA yang tinggi tidak selalu dapat menguntungkan terhadap pembangunan wilayah bila SM wilayah tidak mendukung pemanfaatan SA secara optimal untuk pembangunan serta berwawasan lingkungan.

4. Keunggulan Wilayah / Lokasi Karena Aksessibilitas
Keunggulan aksessibiltas suatu wilayah atau fasilitas kemudahan untuk kegiatan usaha dan pergerakan barang dan orang antar bagian wilayah atau antara wilayah. Aksessibilitas wilayah meliputi fasilitas :
a. Infrastruktur ( Listrik, DAM, telkom dan prasarana Ilmu )
b. Utilitas
c. Fasilitas umum ( tempat ibadah, sekolah, rumah sakit dan Puskesmas)
d. Ketersediaan informasi.

5. Keunggulan Lokasi Karena Adanya Sektor Jasa
Salah satu indikator kemajuan pembangunan wilayah dapat dilihat dari perkembangan kemajuan :
a. Sektor jasa pelayanan;
b. Sektor informasi

6. Keunggulan Lokasi Karena Terjaminnya Keamanan
Salah satu persyaratan berlangsungnya kegiatan pembangunan bila ada jaminan keamanan

7. Keunggulan Sektor Wilayah Karena Adanya Obyek Sejarah dan Budaya serta keindahan alam untuk menarik kegiatan usaha parawisata.

KONSEP PEMBANGUNAN WILAYAH

Paradigma pembangunan wilayah sekarang sudah bergeser dari paradigma lama ke yang baru. Pembangunan wilayah paradigma lama konsep pembangunan selalu didasarkan pada pendekatan top down, karena alasan bahwa kemampuan Sumberdaya manusia di bawah atau di daerah sangat terbatas karena itu tidak mampu membentuk konsep pembangunan wilayah. Selain itu daerah juga tidak mampu melaksanakan , untuk itu para pelaksana juga dari atas ( pusat ), hal ini membuat sebagian anggaran pembangunan wilayah kembali lagi ke pusat. Untuk konsep pembangunan wilayah secara nasional umum dilakukan melalui pendekatan sektoral. Namun di era otonomi daerah (otoda) paradigma pembangunan sudah berubah yakni dengan konsep perencanaan dari bawah ke atas ( bottom up ). Karena itu di depan para planner di wilayah ditantang untuk menyusun perencanaan pembangunan sendiri-sendiri dan dilaksanakan sendiri. Karena di era otoda ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk membangun dimana ketergantungan pusat dikurangi bahkan kalau bisa dihilangkan. Hal ini tidak berarti bahwa pendekatan sektoral dihapuskan, tetap dapat dipakai namun disesuaikan dengan potensi sektor yang ada disatu wilayah. Konsep perencanaan pembangunan wilayah di era otoda harus diarahkan untuk kepentingan wilayah yang bersangkutan karena itu dapat dipertimbangkan rencana pembangunan apa yang sebaiknya dan harus dibuat yakni dapat meliputi :

1. Pembangunan yang memberdayakan Sumberdaya Manusia , seperti :
a. Ekonomi kerakyatan
b. Peningkatan kemandirian lokal
c. Pembudayaan masyarakat
d. Usaha kecil dan menengah ( UKM )
e. Home Industri
f. Mitra usaha
g. Koperasi

2. Pembangunan yang memberi peluang
a. Investasi
b. Pembukaan lapangan kerja baru
c. Keterkaitan wilayah dan sektor
d. Untuk mendapatkan nilai tambah (dampak multiplier )

3. Pembangunan untuk pemanfaatan potensi Sumberdaya Alam dengan prinsip berwawasan lingkungan.

Untuk mendukung pembangunan wilayah di era otoda maka perlu diantisipasi semua faktor yang bersifat kendala atau hambatan serta permasalahan pembangunan di wilayah antara lain :
1. Keterbukaan wilayah, melalui pembatasan birokrasi atau pemutusan rantai birokrasi yang panjang.
2. Jaminan rasa aman
3. Pemda berperan sebagai fasilitator pembangunan
4. Adanya komitmen yang kuat mengenai pembangunan yang telah direncanakan dan tegaknya peraturan.
5. Peningkatan Sumberdaya Manusia wilayah.

Menyadari di era otoda ini terdapat keterbatasan-keterbatasan yang menghambat pembangunan wilayah utamanya :
a. Keterbatasan modal anggaran pembangunan wilayah
b. Keterbatasan SM yang berperan sebagai subyek pembangunan sekaligus obyek pembangunan
c. Keterbatasan potensi SA
d. Keterbatasan fasilitas pendukung

Berdasarkan perkembangan keterbatasan ini maka perencanaan pembangunan harus disusun sesuai dasar-dasar perencanaan yakni :
1. Harus logis dam masuki akal
2. Dapat dilaksanakan sesuai kemampuan permodalan SM dan sesuai potensi SA
3. Harus efektif, efisien dan optimal
4. Sistimatis sesuai skala prioritas
5. Kontrol dan pengawasan yang ketat

Untuk itu perencanaan yang disusun dengan pendekatan secara holistik (menyeluruh), baik pendekatan wilayah, fungsi, sektor maupun sistem seperti konsep perencanaan pembangunan :
1. Pembangunan Pusat Kawasan Andalan
2. Pembangunan Kawasan Sentra Produksi
3. Pembangunan Sentra Ekonomi Wilayah.

Selanjutnya harus didukung dengan pengembangan
1. Pusat informasi mengenai pasar, kemajuan teknologi
2. Pusat penelitin sektor yang diandalkan
3. Pusat pelatihan
4. Perencanaan pembangunan fasilitas infrastruktur sisesuaikan kebutuhan wilayah dan sektor yang diandalkan agar efisiensi dapat tercapai.

Sesungguhnya konsep pembangunan didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Ferroux 1961.

TATA RUANG

Tata ruang tidak lain adalah penataan ruang wilayah atau pembagian ruang wilayah menjadi beberapa bagian wilayah yang didasarkan pada :
1. Potensi Sumberdaya Manusia ( SM )
2. Potensi Sumberdaya Alam ( SA )
3. Peruntukan lahan
4. Fungsi peruntukan bagian wilayah
5. Kecenderungan tingkat pertumbuhan dan pengembangan bagian wilayah di sektor tertentu yang diandalkan.
6. Tingkat aksessibilitas bagian wilayah.

Tujuan dan sasaran penyusunan rencana tata ruang wilayah dapat meliputi :

1. Mengoptimalkan pemanfaatan setiap ruang wilayah
2. Menghindari tumpang tindih peruntukan ruang wilayah
3. Mengarahkan fungsi peruntukan ruang wilayah agar dapat mempercepat pembangunan setiap bagian wilayah untuk mendorong pembangunan wilayah secara keseluruhan
4. Memudahkan pengaturan pembangunan fasilitas pendukung di setiap bagian wilayah sesuai fungsi dan peruntukannya, agar setiap bagain wilayah tidak mendapatkan fasilitas pendukung yang sama secara merata.
5. Mengefektifkan dan mengefisiensikan penggunaan anggaran dana pembangunan yang terbatas.
6. Kemudahan pengaturan administrasi pemerintahan mengenai kependudukan dan aktivitasnya.
7. Skala prioritas pembangunan bagian wilayah dapat diatur sesuai kebutuhan.

Proses rencana pembuatan tata ruang suatu wilayah diperlukan analisis yang akurat mengenai komponen faktor yang dijadikan dasar-dasar utama menentukan penyusunan tata ruang yang benar dan tepat, yakni :

1. Analis potensi Sumberdaya Manusia
Analisis potensi sumberdaya manusia meliputi seluruh aspek kependudukan yang dinilai menentukan penataan ruang wilayah. Karena setiap bagian wilayah ataupun suatu wilayah dibatasi tanah, udara, dan air maka analisis data kependudukan didekati dengan batas adminsitrasi. Analisis data kependudukan dapat meliputi :
a. Struktur kependudukan mengenai jumlah, jenis, kelamin serta umur di setiap bagian wilayah dan akan menghasilkan gambaran penyebaran struktur kependudukan di setiap wilayah yang didasarkan desa atau kecamatan.
b. Analisis proyeksi struktur kependudukan berdasarkan tahan dasar tertentu dan tingkat kelahiran .
c. Analisis tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan tingkat ketersediaan tenaga kerja .
d. Analisis lapangan kerja dan kecendrungan pergeseran lapangan kerja.

Seperti apa yang dikemukakan sebelumnya bahwa penduduk suatu wilayah adalah subyek dan sekali objek pembangunan wilayah untuk itu analisis mengenai kependudukan di setiap bagian wilayah dapat dijadikan sebgaai dasar pembuatan rencana tata ruang wilayah yang nantinya terkait dengan fungsi peruntukan ruang bagian wilayah.

2. Analisis Potensi Sumberdaya Alam ( SA )
Salah satu dasar utama pengaturan pemanfaatan ruang adalah potensi SA. Untuk itu dasar utama pembuatan rencana tata ruang wilayah didasarkan pada penyebaran potensi SA di satu wilayah, dalam hal ini penyebaran luas potensi SA sebagai unit ruang wilayah dan selanjutnya menjadi dasar bagian wilayah. Unit ruang analog dengan unit lahan yang mempunyai potensi SA yang sama. Sedangkan dasar penentuan unit lahan didasarkan pada :
1. Kesamaan topografi
2. Kesamaan lereng
3. Kesamaan iklim
4. Kesamaan jenis tanah
5. Kesamaan jenis penggunaan lahan (land used )
6. Kesamaan potensi bahan galian atau jenis perairan

Penentuan unit lahan untuk perencanaan tata ruang wilayah untuk pembangunan pertanian umumnya didasarkan pada kesamaan 1 – 5 . Tergantung ketersediaan data/peta. Peta dari setiap faktor penentu unit lahan yang mempunyai skala yang sama ditumpang tindikan ( overlay peta ) maka akan menghasilkan penyebaran variasi unit lahan.
Selanjutnya berdasarkan penyebaran unit lahan maka potensi Sumberdaya Alam dapat dianalisis menurut setiap unit lahan.

3. Analisis Peruntukan Lahan
Analisis peruntukan lahan pada setiap unit lahan didasarkan pada analisis tingkat kesesuaian lahan untuk berbagai keperluan. Kegiatan pemanfaatan lahan termasuk kesesuaian untuk berbagai kepentingan seperti :
1. Kepentingan untuk berbagai komoditas pertanian
2. Kepentingan untuk bangunan perumahan, pemukiman, perkantoran ataupun untuk industri
3. Kepentingan untuk kawasan lindung, kawasan cagar alam
4. Kepentingan untuk pariwisata, taman rekreasi, olah raga
5. Kepentingan untuk pembangunan ekonomi
6. Kepentingan untuk pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur, dan sebagainya.

Analisis tingkat kesesuaian lahan adalah penyesuaian persyaratan yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu kegiatan dengan karakteristik biofisik lingkungan yang dimiliki setiap setiap unit lahan.

Analisis Fungsi Peruntukan Lahan

Berdasarkan hasil analisis tingkat kesesuaian lahan maka analisis fungsi peruntukan lahan dapat ditetapkan. Peruntukan lahan yang disesuaikan dengan hasil evaluasi kesesuaikan lahan yang ada pada setiap unit lahan. Tingkat kesesuaian lahan yang tergolong S1 ( sangat sesuai ) dan cukup sesuai ( S2) dijadikan dasar menetapkan peruntukan lahan secara benar namun belum tepat dan efisien. Setelah dikaitkan dengan hasil analisis potensi Sumberdaya Manusia, aspek ekonomi, potensi aksessibiltas maka selanjutnya dapat dibuat peruntukan lahan yang benar, tepat. Sedangkan peruntukan lahan yang optimal akan diperoleh setelah didukung dengan manajemen yang tepat pula.

Untuk itu fungsi peruntukan lahan tidak benar kalau hanya didasarkan pada eksisten kondisi yang ada tetapi sehatusnya dilakukan berdasarkan hasil analisis fungsi peruntukan lahan. Penetapan fungsi peruntukan lahan yang diperkuat dengan peraturan-peraturan/UU harus disepakati sebagai suatu komitmen yang kuat, dengan proses pembangunan yang berlangsung maka dalam periode waktu jangka pendek 15 tahunan atau per dekade fungsi peruntukan ruang/lahan dapat ditinjau kembali apakah perlu direvisi atau tetap dipertahankan, untuk itu fungsi peruntukan ruang tidak permanen, namun bila nalis yang dilakukan benar dan tepat maka fungsi peruntukan lahan dapat tetap berlangsung terus sampai periode jangka panjang minimal 25 tahun ke depan.

Perubahan fungsi lahan karena kepentingan orang per orang, tidak dibenarkan karena dapat merusak pembangunan atau membuat pembangunan tidak terarah dan kelangsungan pembangunan dapat terhambat karena tidak sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya.

PENGELOLAAN TANAH DAN AIR (SOIL AND WATER MANAGEMENT)

Agustus 28, 2009

PENGELOLAAN TANAH DAN AIR
(SOIL AND WATER MANAGEMENT)

Batasan dan Pemahaman Materi

Batasan ilmu Pengelolaan Tanah dan Air adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang :
Pengaturan peruntukan lahan, pemanfaatan dan penggunaan tanah dan air untuk berbagai kepentingan termasuk usaha pertanian dengan cara-cara tertentu secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil produksi yang optimal, berkesinambungan dan berkelanjutan.
Berdasarkan batasan ilmu pengetahuan ini maka ilmu pengelolaan tanah dan air bersifat terapan, berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan tanah dan air untuk berbagai kepentingan pembangunan. Mengapa dalam setiap pemanfaatan dan penggunaan tanah dan air harus diatur peruntukannya ?
Setiap bidang tanah memiliki potensi tertentu, memiliki tingkat kemampuan dan daya dukung tertentu serta mempunyai tingkat kesesuaian tertentu untuk peruntukan jenis komoditi pertanian tertentu yang berbeda dengan bidang tanah lainnya.
Adanya variasi jenis tanah membuat adanya variasi tingkat kemampuan tanah dan air untuk mendukung keberhasilan peruntukan pemanfaatan/penggunaan tanah dan air, termasuk untuk kepentingan usaha pertanian. Di sisi lain, jenis komoditi yang akan diusahakan dan dikembangkan juga sangat bervariasi jenisnya dan mempunyai karakteristik tertentu yang membutuhkan persyaratan tertentu untuk dapat tumbuh dan berproduksi.
Kecocokan sifat karakteristik lahan dengan karakteristik dan persyaratan tumbuh jenis tanaman itulah yang menentukan peruntukan lahan secara efektif. Dengan kata lain sebagai dasar untuk menetapkan apakah suatu bidang lahan sesuai diperuntukkan untuk satu komoditi atau beberapa komoditi ditentukan oleh hasil evaluasi tingkat kesesuaian dan kemampuan lahan. Sedangkan tingkat kesesuaian dan tingkat kemampuan lahan sangat ditentukan oleh sifat karakteristik iklim dan tanah. Sedangkan sifat karakteristik tanah ditentukan oleh bagaimana sifat fisik, kimia dan biologis tanah sebagai gambaran potensi produktivitas tanah. Sifat fisik, kimia dan biologis tertentu telah diketahui dan dijelaskan pada setiap jenis tanah. Pada suatu luasan tanah yang luas ada kemungkinan terdapat beberapa atau satu jenis tanah. Dengan demikian suatu luasan hamparan tanah ada kemungkinan terdapat satu atau beberapa tingkat kemampuan dan tingkat kesesuaian lahan tertentu. Untuk itu mempelajari ilmu Pengelolaan Tanah dan Air diperlukan pengetahuan dasar, yakni ilmu Klasifikasi Tanah, Klasifikasi Kemampuan Lahan dan Klasifikasi Kesesuaian Lahan.
Perlu diketahui bahwa setelah diketahui secara jelas dan tepat peruntukan lahan untuk suatu komoditi, bila dimanfaatkan dan digunakan melalui kegiatan usaha tani belum tentu dapat berhasil sesuai yang digambarkan produktivitas tanah berdasarkan tingkat kesesuaian lahan. Misalnya suatu bidang tanah tertentu mempunyai termasuk mempunyai potensi S1 (sangat sesuai) untuk jagung, hasilnya bisa setingkat dengan S2 (cukup sesuai) atau bahkan S3 (sesuai marginal), atau dengan kata lain hasil produksi jagung yang dicapai bisa lebih rendah dari yang seharusnya akan dicapai. Kemungkinan ini dapat disebabkan karena teknik pengelolaannya (management) keliru ataupun tidak efektif dan efisien. Sebaliknya ada sebidang tanah yang tergolong S3 atau S2, tetapi dikelola secara tepat dan efisien dapat memberikan hasil yang lebih tinggi sama dengan hasil untuk S1.
Cara-cara bagaimana dalam Pengelolaan Tanah dan Air yang tepat dan efisien diterapkan pada sebidang tanah untuk usaha komoditi pertanian tertentu dapat mendukung hasil yang optimum. Cara-cara pengelolaan ataupun teknik pengelolaan tanah dan air yang tepat dan efisien diterapkan tergantung pada kodisi lahan yang ada. Utamanaya mengenai kemampuan lahan dan persyaratan kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi. Teknik pengelolaan tanah dan air tidak lain merupakan tindakan perlakuan yang dipilih dan diatur mulai dari persiapan tanah sampai panen yang disesuaikan dengan kemampuan lahan (karakteristik lahan) dan karakteristik jenis komoditi yang diusahakan yang membutuhkan persyaratan tertentu. Bila pada tanah terdapat kondisi (fisik, kimia dan biologi tanah) yang kurang ataupun tidak optimal mendukung pertumbuhan dan pencapaian hasil, dijadikan dasar untuk memilih tindakan perlakuan apa yang harus diberikan pada tanah.
Tindakan perlakuan untuk memperbaiki kondisi tanah agar sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan kebutuhan tanaman dapat berupa land clearing, penterasan, pengolahan tanah, perbaikan drainase, pemupukan dan sebagainya. Tindakan perlakuan dapat juga berupa fasilitas infrastruktur yang mendukung kondisi lahan yang optimal seperti farm road, irigasi dan sebagainya. Selanjutnya dari komponen tindakan perlakuan yang dipilih, diperinci lagi macam/tipe perlakuan apa yang tepat dan efisien seperti : Land clearing, land clearing apa yang dipilih, apakah secara mekanik, secara kimia atau secara biologis; penterasan, penterasan apa yang dipilih apakah teras bangku, guludan, saluran atau teras individu (setapak).
Pemilihan teknik pengelolaan tanah dan air secara efisien dan efektif untuk mencapai hasil produksi yang optimal. Pengertian batasan ilmu Pengelolaan Tanah dan Air, menekankan bahwa tujuan dan sasaran yang akan dicapai dari pengaturan pemanfaatan dan penggunaan tanah dengan teknik (cara-cara) tertentu adalah tercapainya hasil produksi secara ekonomi menguntungkan. Karena itu semua tindakan perlakuan dalam pengelolaan tanah dan air adalah merupakan input biaya produksi yang harus dipertimbangkan apakah setiap macam tindakan perlakuan secara ekonomi dapat memberi keuntungan yang langsung dirasakan maupun keuntungan jangka panjang. Ada tindakan perlakuan yang pengaruhnya terhadap peningkatan hasil produksi yang menguntungkan nyata pada panen saat itu, namun ada perlakuan yang bertujuan menstabilkan hasil produksi pada panen-panen berikutnya ataupun pengaruhnya nyata setelah satu dua tahun kemudian, tergantung macam dan jenis perlakuan yang diterapkan, seperti pemberian bahan organik ataupun penterasan dan sebagainya, pengaruhnya nyata secara ekonomi setelah 1 – 3 tahun kemudian. Pemberian pupuk buatan termasuk salah satu perlakuan yang langsung (cepat) memperlihatkan pengaruhnya.
Untuk mencapai hasil produksi optimal yang berkesinambungan dan berkelanjutan, sangat jelas bahwa pengelolaan tanah dan air selalu berorientasi pada prinsip konservasi dan pengawetan tanah dan air. Kesinambungan dan kelangsungan pencapaian hasil optimal dari suatu bidang tanah yang dikelola untuk suatu penggunaan tertentu hanya dapat dicapai bila dalam pengelolaannya selalu memperhatikan aspek konservasi dan pengawetan tanah dan air. Untuk itu setiap macam tindakan perlakuan yang dipilih tidak hanya benar sesuai pertimbangan ekonomi menguntungkan, tetapi harus pula berdasar aspek konservasi/pengawetan tanah adalah benar, efisien dan efektif (tepat guna) sesuai persyaratan keperluan konservasi tanah dan air agar keawetan kemampuan dan produktivitas tanah tetap terjaga atau dipertahankan, bahkan kalau dapat ditingkatkan.
Pada setiap peruntukan/penggunaan tanah maupun pemilihan tindakan perlakuan pada suatu bidang tanah dengan kemampuan tertentu sudah benar dilaksanakan/dilakukan, bahkan sudah efisien, tetapi belum tentu tepat. Tepat atau tidak tepatnya pengelolaan tanah dan air, dampaknya akan nampak cepat atau lambat di kemudian hari. Jika pengelolaan tanah dan air benar dan tepat serta efisien diterapkan akan diperlihatkan oleh pencapaian hasil yang relatif stabil, keuntungan produksi yang dicapai atau bahkan meningkat. Tetapi bila pengelolaan tanah dan air benar pilihannya tetapi tidak tepat akan diperlihatkan hasil yang dicapai cenderung menurun dan terus menurun sampai pada tingkat yang merugikan, walaupun faktor iklim dan faktor lainnya sudah optimal. Untuk itu keberhasilan pengelolaan tanah dan air tidaklah mudah dicapai, namun tidaklah juga sulit bila para pengelola (manager) memiliki kemampuan profesionalisme yakni kemampuan ilmu pengetahuan dasar (teori-teori) yang terkait dan pengalaman lapangan yang luas. Ilmu pengetahuan Pengelolaan Tanah dan Air bila dikaji lebih jauh berdasarkan batasan ilmu yang dikemukakan, ilmu pengetahuan ini mempunyai kaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan ilmu pengetahuan bidang pertanian dalam arti luas. Pada prinsipnya ilmu pengetahuan ini harus didukung oleh ilmu-ilmu dasar mengenai tanah dan air serta hubungannya dengan pengetahuan Ilmu Teknologi Budidaya Pertanian, Ilmu Keteknikan Pertanian (Mekanisasi Pertanian), Ilmu Kehutanan, Ilmu Soaial Budaya, Ilmu Sosial Eknomi, Ilmu Perlindungan Tanaman (Hama dan Penyakit Tanaman) serta Ilmu Perencanaan Pembangunan Pertanian.

Kepentingan Ilmu Pengelolaan Tanah dan Air

Seperti apa yang diuraikan mengenai batasan dari ilmu ini, maka pada dasarnya diperlukan pada semua aspek pembangunan yang membutuhkan tanah dan air sebagai media tempat berlangsungnya kegiatan pembangunan yaang bersasaran tujuan untuk mendapatkan hasi produksi secara ekonomis menguntungkan selama tanah dan air tersebut digunakan. Semua aspek dan sektor pembangunan termasuk pembangunan pertanian selalu membutuhkan tanah dan air, sebagai modal dasar yang berfungsi sebagai faktor produksi. Pembangunan pertanian di semua sub sektor pertanian baik dalam bentuk pertanian rakyat maupun dalam bentuk agrostate, agrobisinis atau agroindustri untuk menghasilkan pangan, sandang dan papan. Sandang, pangan dan papan mutlak diperlukan sebagai kebutuhan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan manusia. Hasil pertanian tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar tetapi dapat dijadikan bahan baku untuk kebutuhan industri pengolahan hasil pertanian ataupun dijadikan bahan/barang eksport (komoditi perdagangan). Tidak sedikit negara/daerah, sektor pertanian dijadikan basis pembangunan yang berfungsi sebagai pendukung ataupun tulang punggung pembangunan nasionalnya.
Pangan, sandang dan papan hanya dihasilkan dari eksploitasi tanah dan air, kecuali sandang dan papan yang sudah dapat diproduksi dari bahan sintetis, tetapi pangan sampai saat ini belum ada teknologi ataupun formula untuk menghasilkan pangan secara sintetis. Dengan demikian kehidupan dan kelangsungan hidup manusia tergantung dari hasil eksploitasi tanah dan air, dan telah diketahui bahwa tanah dan air adalah sumber kehidupan bagi umat manusia maupun mahluk hidup lainnya.
Untuk itu tanah dan air harus dikelola secara benar, tepat dan efisien untuk mencapai hasil optimal secara berkesinambungan dan berkelanjutan mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, kebutuhan bahan baku industri, kebutuhan transaksi perdagangan dan komoditi eksport andalan.
Komditi pertanian, utamanya komoditi pangan dapat dijadikan salah satu komoditi politikyang oleh banyak negara besar digunakan untuk menguasai negara lain karena ketergantungan pangan.

Alasan-alasan mengapa ilmu Pengelolaan tanah dan Air perlu dipelajari ;

1) Tanah dan air termasuk sumberdaya alam lahan yang terbatas :
Tanah dan air sebagai sumberdaya alam lahan yang terbatas luas dan kualitasnya serta tidak dapat diperbaharui, sedangkan kehidupan dan kelangsungan hidup manusia dan seluruh mahluk hidup lainnya sangat tergantung dari hasil eksploitasi tanah dan air. Karena itu tanah dan air yang terbatas ini perlu dikelola secara benar, tepat dan efisien secara berkesinambungan dan berkelanjutan agar dapat dimanfaatkan terus.
2) Akibat kemajuan pembangunan yang sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, semakin meningkatnya tingkat pendapatan dan pengetahuan penduduk, membuat semakin meningkatnya pula tuntutan kebutuhan pangan, gizi, sandang dan papan baik jumlah maupun kualitasnya. Di lain pihak tanah dan air terbatas keberadaannya, yang banyak tersedia adalah tanah-tanah yang termasuk lahan marginal ataupun lahan bermasalah. Lahan marginal yang rendah produktivitasnya ataupun lahan bermasalah, bila diusahakan produktivitasnya mampu ditingkatkan, namun membutuhkan input biaya produksi tinggi, termasuk input teknologi serta butuh waktu relatif lama untuk mencapai hasil yang menguntungkan (titik impas = break even point). Inipun bila dikelola secara benar, tepat dan efisien.
3) Tanah dan air adalah salah satu faktor produksi yang sifatnya tidak bergerak dan berfungsi sebagai modal dasar, bila diusahakan selalu berorientasi pada hasil yang menguntungkan secara berkelanjutan. Hal ini dapat dicapai bila tanah dan air dikelola secara benar, tepat dan efisien.
4) Tanah dan air sebagai modal dasar pembangunan untuk berbagai aspek kepentingan, untuk berbagai sektor pembangunan. Untuk itu setiap bidang tanah perlu diatur peruntukan dan pemanfaatannya, yang disesuaikan dengan kemampuan tingkat kesesuaian lahan.
5) Tanah dan air bagian dari lingkungan, untuk itu bagaimana tanah dan air digunakan secara optimal dan tetap memperhatikan aspek lingkungan. Kerusakan fungsi lingkungan dari tanah dan air dapat disebabkan karena kesalahan teknik pengelolaan tanah dan air.
6) Tanah dan air pada setiap lokasi bervariasi (berbeda) sifat, karakteristik, bervariasi kemampuannya/produktivitasnya, karena adanya perbedaan faktor pembentukannya, agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk tujuan penggunaan tertentu diperlukan teknik pengelolaan tertentu pula.
7) Dari tahun ke tahun informasi tentang lahan kritis semakin meluas adalah indikator adanya pengelolaan tanah dan air yang keliru. (tidak benar, tidak efektif dan tidak efisien). Penggunaan lahan dengan teknik pengelolaan yang keliru akan menyebabkan produktivitas tanah semakin menurun sampai ke titik hampir tidak mampu lagi mendukung produksi (kritis) dan akhirnya menjadi tanah rusak jika terus dikelola secara tidak benar. Hal ini terjadi karena dalam pengelolaanya tanah diperlakukan diluar batas tingkat kemampuan lahan, sekalipun dengan input biaya produksi yang tinggi seperti penterasan dan pengolahan tanah secara mekanis.
8) Kasus banjir dan kekeringan pada beberapa DAS di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meluas dan semakin meningkat frekuensi terjadinya selama setahun. Contoh kasus ini semakin memperkuat alasan bahwa dalam peruntukan dan pemanfaatan lahan tidak dikelola secara benar. tepat dan efisien, termasuk eksploitasi hutan, perladangan dan pertanian dalam arti luas dengan input perlakuan yang terbatas untuk menjaga keawetan fungsi tanah dan air.
9) Kasus kelaparan/kegagalan panen di beberapa negara berkembang ataupun pada negara miskin adalah indikator adanya kekeliruan pengelolaan tanah dan airyang dipersyaratkan untuk mencapai produksi secara menguntungkan dan berkelanjutan.
10) Tanah dan air yang berfungsi sebagai media tumbuh tanaman harus dipersiapkan kondisinya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman dilakukan dengan pengelolaan tanah dan air secara benar, tepat dan efisien dengan teknik tertentu sesuai sifat karakterisitk tanah dan karakteritik jenis komoditi tanaman yang akan diusahakan.
11) Fungsi tanah dan air sebagai media tempat berlangsungnya siklus air. Siklus air dan siklus hidup mikroorganisme akan terganggu (berubah) bila tanah dan air itu diperuntukkan, dimanfaatkan, diperlakukan melalui penerapan teknik pengelolaan tanah dan air yang digunakan keliru atau tidak benar, tidak tepat dan tidak efisien dan pada akhirnya menjadi lahan yang tidak lagi produktif dan berdampak terhadap kerusakan sistem lingkungan.

Berdasarkan uraian ini yang menjelaskan betapa pentingnya ilmu pengetahuan Pengelolaan Tanah dan Air dalam kehidupan dan kelangsungan hidup manusia dan seluruh mahluk hidup lainnya dan begitu pentingnya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan pada berbagai aspek dan sektor pembangunan yang menggunakan tanah dan air sebagai faktor produksi yang berfungsi sebagai modal dasar pembangunan yang tidak dapat diperbaharui, ternyata kurang diperhatikan atau sama sekali tidak diterapkan. Maka menjadi tanda tanya mengapa ilmu pengetahuan Pengelolaan Tanah dan air kurang atau tidak diterapkan di sektor pembangunan pertanian? Apakah karena disebabkan karena ketidak tahuan atau ketidak mengertian tentang ilmu ini. Apakah dimengerti, tetapi karena sulit dan input biaya tinggi yang dihindari. Apapun alasannya mengapa penerapan ilmu pengetahuan Pengelolaan Tanah dan Air kurang mendapat perhatian yang serius pada pembangunan pertanian dalam arti luas, untuk jangka panjang ke depan karena alasan kebutuhan pangan, sandang dan papan yang semakin meningkat, tanah dan air terbatas serta tidak ada alternatif bahan sintesis untuk menggantikan kebutuhan pangan. Di lain pihak tanah-tanah produktif yang subur semakin berkurang luasnya karena dikonversi ke fungsi lain atau dari tahun ke tahun tidak lagi mampu ditingkatkan, bahkan yang terjadi produktivitas tanah yang ada semakin menurun. Hal ini tanpa disadari kenyataan yang dihadapi saat ini demikian adalah akibat perencanaan pembangunan di sektor pembangunan pertanian tidak didasari pertimbangan bagaimana konsep dan program pengelolaan yang benar, tepat dan efisien untuk sesuai diterapkan pada suatu lokasi/wilayah pembangunan. Konsep dan program (desain) pembangunan sebagai dasar pertimbangannya selalu hanya pada aspek komoditinya saja, aspek teknik budidaya, aspek pemeliharaan yang hampir tidak dikaitkan dengan aspek karakteristik lahan yang ada. Untuk itu pengelolaan yang diterapkan dipaketkan sama dan berlaku sama di seluruh Indonesia atau berlaku sama di semua tempat, seharusnya tidak demikian.
Untuk itu awal dari pembelajaran Pengelolaan Tanah dan Air, harus memahami bagaimana keterkaitan hubungan antara sistem iklim, sistem tanah serta sistem tanaman (komoditi pertanian).

Keterkaitan Hubungan Iklim, Tanah dan Tanaman (Komoditi Pertanian).

Sistem tanaman terdiri dari sistem pertumbuhan dan sistem perkembangan tanaman yang hanya berlangsung bila proses kehidupan dan kelangsungan hidup tanaman dapat berlangsung. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal dapat dicapai bila proses kelangsungan hidup tanaman juga optimal. Proses kelangsungan hidup tanaman (ditentukan) hanya dapat terjadi bila proses metabolisme dan asimilasi dapat berlangsung. Proses metabolisme terdiri dari proses katabolisme dan anabolisme. Proses katabolisme seperti proses fotosintesis (fs), proses anabolisme seperti respirasi dan transpirasi yang menghasilkan energi gula dan pati, yang diperlukan dalam proses penyerapan unsur hara, air, proses pembelahan dan perkembangan sel dan bersama dengan unsur hara berlangsung proses asimilasi untuk menghasilkan protein, gula/pati, lemak dan sebagainya, yng kesemuanya membuat tanaman tumbuh (diawali perkecambahan benih) dan berkembang sampai panen.
Proses kelangsungan hidup tanaman dalam hal ini berlangsungnya proses metabolisme dan asimilasi secara optimal bila sistem iklim dan sistem tanah yang ada dalam kondisi optimal. Kondisi iklim dan tanah yang optimal adalah kondisi yang paling sesuai dengan persyaratan tanaman yang berkecambah, tumbuh dan berkembang. Sistem iklim mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung pada bagian atas tanaman maupun bagian bawah tanaman (sistem perakaran). Demikian pula sistem tanah mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan sistem perakaran.

1. Komponen iklim yang mempengaruhi sistem tanaman.
Komponen iklim meliputi komponen sifat curah hujan, komponen penyinaran cahaya matahari, suhu, angin dan kelembaban udara.
a) Komponen sifat curah hujan yang mempengaruhi sistem tanaman dan mempengaruhi komponen iklim lainnya, juga mempengaruhi sistem tanah, utamanya terhadap ketersediaan air. Komponen sifat hujan meliputi jumlah curah hujan, intensitas dan distribusi curah hujan yang bervariasi dari bulan ke bulan dengan pola relatif sama dari tahun ke tahun kecuali ada penyimpangan yang terjadi

TAHAPAN KEGIATAN PENGELOLAAN TANAH DAN AIR

Pendahuluan

Pada setiap pembangunan pertanian apapun jenisnya, terdapat beberapa tahapan kegiatan pengelolaan tanah dan air, yakni meliputi (1) Tahapan Penyiapan Lahan; (2) Tahapan Penanaman; (3) Pemeliharaan; (4) Panen; dan (5) Transportasi.
1. Tahapan Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan tidak lain adalah proses pematangan lahan, penempatan dan pembangunan fasilitas pendukung, pengolahan tanah sampai tanah siap tanam. Kegiatan pengelolaan tanah dan air pada tahap penyiapan lahan dapat meliputi :
a) Land Clearing
Tahap awal dari kegiatan pengelolaan tanah dan air adalah land clearing. Land clearing adalah perlakuan pembersihan permukaan tanah dari vegetasi ataupun tanaman pengganggu. Pada tahap penyiapan lahan kegiatan land clearing tidak selalu digunakan, tergantung keadaan dan jenis vegetasi yang menutupi tanah. Misalnya pada tanah-tanah yang sudah diusahakan, vegetasi penutup tanah yang ada hanya rumput, maka pembersihan rumput dapat sekaligus dilakukan dengan pengolahan tanah. Tetapi bila vegetasi penutup tanah adalah hutan ataupun semak belukar, land clearing mutlak diperlukan, seperti tanah bukaan baru. Teknik land clearing tidak hanya sekedar membersihkan vegetasi dari penutupan tanah, tetapi bagaimana kualitas land clearing ini dapat menunjang kegiatan selanjutnya dan tidak memberi dampak negatif baik terhadap jenis tanaman yang diusahakan maupun terhadap kerusakan tanah akibat land clearing. Akibat kekeliruan/kesalahan land clearing dapat membuat tanah menjadi rusak sebelum digunakan. Untuk itu teknik land clearing yang diterapkan pada setiap kondisi lahan harus benar, tepat dan efisien. Pemilihan teknik land clearing sangat ditentukan oleh faktor :
– Jenis dan keadaan vegetasi penutup tanah yang ada
– Keadaan topografi/kelerengan tanah
– Keadaan iklim/musim
– Jenis dan alat yang digunakan
– Target waktu penyiapan lahan
– Besarnya kemampuan modal untuk biaya land clearing

Secara umum teknik leand clearing dapat dibagi 5, yakni :
a1) Land clearing secara konvensional (tebang bakar)
a2) Land clearing secara mekanik
a3) Land clearing secara biologis
a4) land clearing secara kimia (Herbisida)
a5) Kombinasi antara beberapa teknik land clearing
a1) Land clearing secara konvensional
Tebang dan bakar adalah teknik land clearing pada lahan bervegetasi hutan yang biasanya diterapkan pada sistem perladangan. Vegetasi hutan yang ada ditebang dan setelah beberapa hari sesudah tebang lalu dibakar. Sistem tebang dan bakar tidak dibenarkan dalam land clearing, alasannya apa?
1) Untuk vegetasi hutan, dengan hanya penebangan pohon saja tanpa pembersihan tanggul pohon dan perakaran yang ada, belum dapat dikatakan land clearing. Karena land clearing membersihkan vegetasi dan sisa vegetasi baik yang ada dipermukaan tanah maupun yang ada dalam tanah, termasuk sisa-sisa akar yang ada dalam tanah. Jadi land clearing dengan hanya menebang pohon belum termasuk land clearing. Lima tahun kemudian tunggul pohon dan perakaran yang ada dalam tanah akan menjadi sumber hama dan penyakit tanaman, terutama untuk jenis tanaman perkebunan seperti penyakit jamur putih dan merah dan hama rayap dan kumbang. Namun untuk pertanaman dengan sistem perladangan ancaman hama penyakit relatif tidak berpengaruh karena setelah 2 tahun diusahakan akan pindah ke lahan bukaan baru, selain itu jenis tanaman yang diusahakan adalah jenis tanaman semusim.
2) Pembakaran sisa tebangan juga tidak dibenarkan.
Pembakaran sisa tebangan pada proses land clearing dapat berdampak negativ terhadap :
– Perubahan iklim mikro, yang memang sudah berubah karena penebangan pohon.
– Pembakaran sisa tanaman dapat mematikan organisme dan mikroorganisme tanah, yang berarti dapat merubah keadaan ekologi ataupun merubah ekosistem. Perubahan ekologi dan perubahan iklim mikro dapat terjadi suksesi organisme dan mikroorganisme tanah. Yakni dapat membuat terjadinya peledakan populasi jenis organisme dan mikroorganisme tertentu yang sebelumnya tidak menjadi hama, berubah menjadi hama dan penyakit yang berbahaya.
– Pembakaran sisa tebangan selain mengurangi suplai bahan organik ke dalam tanah, juga dapat mempercepat hilangnya unsur hara melalui penguapan karena pembakaran. Untuk mempercepat waktu penanaman maka pembakaran sisa tanaman harus dilakukan karena selain menghambat kegiatan lainnya juga dapat mengganggu pertanaman karena terjadinya persaingan dengan kegiatan/aktivitas mikroorganisme tanah.
Pada kegiatan land clearing setelah tebangan, bila dilakukan pembakaran atau tidak dilakukan pembakaran sama-sama mempunyai dampak langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi pertumbuhan tanaman. Jika land clearing disertai pembakaran karena ingin mempercepat pelaksanaan penanaman, sebaiknya sisa tanaman ditumpuk pada beberapa tempat tertentu lalu dibakar, jadi tidak dibakar pada seluruh permukaan tanah. Jika land clearing tanpa disertai pembakaran maka sisa tebangan yang ditumpuk pada tempat tertentu lalu disemprot dengan herbisida tertentu atau pestisida tertentu agar tidak menjadi inang hama penyakit tertentu yang sewaktu-waktu dapat meledak populasinya.
a2) Land Clearing secara mekanik dengan alat berat
Land clearing secara mekanik dengan menggunakan alat berat seperti traktor dan buldoser adalah teknik land clearing yang paling sempurna dan dapat diselesaikan dalam waktu relatif cepat, serta dapat mengatur waktu penyelesaian land clearing sesuai jadwal yang direncanakan. Dikatakan sempurna karena dengan alat berat dapat membersihkan tanah dai sisa tebangan (tunggul batang pohon), lalu dikumpulkan/ditumpukkan pada tempat tertentu sehingga tidak terlihat batang pohon atau sisa vegetasi yang berserakan di permukaan tanah, seperti pada land clearing sistem tebang bakar dengan menggunakan tenaga manusia. Karena kekuatan dan kecepatan tertentu yang dimiliki peralatan mekanik, maka waktu penyelesaian land clearing pada areal dengan luas tertentu dapat direncanakan relatif tepat waktu. Terlebih untuk mencapai target luas dalam waktu tertentu.
Selain kelebihan land clearing secara mekanik yang menggunakan alat berat juga mempunyai banyak kekurangan bila keliru menangani (mengaturnya), antara lain :
1) Land clearing secara mekanik dengan alat berat tidak efektif dan efisien bila dilakukan pada lahan yang berlereng > 15 %. Jadi hanya efektif pada tanah yang datar sampai agak miring. Untuk itu pula pada tanah berlereng > 15 % land clearing harus dilakukan dengan tenaga manusia.
2) Land clearing yang dilakukan pada musim hujan atau pada saat status air tanah lebih besar dari kapasitas lapang dapat menyebabkan terjadinya pemadatan tanah pada lapisan atas. Pemadatan tanah pada waktu land clearing maksimum terjadi pada status air tanah berlebihan (> Kapasita Lapang). Pemadatan tanah yang terjadi karena land clearing berarti, berarti karena land clearing tanah menjadi rusak sebelum digunakan. Dapat dibayangkan bagaimana kerugian yang ditimbulkan oleh land clearing yang biaya pelaksanaannya sangat mahal. Walaupun sempurna dan waktunya cepat, tetapi rusak sebelum dimanfaatkan. Oleh karena itu kegiatan land clearing tidak semudah orang bayangkan, apalagi yang mengatur pelaksanaannya, awam mengenai pengetahuan pengelolaan tanah dan air ataupun awam dengan pengetahuan konservasi. Kegiatan land clearing yang diborongkan kepada kontraktor memang dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu dam kualitasnya (kebersihannya) tinggi, tetapi dampak pemadatan tanah yang terjadi tidak pernah disadari, terlebih bila pengawas dan pimpronya sendiri tidak memiliki pengetahuan pengelolaan dan konservasi tanah, maka harapan untuk mencapai hasil produksi optimal akan sulit tercapai.
3) Hasil land clearing yang membongkar tanah karena pencabutan tunggul batang pohon, sehingga secara setempat-setempat muncul lapisan sub soil di permukaan tanah. Jika vegetasi hutan yang rapat pertumbuhannya, maka makin luas permukaan tanah yang terbongkar.
4) Land clearing secara mekanik dengan menggunakan alat berat dapat memberi peluang terjadinya erosi. Erosi yang terjadi semakin besar dengan semakin miringnya permukaan tanah dan semakin meningkat lagi bila terjadi pemadatan tanah dan pembongkaran tanah. Sedangkan land clearing tanpa pembongkaran tanah peluang terjadinya erosi sudah besar, karena sudah terbuka tanpa pelindung/penutupan vegetasi.
a3) Teknik Land Clearing Secara Biologis
Pembersihan lahan secara konvensional maupun secara mekanik dapat berdampak negatif terhadap tanah dan ekosistem lingkungan. Untuk itu yang paling tepat adalah teknik land clearing yang sifatnya ramah lingkungan, dalam hal ini secara bilogis. Hanya saja, land clearing secara biologis ini hanya efektif pada lahan yang bervegetasi rumput alang-alang ataupun jenis rumput lainnya, utamanya pada tanah berlereng. Sedang untuk lahan bervegetasi hutan ataupun jenis pepohonan tingkat tinggi, land clearing secara biologis tidak dapat diterapkan. Namun sesudah pembersihan pohon, lalu diberikan teknik land clearing secara biologis utamanya untuk menekan rumput atau gulma yang akan tumbuh.
Teknik land clearing secara biolgis tidak lain adalah teknik penanaman tanaman penutup tanah (cover crop) dari famili leguminosa seperti Calopogonium, Centrosoma, Stilosantus, Mucuna dan sebagainya. Keuntungan land clearing secara biologis meliputi :
1) Rumput alang-alang yang ada tidak dibersihkan dari permukaan tanah, jadi tanah tetap terlindung/tertutup oleh rumput alang-alang, yang dibersihkan hanya alur tempat penanaman tanaman cover crop selebar ± 30 cm. Jarak antar barisan alur 2 – 3 cm. Bila tanah berlereng, arah alur penanaman searah garis kontur. Dengan masih adanya rumput yang menutupi tanah, maka tanah masih tetap dilindungi dan tanaman pokok yang direncanakan sudah bisa ditanam (jenis tanaman perkebunan).
2) Jenis tanaman cover crop yang sudah tumbuh dan menekan rumput secara bertahap (melilit, menaungi rumput alang-alang) sehingga tidak dapat berfotosintesa dan akan mati.
3) Jenis tanaman cover crop berfungsi konservasi selain menekan rumput/gulma.
4) Jenis tanaman cover crop bersama sisa rumput alang-alang yang tertekan menjadi sumber bahan organik yang mensuplai tanah secara berkelanjutan sampai tanaman pokok yang diusahakan kembali menaungi tanaman penutup tanah.
5) Jenis tanaman cover crop dapat mempertahankan ataupun lebih memperbaiki iklim mikro tanah untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok.
6) Dengan semakin baiknya kondisi iklim mikro tanah dan semakin besarnya konstribusi bahan organik berarti dapat menjaga keseimbangan kelangsungan hidup organisme dan mikroorganisme tanah.
7) Konstribusi bahan organik tanaman penutup tanah dapat memperbaiki sifat biologis, fisik dan kimia tanah.
8) Land clearing secara biologis dapat menekan biaya land clearing maupun biaya pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan.
Walaupun teknik land clearing secara biologis sangat menguntungkan tetapi juga mempunyai kekurangan meliputi :
1) Tidak dapat diterapkan pada lahan bervegetasi hutan.
2) Relatif lambat, butuh waktu relatif lambat untuk menekan rumput alang-alang.
3) Dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit tertentu.
4) Tidak semua jenis tanah sesuai untuk jenis tanaman cover crop seperti tanah yang sangat masam ataupun tanah yang berdrainase jelek.
a4) Teknik Land Clearing Secara Kimia
Land clearing secara kimia yakni pembersihan vegetasi penutup tanah secara kimia seperti penyemprotan herbisida. Tentunya teknik land clearing efektif untuk lahan dengan vegetasi rumput seperti rumput alang-alang dan tentunya tidak efektif atau tidak diterapkan pada lahan yang bervegetasi hutan. Untuk keefektifan penggunaan suatu teknik land clearing sangat ditentukan oleh jenis vegetasi yang ada dan semuanya bermuara ke pertimbangan ekonomi lebih efisien dan pertimbangan lingkungan tidak merusak. Yang jelas teknik land clearing secara kimia jika keliru perencanaannya tentunya akan berdampak negatif terhadap ekosistem ataupun secara ekonomi tidak menguntungkan karena input biaya bisa lebih tinggi dari penggunaan teknik land clearing lainnya. Teknik land clearing secara kimia biasanya diterapkan pada lahan yang sudah dibuka atau lahan yang sudah dimanfaatkan ataupun pada lahan baru akan dibuka, tetapi vegetasinya adalah rumput alang-alang. Dampak negatif yang bisa ditimbulkan akibat land clearing secara kimia antara lain :
1) Bahan kimia yang digunakan selain dapat mematikan perumputan ataupun gulma juga dapat mematikan beberapa jenis organisme dan mikroorganisme tanah, sehingga dapat membuat keseimbangan ekologi dapat terganggu.
2) Bahan kimia yang digunakan bila tidak dapat terurai sempurna tentunya dapat terakumulasi dalam tanah.
3) Bahan kimia yang digunakan yang selektif sifatnya, dapat membunuh jenis gulma yang muncul sebagai tanaman pengganggu.

Namun demikian bila teknik land clearing secara kimia ini dilakukan secara benar, tepat dan efisien tentunya akan memberikan hasil yang optimal dalam mempersiapkan tanah untuk pertanaman serta tidak relatif berdampak negatif.
Untuk itu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk penerapan land clearing secara kimia meliputi :
1) Vegetasi yang ada meliputi rumput pengganggu
2) Jenis bahan kimia yang digunakan yang sifatnya mudah terurai dan selektif
3) Dosis dan waktu yang tepat untuk aplikasi
4) Cara pemberian
5) Interval/frekuensi waktu aplikasi

Kelebihan land clearing secara kimia tidak dilakukan pembersihan vegetasi rumput, dengan demikian tanah tetap tertutupi rumput. Ancaman kerusakan tanah karena erosi masih dapat dihindari, walaupun penanaman tanaman pokok dilakukan. Keuntungan lainnya, suplai bahan organik dari vegetasi rumput yang telah mati.
a5) Kombinasi Teknik Land Clearing
Kadang penerapan teknik land clearing tidak memuaskan karena kondisi lahan yang kompleks sehingga perlu dikombinasikan dengan teknik land clearing yang lain. Seperti kombinasi antara teknik land clearing secara mekanik akan efektif bila disertai teknik land clearing secara kimia atau secara biologis. Utamanya untuk pencegahan tumbuhnya kembali gulma untuk jangka waktu minimal tanaman pokok yang telah ditanam sudah tumbuh dan sudah cukup bersaing dengan gulma.
Pada lahan bervegetasi rumput alang-alang yang diland clearing secara mekanik karena pertimbangan waktu penyiapan lahan yang mendesak dilaksanakan pada musim hujan, kadang disertai penyemprotan herbisida untuk menekan rumput yang tumbuh kembali.
Pada lahan bervegetasi hutan dan mempunyai kelerengan lebih 15 %, tentunya sudah sulit diaplikasikan land clearing secara mekanik, lebih tepat bila dilakukan land clearing secara konvensional (tebangan dengan menggunakan tenaga manusia menggunakan Chainsaw), disertai land clearing secara biologis, tanpa pembakaran sisa tebangan ataupun pembakaran terbatas pada tempat-tempat tertentu. Salah satu contoh land clearing secara mekanis disertai cara biologis (tanaman cover crop) pada lahan bervegetasi hutan dengan kelerengan lebih 15 % untuk penanaman jenis tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, kakao, cengkeh, karet, kopi dan sebagainya, dengan tahapan sebagai berikut :
1) Pohon ditebang dengan arah pemotongan dibuat searah garis kontur, agar pohon rebah memanjang searah garis kontur (melintang arah kemiringan). Batang pohon terletak melintang di permukaan tanah searah kontur, yang berarti batang pohon hasil tebangan berfungsi sebagai teras yang menahan arus aliran permukaan.
2) Pohon hasil tebangan dipotong lagi menajdi beberapa potongan yang diperkirakan bisa diangkat oleh tenaga manusia. Cabang dan ranting dipisah dari batang utama. Cabang dan ranting dipotong kecil-kecil sepanjang ± 1 meter atau kalau bisa lebih pendek lebih baik.
3) Semua hasil tebangan pohon-pohon dikumpulkan secara strip kontur selebar ± 1/2 meter – 1 meter. Jarak antara strip tergantung kelerengan dan panjang lereng serta jenis tanaman pokok yang akan ditanam. Hasil tebangan pohon yang diletakkan secara strip kontur dapat berfungsi teras untuk mengantisipasi ancaman erosi karena tanah mulai terbuka. Kalau pembakaran harus terpaksa dilakukan karena alasan tertentu, seperti waktu tanam yang mendesak, maka yang dibakar hanya hanya ranting/cabang hasil tebangan yang biasanya menghalangi kelancaran kegiatan pertanaman dan dilakukan hanya pada strip yang telah dibuat. Batang pohon yang berdiameter lebih 30 cm sangat efektif menahan erosi, bila diletakkan searah garis kontur.
4) Penanaman tanaman penutup tanah jenis legum diletakkan secara strip persis bagian bawah lereng dari peletakan sisa tebangan yang juga dalam strip searah garis kontur.

Gambar : Batang pohon hasil tebangan yang tidak terarah Gambar : Letak batang pohon hasil tebangan searah kontur

Gambar : Pengumpulan batang pohon hasil tebangan pada strip kontour selebar ± 1 m, dengan jarak antara strip antara 15 – 30 m tergantung kelerangan, panjang lereng, kerapatan pohon dan jenis tanaman pohon yang ditanam Gambar : Penanaman tanaman Cover crop secara strip kontour tepat disisi bagian bawah lereng secara strip batang pohon hasil tebangan

5) Fungsi konservasi tanaman cover crop
Jika sesudah land clering dan penanaman tanaman pokok belum dilakukan maka tanaman cover crop yang segera mungkin ditanam sesudah land clearing akan berfungsi menutupi seluruh permukaan tanah, mempercepat penutupan tanah setelah terbuka karena land clearing, selanjutnya juga berfungsi untuk menghambat/mencegah tumbuhnya gulma sebelum tanah ditanami. Kelangsungan siklus hara tanah tetap dapat berlangsung dengan adanya tanaman cover crop.
Kaitan land clearing dengan pengelolaan tanah dan air antara lain:
1) Setiap penggunaan lahan utamanya di sektor pertanian, mutlak diperlukan land clearing utamanya lahan bervegetasi hutan, merupakan tahapan awal dari tindakan pengelolaan tanah dan air.
2) Land clearing termasuk kegiatan pengelolaan tanah dan air yang butuh biaya relatif tinggi dan pada kondisi lahan tertentu dapat menjadi biaya investasi yang tinggi dibandingkan tahapan kegiatan pengelolaan tanah dan air.
3) Waktu pelaksanaan land clearing relatif lama dan pada kondisi lahan tertentu termasuk kegiatan yang membutuhkan waktu terlama dibandingkan tahapan kegiatan pengelolaan lainnya.
4) Kegiatan land clearing tidak sekedar membersihkan vegetasi dipermukaan saja tetapi termasuk tunggul batang dan perakaran yang ada dalam tanah, tunggul batang pohon dan akar yang tidak dibersihkan, 4 – 5 tahun kemudian dapat menjadi sumber hama penyakit bagi tanaman pokok yang dapat mematikan (mati berdiri) akibat serangan jamur/fungi (putih/merah) atau rayap dan hama kendi/kumbang pada perakaran tanaman pokok yang diusahakan dan nampak setelah umur tanaman 4 – 5 tahun. Jika terjadi hal demikian berarti sangat fatal atau menimbulkan kerugian yang besar karena tanaman mati berdiri setelah berumur 4 – 5 tahun. Utamanya penyakit jamur putih/merah yang berada dalam tanah sangat sulit diberantas. Bila dilakukan penggantian tanaman, dengan kata lain penanaman ulang percuma saja karena tetap akan dimatikan oleh jamur merah atau putih. Salah satunya jalan diadakan penggantian jenis komoditi yang tidak dipengaruhi oleh penyakit jamur putih. Salah satu contoh kasus, kesalahan land clearing pada perkebunan karet di Kabupaten Mamuju, yang membuat ratusan hektar per tahun yang mengalami kematian setelah berumur 5 tahun. Untuk itu perkebunan karet yang telah ditanami seluas 2000 ha terpaksa dikonversi menjadi perkebunan sawit. Tanaman sawit termasuk salah satu jenis tanaman yang toleran terhadap penyakit jamur putih dan merah (resisten). Untuk itu pengolahan land clearing harus dilaksanakan secara benar efektif dan efisien.
5) Akibat pengelolaan land clearing yang keliru dapat membuat tanah menjadi rusak sebelum dimanfaatkan dan kalau ini terjadi maka sangat fatal yakni sangat merugikan. Hal ini sering terjadi pada banyak proyek pembangunan (seperti proyek transmigrasi), yang awalnya berdasarkan hasil survey evaluasi kebanyakan lahan termasuk sangat berpotensi, namun setelah ditempati warga trans (digunakan) menjadi tidak produktif. Ternyata setelah ditelusuri faktor penyebabnya adalah kekeliruan pada proses land clearing. Untuk itu land clearing mencapai target luas sesuai target waktu yang diterapkan perlu direncanakan secara benar dan tepat.
Kerusakan tanah yang dapat terjadi karena land clearing adalah sebagai berikut:
a) Periode/tenggang waktu yang selalu lama antara waktu, sesudah land clearing dan waktu penanaman (pembangunan) membuat selalu terbuka tanpa pelindung. Untuk itu peluang waktu tanah mengalami erosi besar terlebih pada lahan berlereng.
b) Terjadi pemadatan tanah kalau land clearing dilakukan secara mekanis dengan alat berat pada musim hujan.
c) Terjadi pembongkaran tanah pada tempat-tempat tertentu dari pohon yang dirobohkan bersama perakarannya.
d) Terjadi perubahan iklim mikro.
e) Aktivitas kegiatan dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme dan bahan organik berlangsung intensif, membuat kadar bahan organik merosot lebih cepat.

Land Lavelling

Tahapan kedua pengelolaan tanah dan air untuk pembangunan pertanian adalah land lavelling. Sesudah land clearing dilakukan kegiatan land lavelling yakni meratakan permukaan tanah sampai datar. Pada tanah yang tergolong datar secara mikro permukaan tanah itu tidak ada yang 100% datar, tetapi berombak sampai bergelombang. Untuk penggunaan lahan tertentu seperti pencetakan sawah, pembuatan tambak, rumah, atau bangunan. Dengan demikian dalam penggunaan lahan utamanya tanah bukaan baru tidak selalu diperlukan land lavelling tergantung peruntukannya. land lavelling dengan mempergunakan alat berat seperti”Grader” atau buldoser mengupas bagian tanah yang lebih tinggi dan menimbun bagian tanah yang lebih rendah sehingga permukaan tanah menjadi datar (cut and fill). Karena terjadi pengupasan dan penimbunan tanah maka permukaan tanah baru adalah lapisan sub soil yang rendah kesuburannya, yang bila ditanami tentunya hasil yang akan diperoleh tidak seperti tanah yang sebelum land lavelling.
Pada lahan yang tergolong datar (0 % – 3%) namun kondisi mikro topografi termasuk berombak/bergelombang membuat setempat-setempat akan tergenang bila hujan ataupun diberi air irigasi, dan lahan demikian drainase permukaannya sangat jelek. Dengan demikian land lavelling diperlukan pada lahan dengan drainase permukaan lambat karena kondisi mikro topografinya.

Tujuan dan kepentingan land lavelling :
1) Meratakan permukaan tanah untuk kepentingan usaha pertanian jenis tanaman semusim, perumahan, pencetakan sawah, tambak, pembuatan sistem irigasi permukaan.
2) Meratakan permukaan tanah untuk memperbaiki drainase permukaan.
3) Meratakan permukaan tanah dapat memperlancar kegiatan kelangsungan pertanaman untuk skala besar dengan mempergunakan alat mekanis
4) Pengaturan jarak tanaman utnuk mencapai populasi tanaman dalam jumlah optimal.

Disamping keuntungan land lavelling, semua hubungan dengan land clearing, jika keliru dikelola akan berdampak negatif antara lain:
1) Land lavelling dengan mempergunakan alat berat yang dilakukan pada musim hujan dapt mwenyebabkan pemadatan tanah.
2) Land lavelling yang mekanisme kerjanya mengupas dan menimbung (cut and fill) tanah, dapat membuat lapisan sub soil yang menjadi permukaan tanah, berarti dapat menurunkan produktifitas.
3) Land lavelling membutuhkan anggaran yang besar dan waktu relatif lama sehingga memperbesar input biaya produksi.

Land Cleaning

Land cleaning menghaluskan permukaan tanah yang miring, sama dengan land levelling tidak semua lahan setelah land clearing diperlukan land cleaning. Permukaan tanah berlereng yang tidak mulus untuk jenis tanaman semusim yang dilakukan secara mekanis perlu dimuluskan (diperhalus) agar alat mekanis dapat lebih lancar bergerak dengan barisan yang lurus (mulus).

Pembangunan Infrastruktur Pertanian

Untuk mendukung keberhasilan pengelolaan tanah dan air dalam pembangunan pertanian diperlukan fasilitas kemudahan dan pendukung dalam hal ini infrastruktur pertanian meliputi jalan pertanian (farm road), jaringan drainase dan jaringan irigasi. Sesudah land clearing, land levelling/land cleaning, selanjutnya dibangun infrastruktur sebelum tahap pengolahan tanah. Kadang pembangunan infrastruktur pertanian langsung dibangun setelah selesai land clearing. Kebanyakan pembangunan pertanian, kebutuhan fasilitas infrastruktur kurang diperhatikan bahkan diabaikan. Nanti setelah terjadi masalah kegagalan panen karena banjir atau kerusakan pertanaman karena tererosi, keterlambatan bahan saprodi atau keterlambatan pengangkutan hasil panen karena kesulitan angkutan dan sebagainya.
Setelah pembersihan lahan dari vegetasi (untuk tanah bukaan baru) barulah nampak keadaan permukaan tanah yang sesungguhnya dan pada saat itu dibuat desain fasilitas kebutuhan infrastruktur secara benar dan tepat untuk mencapai efisiensi dan kemudahan pelaksanaan kegiatan pertanaman secara berkelanjutan. Untuk pembangunan pertanian Agrostate (perusahaan pertanian/perkebunan skala besar lebih 1.000 ha), pembangunan infrastruktur harus direncanakan secara benar dan tepat dan diperhitungkan sebagai biaya investasi (modal dasar). Sedangkan untuk pembangunan pertanian/perkebunan rakyat yang harus merencanakan pembangunan infrastruktur pertanian adalah pemisahan daerah yang pengembalian modalnya dapat ditarik dari pajak pendapatan dari peningkatan pendapatan karena adanya fasilitas infrastruktur pertanian.
Peletakan dan pembuatan fasilitas infrastruktur utamanya jaringan jalan selalu berdampingan dengan jaringan drainase dan jaringan irigasi. Namun peletakan jaringan irigasi hanya diperuntukkan untuk persawahan sedangkan untuk pertanian lahan kering baik pada tanah datar maupun pada tanah berlereng jaringan jalan dan jaringan drainase selalu dibutuhkan utamanya bila berskala luas > 1.000 ha. Keuntungan dan kepentingan fasilitas infrastruktur pertanian antara lain adalah sebagai berikut :
1) Kepentingan fasilitas jaringan jalan pertanian (farm road)
kemudahan (petani) untuk mencapai lokasi usaha pertanian dari rumah tempat tinggal dapat mendorong untuk lebih sering melaksanakan kegiatan usaha taninya bila ada sistem jaringan jalan pertanian. Kepentingan fasilitas jaringan jalan pertanian dapat meliputi :
a) Memperlancar kegiatan aktivitas di pertanaman
b) Meningkatkan motivasi petani untuk perawatan dan pemeliharaan tanaman, setiap saat dapat mengunjungi pertanamannya dan dapat lebih lama berada di lokasi pertanamannya.
c) Mengintensifkan pengawasan kondisi pertumbuhan tanamannya
d) Memperlancar dan mempermudah transportasi kebutuhan saprodi dan pengangkutan hasil panen. Mengurangi kekhawatiran kerusakan panen bila tiba-tiba terjadi hujan pada saat hasil panen belum diangkut pulang.
e) Menunjang penggunaan alat angkutan (transportasi) ada berbagai alternatif alat angkut yang dapat dipergunakan
2) Kepentingan fasilitas jaringan drainase
a) Jaringan drainase yang dibuat pada areal pertanian yang selalu berdampingan sistem jaringan jalan berfungsi memelihara kondisi jalanan dari kerusakan karena pengaruh genangan terlebih bila kualitas jalan sangat rendah utamanya pada jalan tanah yang diperkeras.
b) Adanya sistem drainase dalam areal pertanian dapat mengendalikan kelebihan air karena hujan ataupun kelebihan air irigasi. Untuk sistem drainase yang didesain secara benar dan tepat serta terawat dengan baik dapat berfungsi mencegah kerusakan pertanaman karena kelebihan air yang dapat meggenangi areal pertanaman.
c) Adanya fasilitas drainase dalam areal pertanian dapat memperlancar kegiatan pertanian walaupun terjadi hujan, seperti pengolahan tanah, pemupukan, pemeliharaan tanaman serta memperlancar arus transportsi.
d) Adanya fasilitas drainase dapat lebih mendukung tercapainya hasil produksi sesuai tahapan yang lebih optimal
e) Adanya fasilitas drainase yang didesain secara benar dan tepat dapat berfungsi konservasi agar keawetan tanah dapat terus dipertahnakan untamanya pada kondisi lahan yang berlereng
f) Dengan adanya fasilitas drainase dapat mengatur jadwal waktu setiap tahapan kegiatan pertanaman sesuai pola tanam yang diterapkan.

Begitu pentingnya pembangunan sistem jaringan drainase dalam areal pertanian, namun untuk areal pertanian yang sudah terbangun terlebih pada pertanian rakyat agaknya sudah sulit dibangun karena sebagian besar petani tidak merelakan sebagian tanahnya terambil untuk pembuatan saluran drainase. Pertanian dalam bentuk perusahaan (agrostate) mudah mendesain dan membangun fasilitas drainase secara benar dan tepat.
Kesulitan pembangunan fasilitas infrastruktur pertanian di areal pertanian rakyat termasuk fasilitas irigasi, sama sulitnya pembangunan fasilitas infrastruktur pada daerah pemukiman yang telah terbangun di perkotaan.

3) Kepentingan fasilitas Irigasi (dibicarakan pada mata kuliah Hidrologi/Irigasi)

Keberhasilan pembangunan pembangunan pertanian akan sulit tercapai bila dalam areal/lokasi pertanaman tidak dilengkapi dengan fasilitas infrastruktur pertanian. Harapan untuk mencapai hasil produksi pertanian secara optimal dan berkelanjutan akan sulit tercapai karena semua jenis kegiatan pelaksanaan di lapangan yang benar, tepat dan efisien sulit diterapkan, selain itu resiko ancaman kegagalan panen akan lebih tinggi.

Land consolidation adalah suatu konsep/program menfasilitasi suatu hamparan areal pertanian yang status pemilikannya dikuasai sejumlah petani/pemilik yang bervariasi bentuk dan luasnya secara jujur dan adil. Program ini, tidak ada pemilik yang dirugikan bahkan semua diuntungkan karena adanya fasilitas infrastruktur pertanian, walupun luas pemilikan lahannya semuanya dikurangi secara proprsional karena digunakan sebagai tempat untuk membangun fasilitas yang telah direncanakan. Jadi Land consolidation adalah suatu program rehabilitasi lahan yang telah ternagun untuk meningkatkan fungsinya atau nilainya (ekonimi dan produktivitas) dengan jalan memberikan fasilitas infrastruktur. Program ini hanya bisa dilaksanakan bila ada kesepakatan antara semua pemilik lahan.
Proses pelaksanaan program ini butuh waktu yang lama baik untuk mendapatkan kesepakatan maupun dalam pelaksanaan kegiatan. Bentuk dan prosedur pelaksanaan meliputi :
a) Pengukuran dan penggambaran secara detail benar dan tepat mengenai bentuk dan ukuran luas, tata letak dari setiap pemilik tanah dalam suatu peta lokasi yang direncanakan.
b) Pembuatan administrasi yang lengkap mengenai surat bukti yang dipegang oleh pemilik tanah bahwa tanah yang dimiliki sebelum program sekian luasnya sesuai hasil pengukuran. Porsi luas yang dikurangi dari setiap luas tanah yang dimiliki (yang telah disepakati) akan menjadi sekian. Letak tanah tidak berubah, hanya bentuk dan ukurannya yang berubah.
c) Peta hasil pengukuran tata letak, bentuk dan ukuran luas masing-masing pemilik dari semua pemilik tanah yang ikut dalam program, didesain untuk menempatkan semua fasilitas infrastruktur yang direncanakan secara benar dan tepat/efisien. Selanjutnya didesain tata letak, bentuk dan ukuran luas tanah yang baru dari setiap pemilik.
d) Berdasarkan perubahan tata letak, bentuk dan ukuran luas tanah yang baru dari setiap pemilik dibuatkan sertifikat tanah yang baru.

Walaupun tujuan program ini sangat baik, namun di Indonesia belum banyak diterapkan karena alasan modal pembiayaan maupun alasan masih terbatasnya tingkat pemahaman masyarakat petani, selain itu diperlukan pengetahuan yang cukup untuk mendesain kembali tata letak, bentuk dan ukuran luas secara proporsional yang benar dan tepat, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

Pengolahan Tanah (Soil Tillage)

Kegiatan pengolahan tanah dilakukan setelah land clearing, land levelling, land cleaning dan setelah pembangunan fasilitas pendukung seperti jalan, saluran drainase/irigasi. Pengolahan tanah adalah tindakan mekanik pada tanah sebagai upaya memanipulasi kondisi tertentu tanah untuk menghasilkan seedbed dan rootbed yang optimal untuk mendukung start awal pertumbuhan sampai mencapai produksi.
Seedbed adalah hasil kualitas olahan tanah yang optimal mendukung perkecambahan tanaman, termasuk untuk tempat persemaian ataupun untuk pertanamn yang menggunakan benih (biji) yang langsung ditanam seperti jenis kacang-kacangan, jagung dan sebagainya. Untuk jenis tanaman ini seedbed langsung berfungsi rootbed. Rootbed adalah kualitas hasil olahan tanah yang optimal mendukung pertumbuhan dan perkembangan sistem perakaran tanaman. Rootbed untuk persyaratan kebutuhan jenis tanaman semusim dan kebutuhan tanaman tahunan sangat berbeda.
Rootbed untuk kebutuhan tanaman semusim, seluruh atau sebagian permukaan tanah diolah, makin singkat umur suatu tanaman makin sempit dan dangkal sistem perakarannya dan makin halus, untuk itu semakin ideal kondisi rootbed yang dibutuhkan. Namun kondisi ideal rootbed tidak selalu dengan pengolahan tanah yang intensif. Sedangkan rootbed untuk jenis tanaman tahunan adalah pembuatan lubang tanaman, dengan kata lain kualitas rootbed untuk jenis tanaman tahunan ditentukan oleh besarnya ukuran lubang dan kualitas media yang dijadikan sebagai bahan untuk menimbun lubang tanaman.
Untuk itu pengelolaan tanah dan air dalam kaitannya dengan pengolahan tanah untuk menghasilkan seedbed/rootbed yang optimal pada prinsipnya harus benar, tepat dan efisien. Persyaratan pengolahan tanah yang benar, tepat, efisien untuk menghasilkan seedbed/rootbed yang optimal banyak faktor yang harus dipertimbangkan, yakni meliputi :
1) Sifat karakteristik jenis tanaman yang diusahakan
2) Karakteristik lahan yang dijadikan lokasi penanaman
3) Teknik pengolahan yang tepat, benar dan efisien
4) Luas tanah yang diusahakan
5) Waktu tanam yang direncanakan
6) Fasilitas pendukung yang ada
7) Bentuk dan desain pertanaman yang direncanakan
8) Sistem pertanaman yang diterapkan
9) Permodalan (anggaran biaya)
Sebelum lebih jauh menguraikan faktor yang menentukan untuk menghasilkan kualitas hasil olahan (seedbed/rootbed) yang benar, tepat dan efisien, perlu dikaji secara detail apa yang sesungguhnya menjadi tujuan dan kepentingan pengolahan tanah, serta apakah ada dampak negatif yang diakibatkan karena pengolahan tanah.
Secara umum tujuan dan kepentingan pengelolaan tanah adalah untuk mencapai kondisi yang ideal (optimal) agar perkecambahan benih dapat berlansung cara optimal dan untuk mencapai kodisi yang optimal bagi kemudahan pertumbuhan dan perkembangan sistem perakaran yang optimal menyerap air, unsur hara, O2 agar dapat menopang pertumbuhan dan perkembangan bagian atas tanaman (bila lingkungan atmosfer optimal) yang seimbang dan selanjutnya dapat memberi hasil yang optimal sesuai yang diharapkan. Dengan demikian pengolahan tanah tidak lain adalah usaha manipulasi kondisi tanah yang jelek (yang tidak dapat mendukung perkecambahan dan pertumbuhan/perkembangan akar secara optimal) atau yang kurang mendukung perkecambahan dan pertumbuhan/perkembangan sistem perakaran.
Berdasarkan tujuan dan kepentingan pengolahan tanah maka pengolahan tanah dapat memperbaiki kondisi perkecambahan dan pertumbuhan/perkembangan akar melalui perbaikan :
a) Pengolahan tanah untuk memperbaiki tata air dan tata udara tanah (drainase dan aerasi tanah) sehingga mencapai kondisi ketersediaan air dan O2 yang seimbang dalam tanah
b) Pengolahan tanah untuk memecahkan struktur tanah yang kompak dan padat baik yang ada di lapisan top soil maupun yang ada di lapisan sub soil yang menghambat sistem pertumbuhan dan perkembangan sistem perakaran tanaman
c) Pengolahan tanah bertujuan untuk menekan tanaman pengganggu atau gulma. Namun untuk memberantas ataupun menekan gulma dapat dilakukan dengan tanpa pengolahan tanah seperti penggunaan herbisida ataupun secara biologis.
d) Pengolahan tanah bertujuan untuk melepaskan gas-gas yang dapat meracuni perakaran tanaman seperti CO2, CH4, CH3, dan H2S yang terperangkat dalam lapisan tanah.
e) Pengolahan tanah bertujuan untuk meningkatkan aktvitas kehidupan mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik agar siklus unsur hara tetap berlangsung.
f) Pengolahan tanah bertujuan untuk melonggarkan tanah yang berarti memeperbaiki porositas tanah yang dapat memperbesar daya infiltrasi tanah.
g) Pengolahan tanah dalam (deep plowing) bertujuan selain memperbaiki struktur tanah lapisan subsoil juga bertujuan untuk mengangkat unsur hara yang terakumulasi pada lapisan sub soil ke permukaan tanah agar dapat diserap oleh perakaran
h) Pengolahan tanah yang berarti memutuskan kapiler tanah dan hasil olahan tanah yang berada dipermukaan tanah dapat berfungsi sebagai mulsa, maka pengolahan tanah dapat menekan besarnya evaporasi.
Memperhatikan tujuan dan kepentingan pengolahan tanah untuk menunjang keberhasilan usaha pertanian, namun pengolahan tanah dapat membuat terjadinya kerusakan tanah sebagai akibat dampak negatif dari pengolahan tanah. Tentu saja tidak berarti bahwa satu kali pengolahan tanah dapat langsung merusak tanah, tetapi pengolahan tanah secara terus menerus dapat menurunkan fungsi produksi tanah sampai pada tingkat tanah tidak lagi mampu dapat berfungsi. Untuk itu pengolahan tanah yang dilakukan secara tidak benar dan tidak efektif secara terus-menerus dapat menurunkan fungsi tanah. Jadi tanah dikatakan rusak karena pengolahan tanah bila tanah tersebut tidak lagi berfungsi sebagai faktor produksi. Untuk itu pula dapat dipertanyakan mengapa pengolahan tanah dapat menurunkan fungsi produksi tanah atau merusak tanah. Untuk mengetahui hal ini maka perlu ditelusuri apa yang terjadi pada tanah karena pengolahan tanah.
1) Setiap pengolahan tanah membuat tanah terbuka tanpa pelindung dan bila terjadi hujan berarti dispersi tanah akan terjadi oleh pukulan tetesan hujan. Dispersi tanah secara fisik oleh pukulan hujan berarti terlepasnya ikatan agregat tanah (struktur tanah) yang berarti pula mudah hanyut atau mudah terangkut bila bersamaan terjadi aliran permukaan dan akhirnya erosi dapat berlangsung.
2) Tindakan pengolahan tanah dengan alat pengolah tanah sebenarnya terjadi dispersi secara mekanik. Pembongkaran tanah dan penghancuran struktur tanah menjadi hasil olahan sebagai seedbed/rootbed adalah struktur tanah yang berukuran lebih halus. Jadi perlakuan pengolahan tanah, tanah sengaja dilepaskan dari ikatan struktur yang ada secara mekanik melalui alat pengolahan tanah. Bila pengolahan tanah lebih sering dilakukan secara intensif berarti semakin sering pula dispersi mekanik terjadi. Dispersi secara mekanik akan dipercepat lagi oleh dispersi fisik dari pukulan tetesan air hujan dan selalnjutnya mudah dihanyutkan oleh aliran permukaan bila curah hujan yang terjadi melampau daya infiltrasi.
3) Pengolahan tanah yang memperbaiki kondisi tanah tidak hanya mendukung perkecambahan dan pertumbuhan/perkembangan perakaran tanaman, tetapi juga memberi kondisi yang baik untuk mendukung aktivitas organisme dan mikroorganisme tanah dalam proses dekomposisi bahan organik termasuk humus. Dengan demikian pengolahan tanah dapat menurunkan kadar bahan organik tanah. Semakin sering dan semakin intensif pengolahan tanah semakin cepat pula kadar bahan organik tanah menurun, bila tidak ada tambahan/suplai bahan organik ke dalam tanah. Jika kadar bahan organik tanah menjadi rendah maka ikatan partikel dan ikatan agregat tanah semakin lemah. Ikatan agregat yang lemah berarti ikatan struktur tanah menjadi labil dan selanjutnya semakin mudah terdispersi, berarti semakin mudah pula tererosi. Bahan organik tanah dalam bentuk humus adalah bahan pengikat/perekat partikel/agregat yang paling mantap yang membuat struktur tanah menjadi mantap dan selanjutnya membuat tanah resisten terhadap erosi. (Bahan pengikat partikel/agregat tanah yang lain?).
4) Setiap tindakan pengolahan tanah membuat terjadinya pemadatan tanah tepat di bawah tapak alat pengolah yang digunakan dari :
– Plow sole = Pemadatan tanah karena tekanan pada tanah melalui tapak alat bajak.
– Harrow sole = Pemadatan tanah karena tekanan pada tanah melalui tapak alat penggaruk tanah (harrow).
– Subsoiler sole = Pemadatan tanah karena tekanan pada tanah melalui tapak alat subsoiler.
Pemadatan tanah akibat pengolahan tanah terutama bila dilakukan secara mekanis tidak hanya disebabkan oleh tekanan (gaya berat) dari alat pengolah yang bertumpuk tepat di bawah tapak olah, tetapi pemadatan juga terjadi karena tekanan dan gaya berat dari kendaraan yang digunakan yang bertumpuk pada roda/ban. Pemadatan tanah yang diakibatkan tapak roda/ban kendaraan disebut traffick sole. Dengan demikian pemadatan tanah karena pengolahan tanah secara mekanis dapat disebabkan karena alat pengolah dan karena roda/ban kendaraan. Pemadatan tanah yangh ditimbulkan karena pengolahan tanah kurang mendapatkan perhatian karena tidak nampak. Hasil olahan yang dipermukaan tanah tidak memperlihatkan adanya pemadatan tanah tepat di bawah lapisan hasil olahan tanah secara mekanik akan lebih padat bila :
– Alat pengolah dan kendaraan yang digunakan semakin berat.
– Tanah semakin sering diolah pada kedalaman olahan tanah yang selalu sama setiap waktu pengolahan tanah.
– Pemadatan tanah akan semakin meningkat bila status kadar air tanah semakin besar dari kapasitas lapang. Tanah dengan status kadar air yang semakin tinggi yang mencapai puncaknya bila kadar air di atas kapasitas lapang karena daya dukung mekanik tanah semakin rendah.
– Pemadatan tanah akan semakin meningkat dengan semakin rendah kadar bahan organik tanah maka semakin rendah pula daya dukung mekanik tanah.
Pemadatan tanah akibat pengolahan tanah dapat merusak fungsi tanah baik sebagai faktor produksi maupun fungsinya sebagai tempat berlangsungnya siklus hara. Siklus hidup organisme/mikroorganisme tanah, serta fungsinya sebagai salah satu mata rantai berfungsinys siklus hidrologi dan fungsi sebagai bagian dari lingkungan. Yang jelas bahwa adanya pemadatan tanah akibat pengolahan tanah berarti dapat membatasi pertumbuhan/perkembangan sistem perakaran, dapat menghambat perkolasi tanah, membatasi kedalaman lapisan olah, dapat memperbesar aliran permukaan, pada tanah relatif datar pemadatan tanah dapat memperburuk drainase tanah dan membuat tanah mudah tergenang. Untuk pemadatan tanah akibat pengolahan tanah yang keliru (tidak benar dan tidak tepat) dapat menurunkan produktivitas tanah ataupun menurunkan fungsi produksi tanah yang berarti dapat merugikan karena selain karena hasil produksi yang diperoleh semakin rendah, juga rugi karena pengolahan tanah termasuk salah satu input biaya produksi yang tergolong tinggi. Bila demikian maka akan muncul pertanyaan, pengolahan tanah tidak diperlukan karena akan merusak tanah ?
Pemadatan tanah karena pengolahan tanah untuk pencetakan sawah baru ataupun untuk persawahan yang ada justru menghendaki terjadinya pemadatan. Semakin padat tanah pada lapisan di bawah lapisan olah pada tanah sawah semakin menguntungkan dan semakin sesuai untuk pengembangan padi sawah. Pembentukan lapisan tanah padat tepat di bawah lapisan olah sengaja dibentuk. Teknik pengolahan tanah (soil tillage) yang benar, efektif, efisien dan optimal.
Pengolahan tanah yang benar, efektif dan efisien serta optimal untuk mendukung pertumbuhan dan pencapaian hasil produksi dan tidak menimbulkan terjadinya kerusakan tanah, serta dengan biaya pengolahan seminimal mungkin dalam waktu yang tepat sesuai jadwal waktu dan target luas yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan pengolahan tanah, banyak faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain :
1) Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan meliputi karakteristik iklim, topografi/kelerengan, keadaan batuan serta karakteristik vegetasi dan tanah serta fasilitas.
a) Kaitan pengolahan tanah dengan karakteristik iklim, utamanya curah hujan bulanan. Pada prinsipnya pengolahan tanah dilakukan pada bulan-bulan kurang hujan ataupun sama sekali tidak ada hujan. Kondisi air tanah berlebihan karena hujan memperlambat kegiatan pengolahan tanah dan kualitas hasil olahan yang jelek terutama bila kadar liat tanah semakin tinggi (kenapa?).
b) Kaitan topografi/kelerengan dengan pengolahan tanah. Tanah dengan kelerengan > 15 % , tidak lagi dianjurkan untuk diolah secara mekanis karena selain ancaman terjadinya kerusakan tanah juga karena bahaya terbaliknya kendaraan pengolah yang digunakan, pada prinsipnya pengolahan tanah pada tanah berlereng yang penting adalah arah pengolahan tanah.
Arah pengolahan tanah pada tanah berlereng dilakukan searah garis kontur (tidak harus persis arah kontur) atau arah memotong kemiringan permukaan tanah, terutama bila diolah dengan alat bajak. Hasil olahan dengan alat bajak atau berbentuk alur (dead fureous) dengan guludan (back fureous).
Terbentuk dead fureous yang searah dengan kemiringan lereng, berarti sengaja membuat alur tempat air mengalir. Yang berarti pula membuat konsentrasi aliran permukaan terjadi, selanjutnya menjadi kuat untuk mengikis dan mengangkut tanah ke arah bawah lereng. Untuk itu arah pengolahan tanah pada tanah berlereng sangat penting diperhatikan karena dampak pengolahan tanah terhadap ancaman kerusakan tanah karena erosi akan besar pengaruhnya. Ancaman erosi akan semakin besar bila disertai pemadatan tanah melalui tapak olah, karena perkolasi air akan terhambat.

Untuk tanah datar arah pengolahan tanah tidak berpengaruh terhadap ancaman erosi karena aliran permukaan walaupun diolah dengan alat bajak.
c) Kaitan kondisi vegetasi dengan pengolahan tanah.
Keadaan vegetasi penutup tanah akan lebih banyak berpengaruh terhadap waktu penyelesaian pengolahan tanah untuk siap tanam, untuk jenis vegetasi hutan yang rapat, sebelum diolah harus di-land clearing. Setelah land clearing pengolahan tanah tidak perlu intensif karena struktur tanah tergolong remah dan mudah diolah, bahkan tidak perlu diolah bila belum terdapat rumput pengganggu yang tumbuh setelah land clearing. Untuk itu harus diatur secara tepat waktu land clearing, waktu pengolahan tanah dengan waktu tanam, relatif tenggang waktunya tidak lama terlebih pada awal musim pelaksanaannya.
Keadaan vegetasi rumput alang-alang, tidak perlu dilakukan land clearing, bisa langsung diolah. Waktu yang diperlukan untuk pengolahan tanah yang bervegetasi alang-alang diperlukan waktu yang lebih lama, Untuk menghasilkan seedbed dan rootbed yang optimal. Pengolahan tanah yang bertujuan menekan alang-alang diperlukan waktu relatif lama. Alat yang digunakan untuk mengolah adalah bajak, yakni dilakukan pembalikan tanah untuk mengangkat Rhizome (batang dalam tanah dari alang-alang), kemudian dibiarkan tujuh hari sampai sepuluh hari agar alang-alang tertekan pertumbuhannya selanjutnya dibalik kembali dengan bajak lagi dan dibiarkan lagi 7 – 10 hari lalu disisir dengan alat harrow sebanyak 2 kali untuk melepaskan Rhizome dan mengeluarkan dari areal hasil olahan tanah. Selanjutnya dibiarkan lagi selama 7 – 10 hari baru dibuat paritan tempat peletakan benih atau bibit. Pengolahan tanah yang bervegetasi alang-alang tidak diperkenankan mengolah pada musim hujan dan untuk pengolahan pertama harus dibajak dulu. Alat rotavater tidak diperkenankan karena akan banyak memotong-motong Rhizome menjadi ruas-ruas kecil yang sulit dibersihkan akan lebih memperbanyak anakan baru dari setiap ruas yang terpotong. Pengolahan tanah bervegetasi alang-alang akan lebih sulit dilakukan dan lebih lama waktu dibutuhkan bila struktur tanah kompak dan memadat seperti tanah-tanah vertisol (Grumosol dan Gley humus rendah).

d) Karakteristik tanah kaitannya dengan pengolahan tanah.
Hasil olahan tanah untuk menghasilkan seddbed dan rootbed ditentukan dan dipengaruhi oleh karakteristik tanah itu sendiri. Utamanya menyangkut sifat fisik dan biologis tanah. Semua elemen/unsur fisik tanah yang mempengaruhi sifat fisik tanah yang saling berkaitan, dengan karakteristik jenis tanaman yang diusahakan menentukan jenis kendaraan, jenis alat pengolah, intensitas pengolahan tanah, frekuensi/interval, dalamnya pengolahan untuk menghasilkan seedbed dan rootbed.

Komponen faktor fisik tanah berkaitan dengan mudah tidaknya tanah diolah untuk menghasilkan seedbed/rootbed yang optimal sesuai kebutuhan persyaratan tumbuh tanaman, dalam hal ini untuk menghasilkan kualitas hasil olahan tanah. Sedangkan keadaan fisik tanah yang membuat kondisi tanah mudah tidaknya tanah diolah berkaitan dengan jenis kendaraan, jenis alat pengolah, intensitas pengolahan tanah, frekuensi/interval waktu pengolahan, berapa dalamnya tanah bisa diolah serta waktu tepat untuk diolah. Kesulitan atau kemudahan tanah diolah selain ditentukan oleh kondisi fisik tanah juga ditentukan oleh fasilitas pendukung, dalam hal ini infrastruktur pertanian yang ada. Kesemuanya akan menentukan pencapaian target yang direncanakan meliputi target luas, waktu penyelesaian dan kualitas hasil olahan yang optimal dan anggaran biaya seminimal mungkin yang digunakan untuk mencapai/mendukung hasil produksi yang berkelanjutan, (Dengan kerusakan tanah seminimal mungkin).
Kondisi dari fisik tanah yang membuat tanah mudah atau sulit (berat) untuk diolah berkaitan dengan

Tanah mudah diolah
Tanah berat/sulit diolah

– Konsistensi tanah tidak kuat tidak berlumpur, tidak padat.
– Struktur tanah mudah lepas, remah
– Lapisan top soilnya tebal sampai sangat tebal.
– Warna tanah kelam
– Tidak terdapat batuan baik dipermukaan tanah maupun dalam tanah.
– Tidak terdapat sisa vegetasi/tanaman utamanya perakaran.
– Drainase tanah sedang
– Permukaan tanah datar atau mulus/rata.

Fisik Tanah

– Tekstur sedang (lempung liat berpasir)
– Kadar bahan organik sangat tinggi sampai sangat tingg.
– Bulk Density tanah (BD) > 1,25 gram/cc.
– Status keadaan air tanah 80 – 100% kapasitas lapang atau status air tanah sangat rendah< 30%

Hasil olahan optimal

Waktu yang dibutuhakan relatif singkat dengan intensiatas pengolahan yang rendah kendaraan dan alat pengolah yang ringan

Daya dukung mekanik tanah tinggi sampai sangat tinggi

Biaya murah (relatif) – Konsistensi tanah sangat kuat, berlumpur dan sangat padat
– Struktur tanah kompak
– Lapisan top soilnya sangat tipis atau munculnya lapisan sub soil
– Warna tanah pucat
– Terdapat batuan dipermukaan maupun di permukaan
– Terdapat banyak sisa vegetasi tanaman.
– Drainase tanah terhambat atau terlalu berlebihan
– Permukaan tanah tidak mulus (rata)

Fisik Tanah

– Tekstur liat dengan semakin tinggi kadar liat.
– Kadar bahan organik rendah sampai sangat rendah.
– Bulk Density tanah (BD)> 1,25 gram/cc.
– Status keadaan air tanah >kapasitas lapang, tergenang atau kering (titik layu permanen) 0%-20% air tersedia atau 30% KL – 40% KL.

Hasil olahan Jelek

Waktu yang dibutuhakan relatif lama, dengan intensitas, frekwensi dan interval waktu ysang lama, kendaraan dan alat pengolah yang berat.

Daya dukung mekanik rendah – sangat rendah

Antara fisik tanah dan kondisi sifat fisik tanah sangat berbeda, yang jelas kondisi fisik tanah menentukan kondisi sifat fisik tanah.

Fisik Tanah :
– Tekstur
– Struktur
– Konsistensi
– Bahan organik/serasah
– Kandungan air/kelembaban
– Udara tanah
– Suhu Tanah
– Fragmen batuan
– Batuan dalam lapisan tanah
– Bahan induk
– Warna tanah
– Tebalnya horizon tanah
– Tebalnya solum tanah
– Muka air tanah Sifat Tanah :
– Kehalusan/kekasaran tekstur
– Kematapan struktur
– Kelekatan, keteguhan, kepadatan
– Menentukan Kapasitas lapang
– Porositas tanah
– BD tanah
– Aerasi (tata udara)
– Drainase (tata air0
– Infiltrasi
– Perkolasi
– Status air, Kapasitas lapang
– Air tersedia, titik layu permanen
– Jenuh air

Interaksi antara elemen/unsur penyusun fisik tanah menentukan kondisi sifat fisik tanah dan selanjutnya menentukan sifat olahan tanah. Bila dikaji lebih jauh mengenai kondisi sifat fisik tanah yang menentukan sifat olahan tanah, yakni :
1) Kelekatan Tanah
Kelekatan tanah dengan alat pengolah dapat membuat alat pengolah menjadi lamban bergerak, atau untuk bergerak diperlukan tenaga atau daya tarik lebih dari pada kondisi tanah yang tidak melekat. Tanah melekat pada alat pengolah karena daya adhesi yang sangat kuat dan ini tercapai pada kondisi status air tanah antara kapasitas lapang dan titik jenuh. Pada status air tanah antara kapasitas lapang (KL) dan 80 % KL maka pada kondisi ini tanah sangat mudah diolah karena alat tidak melekat pada alat, tanah tidak keras dan struktur hasil olah menjadi mekar. Hal ini disebabkan daya adhesi dan kohesi tanah sama kuat. Pada status kadar air tanah di bawah kapasitas lapang 80 % dan kadar air tanah semakin menurun sampai pada batas 40 % KL tanah semakin sulit diolah karena semakin keras yang disebabkan daya adhesi lebih lemah dari daya kohesi (kondisi kering). Pada kondisi tanah terlalu kering kadar air < 40 % dari kapasitas lapang, kembali tanah mudah diolah karena daya adhesi dan kohesi tanah keduanya sangat lemah. Demikian pula status air tanah lebih besar dari kondisi jenuh air (tergenang), daya adhesi dan kohesi tanah keduanya sangat lemah sehingga tanah mudah diolah, hanya saja kualitas hasil olahan adalah lumpur, alat dan kendaraan yang digunakan mudah tergelincir dan tenggelam ke dalam tanah karena daya dukung tanah sangat rendah. Kondisi tanah kering, daya dukung tanah sangat tinggi (mekanik). Tekstur tanah sangat menentukan kelekatan tanah kaitannya dengan status air tanah. Semakin halus kelas tekstur tanah atau semakin tinggi kadar liat suatu tanah maka makin tinggi daya lekat tanah terhadap alat pengolah.
Konsistensi kelekatan tanah juga dipengaruhi oleh status kadar bahan organik tanah, makin tinggi kadar bahan organik tanah makin lemah daya lekat tanah, walaupun kehalusan kelas tekstur semakin halus. Sebaliknya semakin rendah kadar bahan organik tanah, makin rendah daya lekat tanah.
2) Kepadatan Tanah
Semakin padat dan keras tanah, semakin sulit tanah itu diolah. Tanah yang padat sulit diiris dan dikupas oleh mata alat pengolah tanah, diperlukan tekanan/gaya berat yang lebih besar dari alat pengolah untuk masuk ke dalam tanah serta mata alat pengolah yang lebih tajam dan tenaga untuk menarik alat pengolah yang lebih besar. Untuk itu semakin sulit/berat tanah diolah karena kepadatan tanah yang besar dapat membuat :
a) Waktu yang dibutuhkan lebih lama untuk mengolah.
b) Hasil olahan yang jelek, banyak bongkah tanah yang besar.
c) Diperlukan tenaga dan alat pengolah yang lebih berat.
d) Diperlukan mata pisau alat pengolah yang tajam.
e) Diperlukan biaya yang mahal untuk menghasilkan seedbed dan rootbed yang optimal per satuan luas areal.
Kepadatan tanah yang keras dapat diukur dari kerapatan isi tanah atau Bulk Density (BD) tanah dan konsistensi tanah. BD tanah lebih dari 1.3 g/cm3 termasuk padat. Kerapatan isi (BD) tanah ditentukan oleh tekstur, struktur, bahan organik tanah yang menentukan ruang pori total tanah. Makin padat tanah makin rendah/sedikit ruang pori tanah, disertai status air yang rendah sampai mencapai konsistensi yang teguh membuat tanah makin sulit untuk diatasi. Dengan demikian untuk memperbaiki sifat olahan tanah agar mudah diolah dan menghasilkan struktur hasil olahan yang optimal dapat dilakukan melalui :

a) Meningkatkan kadar bahan organik tanah
Peningkatan bahan organik tanah dapat ditempuh dengan berbagai cara, yakni langsung melalui pemberian pupuk organik dan secara tidak langsung melalui perbaikan sistem pertanaman yang dapat mengurangi intensitas pengolahan tanah dan sedapat mungkin dilakukan pengembalian sisa tanaman ke dalam tanah.
b) Mengurangi/meminimalkan pengolahan tanah (minimum tillage), seperti yang diolah terbatas hanya pada alur tempat penanaman benih/bibit, yang lainnya untuk menekan gulma disemprot dengan herbisida.
c) Mengaktifkan kehidupan organisme/mikroorganisme tanah dalam kaitannya dengan penambahan bahan organik ke dalam tanah.
d) Mengurangi pemakaian pupuk anorganik dan herbisida
e) Tidak dilakukan pembakaran sisa tanaman.
f) Bila dilakukan pengolahan tanah, diusahakan tepat waktu, yakni pada saat kadar air tanah berada pada kisaran 80 % sampai 100 % kapasitas lapang, atau pada saat tidak terjadi pelekatan tanah pada alat pengolah.
g) Mengurangi penggunaan alat berat untuk pengolahan tanah.
3) Status Air Tanah
Tingkat status air tanah berkaitan erat dengan faktor fisik dan sifat fisik tanah yang menentukan kondisi status air tanah, dalam hal ini kemampuan tanah memegang dan menyimpan air serta membuang kelebihan air (kapiler dan permeabilitas/perkolasi tanah). Sifat tanah yang berkaitan dengan pembuangan kelebihan air adalah keadaan pori tanah. Tingkat status air tanah akan menentukan. Pengolahan tanah pada berbagai status air tanah akan menghasilkan olahan dengan kualitas yang berbeda, waktu penyelesaian pengolahan tanah yang berbeda serta tingkat pemadatan tanah yang berbeda. Hal ini terjadi karena status air tanah mempengaruhi sifat olahan tanah, antara lain :
a) Mempengaruhi tingkat kelekatan tanah (konsistensi tanah). Seperti telah diuraikan pada kelekatan tanah sebelumnya dalam kaitannya dengan pengolahan tanah.
b) Mempengaruhi daya dukung mekanik tanah. Telah diuraikan pada bagian pemadatan tanah.
c) Mempengaruhi pengirisan dan pengupasan tanah.
d) Menentukan laju kecepatan pengolahan tanah.
e) Mempengaruhi kekuatan daya adhesi dan kohesi tanah
f) Menentukan jenis kendaraan dan alat yang digunakan.
g) Menentukan waktu yang tepat untuk diolah.

Waktu Tepat untuk Pengolahan Tanah

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa untuk menghasilkan kualitas hasil olahan (seedbed dan Rootbed) yang optimal, waktu relatif singkat persatuan luas areal, resiko terjadinya kerusakan tanah (pemadatan dan dispersi) paling minim dangan biaya pengolahan tanah yang paling minim, maka pengolahan tanah dilakukan pada waktu yang tepat. Kapan saat waktu yang paling tepat untuk melakukan pengolahan tanah? Untuk semua jenis tanah apapun pada prinsipnya waktu yang tepat untuk pengolahan tanah dilakukan pada saat status air tanah berada pada kisaran 80 % – 100 % kapasitas lapang. Yang jelas berbeda pada setiap jenis tanah adalah jumlah air yang mampu dipegang tanah secara maksimum, dalam hal ini kapasitas lapang itu berbeda. Kenapa dikatakan tepat waktu untuk pengolahan tanah pada saat status kadar air tanah berada antara 80 % – 100 %? Antara lain :
1) Pada saat itu daya adhesi dan kohesi tanah sama besar sehingga konsistensi tanah tidak lekat, untuk itu pisau mata alat pengolah mudah mengiris dan mengupas tanah dan pada saat itu pula kendaraan dan alat pengolah dapat berjalan lancar.
2) Pada saat itu daya dukung mekanik tanah terhadap gaya berat dari kendaraan dan alat pengolah relatif besar, sehingga pemadatan tanah relatif kurang terjadi.
3) Pada saat status kadar air tanah 80 % – 100 % kapasitas lapang, hasil olahan tanah menghasilkan struktur tanah yang mekar dengan ukuran sedang.
4) Pada saat itu bila digunakan alat bajak, maka akan terjadi pembalikan tanah yang sempurna.
Untuk mencapai waktu saat tepat tanah diolah di lapang, bagaimana ditetapkan? Diketahui bila 1 – 2 hari setelah hujan lebat, maka pada saat itu status kadar air tanah mencapai kapasitas lapang, tergantung tekstur dan porositas tanah. Untuk tanah-tanah yang tinggi kadar liatnya (> 45 %), waktu yang tepat untuk diolah tercapai 3 hari setelah hujan lebat. Untuk tanah bertekstur lebih kasar dengan kadar liat 20 – 40 % dicapai pada saat 2 hari setelah hujan lebat dan untuk tekstur kasar dengan kadar liat kurang dari 20 % dapat dicapai 1 hari setelah hujan lebat. Bagaimana bila hujan terjadi setiap hari? Selain itu di lapang status kadar air untuk tepat diolah tidak dapat dipertahankan terus, setiap hari akan terus menurun bila tidak terjadi hujan. Status kadar air tanah 80 % – 100 % kapasitas lapang di lapang hanya dapat bertahan 4 – 7 hari, tergantung keadaan tekstur, struktur, porositas, kadar bahan organik tanah dan tebalnya lapisan top soil dan solum tanah. Untuk itu kesempatan untuk mengolah tanah pada waktu tepat sangat terbatas. Dengan demikian pengolahan tanah untuk areal yang sangat luas diperlukan armada pengolahan tanah yang banyak untuk mencapai target penyelesaian. Hal ini berarti butuh modal yang besar pula.
Untuk mengatur (memanage) pengolahan tanah pada pertanaman yang sangat luas (> 1000 ha) dengan armada pengolahan tanah yang terbatas, dapat dilakukan hanya bila ditunjang fasilitas infrastruktur pertanian, yakni jaringan jalan pertanian, sistem drainase dan sistem irigasi. Fungsi dan peranan infrastruktur pertanian dapat mengatasi hambatan pengolahan tanah pada waktu yang tepat sesuai target luas yang direncanakan dengan hasil olahan tanah yang optimal serta mengurangi kerusakan tanah karena dampak pengolahan tanah sepeti untuk agrostate perkebunan tebu, jagung, kapas, maupun kacang-kacangan. Mengatur waktu pengolahan berarti dapat mengatur jadwal tanam yang tepat.
Apa fungsi jaringan jalan. Sistem drainase atau fasilitas irigasi pada kegiatan pengolahan tanah :
a) Fungsi dan peranan jaringan jalan pada kegiatan pengolahan tanah.
Untuk areal rencana pertanaman berskala sangat luas, ratusan sampai ribuan hektar, kehadiran/keberadaan sistem jaringan jalan pertanian sangat penting untuk menunjang kelancaran pengolahan tanah, terlebih bila hamparan areal terpisah-pisah. Perpindahan kendaraan dan alat pengolah dari satu lokasi (block) ke lokasi lain sangat mudah dilakukan bila ada jaringan jalan. Jadi jaringan jalan pertanian fungsinya tidak hanya terbatas untuk memperlancar transportasi bahan saprodi dan transportasi hasil panen saja, tetapi luas untuk kemudahan mencapai lokasi untuk mendukung kelancaran semua kegiatan pertanaman. Hanya saja tentu membutuhkan biaya investasi awal yang tinggi dan diperlukan desain yang tepat.
b) Fungsi dan peranan sistem drainase terhadap pengolahan tanah.
Sistem jaringan drainase secara umum diketahui bahwa sangat luas, utamanya untuk memperbaiki drainase tanah yang tergolong jelek untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan pencapaian produksi, atau berfungsi untuk melindungi/memelihara jaringan jalan ataupun berfungsi konservasi tanah terhadap kerusakan tanah dari erosi. Fungsi dan peran saluran drainase, baik untuk tanah berdrainase jelek, maupun untuk tanah berdrainase baik/sedang, sistem jaringan drainase tetap diperlukan, terutama untuk mengatur waktu pengolahan tanah secara tepat. Dengan adanya fasilitas saluran drainase sebelum pengolahan tanah, walaupun selalu terjadi hujan yang membuat air berlebihan pada tanah (> 100 % KL), tetap dapat diolah dengan hasil kualitas olahan yang optimal, karena air berlebihan dapat cepat dibuang melalui saluran drainase untuk mencapai status air 80 – 100 % KL, yakni status kadar air tanah saat tepat untuk diolah. Bila pada pertanaman yang luas dengan bentuk pengolahan tanah yang intensif jelas tidak dapat dilaksanakan bila hujan terus berlangsung dan bila dipaksakan akan beresiko tinggi terhadap kerusakan tanah, kualitas hasil olahan yang jelek, serta biaya pengolahan tanah yang jauh lebih tinggi.
c) Fungsi dan peranan fasilitas irigasi terhadap pengolahan tanah.
Selama ini fasilitas irigasi hanya dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air di tingkat pertanaman saja dan hanya terbatas pada pengembangan padi sawah saja. Untuk pengembangan lahan kering tidak pernah terpikirkan pentingnya fasilitas irigasi, baik untuk mendukung kebutuhan tanaman maupun untuk pengolahan tanah untuk penyiapan lahan siap tanam yang optimal. Pada saat misim kemarau yang membuat kondisi tanah kering, utamanya pada tanah yang tinggi kadar liatnya, berada kondisi status kadar air yang jelek untuk diolah. Untuk kemudahan pengolahan tanah pada saat tanah kering, perlu diberi air irigasi untuk mencapai status kadar air tanah 80 – 100 % KL agar tepat untuk diolah.
Pembangunan pertanian tanpa disertai pembangunan infrastruktur pertanian sama saja dengan pembangunan yang sifatnya spekulasi, artinya untung-untungan tergantung pada alam. Fasilitas saluran sistem irigasi dan sistem drainase, keduanya tidak terpisahkan baik untuk mendukung keberhasilan pertumbuhan maupun keberhasilan untuk mencapai produksi. Memang disadari bahwa ketergantungan pada faktor iklim tidak bisa dihindari dalam pembangunan pertanian, utamanya pengaruh musim, namun dari faktor tanah masih bisa dimanipulasi, utamanya dalam hubungannya dengan status kadar air tanah melalui pengaturan fasilitas drainase dan irigasi. Adanya penyimpangan musim/iklim paling tidak dapat menekan dampaknya terhadap keberhasilan usaha tani, karena adanya fasilitas infrastruktur pertanian. Namun perlu disadari bahwa keberadaan fasilitas infrastruktur pada areal pertanaman yang berskala besar belum dapat menjamin keberhasilan pembangunan pertanian, bila

LECTURE NOTE

PENGELOLAAN TANAH DAN AIR
(SOIL AND WATER MANAGEMENT)

OLEH :

IR. R. TANGKAISARI, MSP.

JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2005

Rapat Kerja BK-PLAT 2009/2010

Agustus 28, 2009





HASIL-HASIL RAPAT KERJA BK-PLAT HIMTI FAPERTA UH

PANGLIMA : ERWANTO

WAKIL PANGLIMA : REZKI ARHAM

SEKRETARIS : EKO PRAMANAH

I. DIVISI DIKLAT

PROFESI

MASRIFUDDIN RAIS

LINDA SURYANA

FIRMAN

PROKER:

Pelatihan pemetaan dasar dan survey (29 Agustus 2009).

Diksar (20 September 2009).

Diklat (19 OKTOBER 2009).

Pelatihan pemetaan lanjutan (SIG).(16 -11-2009)

Pelatihan GPS (27-12-2009)

Kuliah lapang (lahan basah & lahan kering).

Binjas seminggu sekali selama kepengurusan.

Seminar lingkungan mengenai program kerja dan keprofesian (januari)

ALAM BEBAS

MISWAR FARID

MUNAWIR MUSTAMING

PROKER:

Ekspedisi alam bebas (akhir desember) (Lompobattang/Bawakaraeng)

Ekspedisi gua.

Reboisasi dan pembersihan wilayah pesisir pantai kota makassar (akhir april)

II. DIVISI KESEKRETARIATAN

MUH. FUAD

HANIEL DOMINGGUS

PROKER:

Pendataan anggota BK-PLAT

Inventarisasi

Penambahan inventarisasi

§ Foto dokumentasi kegiatan BK-PLAT & Foto mantan Panglima

§ Pengadaan Rekening Bank

§ Pengaktifan email

§ Pengadaan peta topografi wil.sul-sel

§ Pengadaan Rak buku

§ Pengadaan alat-alat lapangan

§ Perbaikan mading dan papan mabes

§ Pengadaan monitor

§ Pembersihan mabes

§ Pengadaan Bendera BK-PLAT

§ Pengadaan Jadwal piket

§ Evaluasi hasil-hasil inventarisasi

III. DIVISI KAJIAN STRATEGIS (KASTRA)

WAHYUDIAWANSYAH

MUNAWIR SYARIEF

Penelitian dan Pengembangan Kualitas tingkat kelembagaan

IV. DIVISI INFOKOM

ATMADI SYAWAL

MUH. BASRAN

PROKER:

Membuat buletin (1x sebulan)

Kliping

Mengaktifkan mading

Mengumpulkan Informasi internal & eksternal

V. DIVISI HUMAS

KASRI

SAU’ RANTE

PROKER:

Memperingati hari-hari lingkungan sedunia.

Sebar brosur

Agustus 27, 2009

Selamat Datang Ya Ramadhan
Bulan Penuh Rahmat dan Ampunan

Mari Kita Sucikan & Terangi Hati Dengan Amal Ibadah
Semoga Dengan Puasa Dapat mempertemukan Kita Dengan Keagungan Lailatul Qadar

Ramadhan Saatnya Membersihkan Hati
Meleburkan Dosa dan Nafsu Keduniawian

Jadikan Ramadhan Sebagai Penyejuk Hati, Penyempurna Amal Ibadah Kita

Mari Sucikan Hati Kembali Sambut Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah Bulan Kesabaran
Dan Ganjaran Kesabaran Ialah Masuk Surga

Semoga di Bulan Suci Ini Kita Mendapat Limpahan Rahmat, Ampunan & Hidaya Ramadhan

Allah akan melipatgandakan Pahala di Bulan Ramadhan ini

Semoga Hidayah Ramadhan Kali Ini Mengangkat Kita ke Angkasa Kemuliaan

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”
(Q.S. Al Baqarah : 183)

“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Hasyr:18)

“Orang yang cendekia adalah yang mengoreksi dirinya dan mempersiapkan amal untuk bekal sesudah mati, dan orang bodoh (lemah) adalah yang menuruti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah” (HR Tirmidzi)

Hati tak sebening embun di pagi hari, dosa ibarat pasir di pantai, kesucian hanya milik Allah semata…

Ramadhan, telah datang kembali menyapa kita anak manusia yang penuh dengan khilaf dan dosa, untuk membasuh jiwa ini kembali fitrah.

Tak akan sempurna shaum kita bila masih ada terselip rasa dengki, iri, sombong dan sakit hati karena perbuatan kita pada orang lain,

Tak ada kata yang pantas terucap..

“Mohon maaf atas khilaf antara kita, mohon dilapangkan hati atas kata yang terucap nan tak berkenan”

“Marhaban Yaa Ramadhan, Mohon maaf lahir dan batin. Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1430 H / 2009 M. Semoga Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan yang membawa peningkatan Taqwa kita kepada Allah”

Selamat menunaikan ibadah puasa
Semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT.